SELINGKUH DI MALAM PERTAMA

"Mereka pasti bersandiwara," ucap ibu Hanum menyangkal penjelasan kakek Mahendra, jika beliau adalah Presdir Anderson Group.

"Hey Novia, kamu itu sudah hampir tiga tahun menikah dengan Bintara. Kamu pasti tahu seperti apa keluarga mereka, kan?" Ibu Hanum bertanya pada Novia untuk memastikan bahwa ucapan dia sebelumnya benar.

Novia tidak menjawab pertanyaan ibu Hanum. Mantan istri Bintara itu mencoba mengingat apa yang sudah dia lewatkan. Mungkin saja ada ucapan Bintara yang pernah menyinggung bahwa dia adalah anggota keluarga Anderson.

Tidak pernah satu kali pun Bintara memberikan petunjuk tentang dirinya yang sebenarnya. Atau mungkin dia yang tidak menyadarinya.

"Hey Novia, kamu dengar tidak?"

"Saya dengar Bu. Saya sedang mencari jawabannya. Mengingat-ingat, mungkin saja mas Tara pernah memberitahu Saya."

Jawaban Novia membuat ibu Hanum menghardiknya. "Bodoh kamu itu!"

"Angga juga bodoh! Dia tidak tahu juga siapa Nilam, kan? Ibu juga sama bodohnya. Ibu yang menjodohkan Angga dengan Nilam, tapi tidak tahu siapa Nilam sebenarnya."

Ibu Hanum terdiam mendengar balasan Novia. Dia jadi teringat dengan bibi Hesti. Ibu Hanum ingin menghubungi istri paman Ilham itu untuk bertanya kebenaran ini. Namun dia urungkan, mengingat dia sudah mengkhianati bibi Hesti dan saudaranya.

Mereka bekerja sama menjodohkan Nilam dengan Angga, semata-mata karena bibi Hesti ingin menguasai harta milik paman Ilham yang akan dibagi kepada Nurma dan Nilam.

Bibi Hesti tidak senang suaminya memberikan sebagian hartanya untuk kedua keponakannya. Sebagai istri, dia ingin semua menjadi miliknya. Tidak boleh jatuh ke tangan orang lain, sekalipun itu keponakan paman Ilham. Serakah sekali dia, bahkan tidak peduli adanya hukum waris yang berlaku.

Sebenarnya yang akan paman Ilham berikan pada Nurma dan Nilam bukan harta pribadinya. Melainkan harta kakaknya yang dia kelola, harta warisan dari ayah Nurma dan Nilam sendiri.

Hasil usaha itu setiap bulan paman Ilham berikan pada mama Ratih untuk biaya hidup Nurma dan Nilam. Terlepas Nurma dan Nilam yang juga mendapatkan jatah bulanan dari kakek Mahendra. Paman Ilham tetap menjalankan kewajibannya sebagai wali untuk kedua keponakannya itu.

Bibi Hesti tahu tentang hal ini, tapi baginya harta yang dikelola suaminya adalah milik suaminya. Yang artinya akan jatuh ke tangannya saat paman Ilham tidak ada.

Agar semua itu bisa berjalan sesuai keinginannya, dia dan ibu Hanum bekerja sama untuk mendapatkan harta Nilam. Dari hasil kerja sama itu, ibu Hanum dijanjikan oleh bibi Hesti untuk menjadikan Angga salah satu pimpinan hotel milik paman Ilham serta mendapatkan sepertiga persen harta milik Nilam yang mereka dapatkan.

Hingga saat ini, Angga belum juga memimpin salah satu hotel milik paman Ilham. Dan itu membuat ibu Hanum mengkhianati bibi Hesti. Selain itu, dia bertemu teman lamanya yang mengaku sebagai keluarga Anderson, ibu Hanum lebih tertarik dengan harta keluarga Anderson dari pada hanya sebagai pimpinan sebuah hotel dan sepertiga harta Nilam yang tidak seberapa itu.

