Lahir dari keluarga kaya, Davina menyamar menjadi seorang gadis biasa, Dia merasa lelah karena sering di manfaatkan. Dalam kesederhanaan nya, Davina menjalin hubungan dengan Gio. Seorang pria yang Davina tahu adalah pria yang lahir dari keluarga sederhana.
Davina kira, Menjalin hubungan dengan orang sederhana itu akan selalu setia. Ternyata, Tidak semua orang sama.
Bukan karena di selingkuhi namun sejak hadirnya sahabat Gio yang bernama Caca, Pria yang menjadi kekasihnya itu berubah. Di setiap waktu atau kondisi apapun selalu sahabatnya lah yang di utamakan.
Davina muak! Hingga akhirnya Davina menunjukkan bahwa sebenarnya dia bukanlah gadis biasa. Membuang pria sederhana itu lalu menjalin hubungan baru dengan pria yang setara dengannya. Bagaimana reaksi Gio setelah tahu bahwa Davina ternyata adalah gadis kaya?
••••••
"Jika Daddy bisa mendapatkan wanita sederhana yang setia. Maka aku, Aku akan mencari pria yang setara dan setia." Davina Anggraini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu Spesial
Kabar tentang Davina yang menjadi simpanan Om-om kaya sampai saat ini masih belum redup juga.
Mereka yang merasa tak ada tindakan dari pihak kampus pun berbondong-bondong datang ke ruangan pak kepala, Mengadu akan Davina yang sejak kemarin hanya di diamkan saja.
Sebagian dari mereka ingin Davina di keluarkan dari kampus ini dengan cara yang tak hormat. Tapi apakah pihak kampus berani? Jelas saja mereka tidak berani sebelum sang pemilik kampus datang.
"Pak.. Kita gak mau tahu ya? Pokoknya bapak harus keluarkan Davina dari kampus ini. Dia udah mencoreng nama baik universitas ini.."
"Iya pak.. Bapak bayangin aja salah satu murid disini ada yang punya pekerjaan gak bener. Dia udah jadi simpanan Om-om pak..
"Iya pak.. Keluarkan saja pak, Kalo perlu daftar hitam namanya biar gak di terima di kampus manapun.. Bapak harus adil.. Jangan Mentang-mentang dia pintar masih tetap saja bela..
"Iya.. Bapak..
BRAAAK!!
"DIAAAAAAMM!!!
Mereka yang sejak tadi hanya bisa nyerocos pun akhirnya diam. Pak kepala atau yang biasa di sebut rektor itu menatap tajam satu persatu muridnya.
"Saya tanya dengan kalian? Tahu apa kalian? Kalau hanya bermodalkan beberapa lembar foto jangan berasumsi sendiri.. Saya bicara seperti ini bukan karena membela Davina. Saya bicara seperti ini karena saya tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saya lebih tahu siapa Davina itu.. Kalian kalau tidak tahu apapun lebih baik diam! Sekarang kalian keluar, Kalau tidak, Akan saya kasih kasih hukuman mau??" Terpaksa, Mereka yang sejak tadi berkoar koar itu terpaksa keluar dari ruangan.
Caca yang menunggu di luar pun merasa penasaran dengan keputusan Pak kepala. Tapi Caca yakin, Kalau sebentar lagi Davina akan di keluarkan dari kampus ini.
Mata gadis itu mengarah pada sepasang gadis kembar yang biasa berada di sisi Davina. Vania dan Valia sedang asyik bercanda hingga langkah keduanya terhenti setelah Caca menghadangnya.
"Apaan?
"Kalian lihat? Rata-rata murid disini sedang demo di ruangan pak kepala. Mereka minta agar Davina segera di keluarkan dari kampus ini.. Dan.. Kenapa kalian ada disini? Harusnya kalian datang untuk membela teman kalian itu.." Vania maju satu langkah. Matanya menelisik Caca dari atas sampai bawah. Vania dorong pundak Caca membuat gadis itu mundur satu langkah.
"Lo tanya kenapa kita gak nyusul manusia-manusia bo-doh itu untuk membela Davina?" Vania mendekatkan wajahnya tepat di telinga Caca.
"Karena kita tahu.. Kalo sebentar lagi yang akan terancam itu bukan Davina.. Tapi orang yang berniat bikin dia hancur.. " Caca mengepalkan tangannya. Senyum Vania seolah mengejek.
"Lia.. Ayo kita pergi, Jangan pedulikan manusia oon ini.." Valia dan Vania pun berlalu. Saking kesalnya dengan Caca mereka berjalan menyenggol bahu Caca membuatnya hampir saja terjatuh.
"Enggak.. Rencana ini udah aku susun dengan rapi. Davina akan segera di usir dari kampus ini..
...****************...
"Akan segera saya laksanakan.." Ucap pak kepala usai pria itu menerima telfon.
"Sekarang kalian keluar, Tuan Nalendra pemilik kampus ini akan datang bersama dengan keluarga lainnya. Kalian silahkan berkumpul di aula sekarang.." Ucapnya sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu.
Terpaksa mereka akhirnya ikut keluar. Di sana mereka langsung di sambut oleh Caca.
"Gimana?