Keuntungannya memiliki putra tampan seperti Angga, sehingga Maira langsung jatuh cinta dan mau dinikahkan dengan Angga meskipun dia tahu akan dijadikan istri kedua.

"Kenapa diam? Apa Ibu juga merasa dibohongi oleh seseorang?" Novia kembali bicara.

"Tidak usah ikut campur, bukan urusan kamu." Bukan menjawab ibu Hanum justru marah pada Novia.

Seandainya Novia tidak menganggu Angga, putranya akan setia pada Nilam seperti janjinya. Maka Angga akan tetap menjadi anggota keluarga Anderson dan juga tidak kehilangan hartanya.

Ibu Hanum lupa, meskipun Novia tidak mengganggu Angga, akan ada perempuan lain yang membuat Angga tidak setia pada Nilam.

"Ma, keluarga Maira itu menipu Mama," ujar Angga setelah melihat tayangan televisi saat ini.

"Lihatlah!" Angga menunjuk layar kaca yang ada dihadapan mereka. Memperlihatkan Bintara yang sedang bicara dipanggung.

Setelah mengenalkan mama Ratih sebagai putrinya. Serta mengenalkan Bintara, Nurma, dan Nilam sebagai cucu-cucunya, kakek Mahendra mempersilakan Bintara menyampaikan pidatonya sebagai pimpinan Anderson Group yang baru.

Novia menatap Bintara yang terlihat sangat tampan, tidak seperti biasanya. Dia memang bodoh, mengkhianati Bintara dengan Angga yang hanya punya nama besar dari keluarganya, tapi tidak punya apa-apa.

Sebenarnya ayah Angga termasuk orang berada. Hanya saja, dia menjalankan hidup yang sederhana. Harta yang dia dapatkan, sebagian besar dia berikan untuk pembangunan masjid, serta membiayai sekolah anak yatim yang mondok di pesantren milik ayahnya dan juga ayah mertuanya, pesantren milik ayah ummi Laila.

Selain itu Ayah Angga juga membiayai hidup ibu dari ibu Hanum, termasuk biaya pengobatannya. Itu semua tidak cukup dengan uang yang sedikit. Sekarang, karena ulah Angga dan ibu Hanum, ayah Angga juga menanggung hidup Kinar dan putranya.

Salah satu isi pidato Bintara yang sedang Angga, ibu Hanum dan Novia dengarkan saat, Bintara akan menindak tegas oknum-oknum yang selama ini mengaku-ngaku sebagai keluarga Anderson untuk kepentingan pribadi mereka.

"Contohnya seperti kasus ini," ucap Bintara.

Layar di belakang panggung menayangkan video sekolah tempat Nilam dan Sisil bekerja selama ini. Lalu berganti dengan adegan Nilam dan Sisil yang terpaksa meninggalkan sekolah.

"Kedua guru itu adalah Nilam dan temannya. Mereka diberhentikan sebagai guru, atas permintaan seseorang yang mengaku sebagai keluarga Anderson." Bintara menjelaskan Video yang sedang ditayangkan saat ini.

Wajah ibu Maira tidak terlihat jelas saat dia menegur Sisil dan memberitahu bahwa dia adalah keluarga Anderson. Namun ibu Hanum bisa mengenali kalau itu adalah ibunya Maira, calon besannya yang ternyata penipu.

"Lucunya, mereka memecat Nilam yang merupakan keluarga Anderson yang sebenarnya," ucap Bintara lagi.

Semua yang hadir disana tertawa mendengar penjelasan Bintara, kecuali ibu dan ayah Maira. Jelas sekali yang dimaksud Bintara adalah mereka, meskipun wajah ibu Maira tidak terlihat jelas, karena membelakangi kamera saat bicara.

"Bagaimana ini Pa?" tanya ibu Maira pada suaminya.

"Papa juga tidak tahu," jawabnya.

Mereka tidak bisa meninggalkan acara. Karena saat ini ayah Maira melihat beberapa orang yang mengenakan pakaian seragam hitam-hitam berdiri disekitar mereka.

Kasus ini membuat Nilam kecewa pada yayasan tempat dia mengajar. Yayasan sebesar itu tidak meminta klarifikasi terlebih dahulu pada mereka berdua. Apa yang sebenarnya terjadi, sehingga mereka berdebat dan bertengkar di tempat umum.

Keputusan diambil secara sepihak serta tanda tangan para wali murid yang menyetujui keduanya di pecat. Hanya oma Adela yang menolak pemecatan tersebut, karena dia tahu yang sebenarnya terjadi. Karena sedang menemani Adela di rumah sakit, oma Adela tidak bisa membela Nilam dan Sisil.

Yang ibu Wildan itu lakukan adalah memindahkan Adela dari sekolah tersebut, yang artinya dia juga berhenti sebagai donatur tetap di yayasan itu.

Di tempat lain, Maira melihat acara tersebut lewat layar lebar. Sama seperti Angga dan ibu Hanum. Dia tidak menyangka Nilam berasal dari keluarga Anderson, pemilik perusahaan tempat ayahnya bekerja.

"Sial!" Maira menggeram kesal saat menerima pesan dari ibu Hanum, bahwa pernikahannya dengan Angga dibatalkan secara sepihak.

Maira tidak terima, karena Angga sudah merenggut kesuciannya. Membawa kemarahannya, Maira mendatangi rumah sakit malam itu juga. Angga tetap harus menikahinya, tidak bisa seenaknya saja membatalkan pernikahan mereka.

Tiba di rumah sakit Maira melihat keberadaan Novia. Dia tidak mengenal siapa Novia, Maira juga tidak tahu berita tentang Angga yang ditangkap basah oleh Nilam dan Bintara, karena saat itu dia masih di luar kota.

"Mau apa kamu datang?" tanya ibu Hanum pada perempuan yang sebelumnya dia sanjung.

"Tante tidak bisa membatalkan pernikahan aku dan mas Angga sesuka hati," jawab Maira.

Novia bertepuk tangan lalu dia tertawa sambil mendekat pada Maira. Setelah itu suara salam lima jari terdengar cukup keras. Novia memberikan kenang-kenangan di pipi Maira.

Jika di rumah sakit Maira mendapatkan salam lima jari dari Novia, di tempat acara, kedua orang tua Maira dibawa ke kantor polisi. Bukan karena kasus mengaku-ngaku sebagai keluarga Anderson, tapi ayah Maira ketahuan telah melakukan korupsi.

Tidak hanya ayah Maira yang korupsi. Bintara juga melaporkan orang-orang yang bekerjasama dengannya. Salah satunya ketua tim divisi ayah Maira. Karena korupsi itu tidak dilakukan sendiri, melainkan saling bekerjasama.

"Pantas saja pegawai biasa bisa menyekolahkan anaknya keluar negeri dan hidup mewah," ujar Nurma geram.

Di tangan mereka, tidak ada lagi yang bisa mencuri uang perusahaan. Nurma akan pastikan itu. Biarkan kejadian malam ini menjadi pelajaran penting bagi karyawan lainnya, yang punya niatan untuk korupsi.

"Ibu mertua kamu sepertinya tertipu sama calon besannya," ucap Nurma lagi pada Nilam.

Nilam hanya tersenyum mendengar ucapan kakaknya. Biarkan saja ibu Hanum mau tertipu atau tidak. Sudah tidak ada urusannya lagi dengan Nilam, seperti yang ayah Angga sampaikan padanya.

Malam ini Nilam bersyukur. Dengan kejadian malam ini, nama baik dia dan Sisil sebagai pendidik yang dirusak oleh ibu Maira sudah dipulihkan.

Nilam dan Sisil sama-sama mendengus. Mereka berdua menerima pesan permintaan maaf dari yayasan tempat mereka bekerja. Nilam dan Sisil memaafkan, tapi tidak bisa melupakan. Mereka sudah dipermalukan di depan umum. Karena pemecatan mereka diunggah di media sosial, sehingga ramai diperbincangkan.