"Gak tahu.. Mending sekarang kita ke aula. Pemilik kampus ini akan datang berkunjung hari ini.." Jelas salah satu dari mereka. Mendengar itu Caca tersenyum senang, Dengan kedatangan pemilik kampus ini Caca yakin. seratus persen kalau Davina akan di permalukan setelah ini, Begitulah pikir Caca.
"Bagus dong.. Dengan begitu Davina akan akan segera di usir dari kampus ini..
"Siapa yang akan di usir.." Caca dan semua yang yang ada disana mengalihkan pandangannya terhadap Gio yang tiba-tiba saja muncul.
"Eh Gio.." Caca mendekat dan menggandeng tangan pria itu.
"Kalian lagi bicara in siapa? Siapa yang mau di usir.." Caca tersenyum, Gadis itu memberi kode agar mereka segera pergi.
"Itu loh.. Masalah foto Davina sama Om-om itu.. Katanya aku denger lagi kalo Davina bakalan di usir dari kampus ini.. Ya, Kamu bayangin ajalah, Kalo dia masih disini jelas dia tuh ngerusak citra universitas ini kan?" Ucap Caca sengaja membuat semua semakin memanas.
Melihat raut wajah Gio yang tidak nyaman, Seperti biasa Caca kembali berakting di hadapan pria muda itu.
"Gio... Maafin aku ya? Aku gak bermaksud..
"Gapapa.. Dia memang pantas di keluarkan dari kampus ini.." Ucap Gio dingin. Dia sungguh kesal dan marah pada Davina. Selain gadis itu yang ketahuan menjadi simpanan Om-om Gio marah karena semua barang yang dulu dia berikan pada Davina gadis itu kembalikan. Tak hanya satu tapi semuanya.
Melihat raut wajah Gio yang marah, Caca berseru yes dalam hati.
"Ya udah, Sekarang kita gabung yuk sama teman-teman yang lain. Katanya kita di suruh kumpul di aula. Katanya pemilik kampus akan datang hari ini.. Kayaknya masalah Davina udah sampai di telinga beliau deh.." Gio tak menjawab apapun, Pria itu hanya diam saja.
"Yaudah yuk.. Sekarang kita ke aula.." Caca mengajak Gio hendak pergi dari sana namun..
"Eh itu Tuan Nalendra sudah datang..
"Iya.. Kayaknya beliau tidak datang sendiri deh..
"Kita lihat yuk.." Para Mahasiswa/Siswi pun penasaran. Mereka semua pergi ke depan melihat tamu yang datang. Mereka juga penasaran dengan sang pemilik kampus yang telah berdiri bertahun-tahun itu.
"Kayaknya tamu nya udah datang deh.. Yuk lihat, Aku penasaran.." Caca menarik Gio bersama para temannya yang lain.
Mata mereka membulat sempurna begitu satu persatu mobil mewah dengan harga fantastis itu masuk dan terpakir di parkiran kampus.
Mobil dengan harga yang tak murah tersebut berjejer. Caca pun tak kalah kagum, Andai dia kaya seperti mereka batinnya.
"Ya ampun.. Ini sih keluarga Sultan ya..
"Benar.. Keluarga yang jelas bukan kaleng-kaleng seperti kita..
"Mobilnya aja keren kayak gini, Apalagi rumahnya..
Para pengawal yang mengawal pun keluar. Mereka berpenampilan rapi serba hitam. Mereka juga berdiri tegap sebelum membuka pintu untuk para sang majikan.
"Silahkan Tuan, Nyonya.." Ucap sang pengawal pada majikannya. Sebuah sepatu Pantofel mulai terlihat. Tak lama, Seorang pria paruh baya keluar dari kendaraan roda empat tersebut. Di susul oleh seorang wanita cantik dan anggun meski usianya tak lagi muda.
Sementara di mobil yang lainnya, Sosok seorang gadis cantik akhirnya muncul. Gadis itu melangkah mendekat dan berdiri di tengah-tengah kedua orang tuanya.
Sontak saja mereka semua terkejut melihat tiga orang itu. Di belakang mereka, Ada empat orang yang ikut menyusul. Orang-orang itu adalah Nada, Brian, Joe dan Devano.
"Davina? Dia Davina kan? Terus pria itu.. Bukannya yang ada di foto kemaren?"
"Iya, Itu Om-om yang di foto kemaren bareng Davina.." Semua melongo tak terkecuali Gio dan Caca.
Davina melepas kacamata hitamnya yang sejak tadi bertengger di hidung mancungnya.
"Ayo Dad, Mom.. Kita masuk.." Ucapnya pada kedua orang tuanya. Gadis itu menggandeng Daddy Nalendra dan Mommy Ayra seolah menunjukkan siapa mereka.
"Ayo sayang...
"Daddy sama Mommy harus kasih pelajaran sama orang yang fitnah aku pokoknya..." Ucap Davina lantang sampai terdengar oleh mereka. Sebagian dari mereka mulai merasa pucat. Siapa Davina sebenarnya?
Davina melambaikan tangannya begitu melewati Gio dan Caca. Sebuah senyum mengejek tersungging di bibirnya..
"Ku tunggu kalian...
•
•
•
TBC