Alana Shaabira Dewantara harus menelan pil pahit tak kala Calvin lebih memilih di jodohkan dengan pilihan orang tuanya daripada bersama Alana.
Ditengah kegalauan Alana, masa lalunya muncul kembali. Teman semasa kecilnya yang dulu Alana cintai sebelum Calvin.
"LEPASIN KAK!" Alana terus menghindari pria masa lalunya itu.
Tangan kokoh seseorang menarik tangan Alana "Jangan sentuh milikku! Alana tunanganku!" Ucap Erlando Agathias dengan gentle.
Seketika itu hati Alana berdesir dia menatap lekat Erlando dan berlindung dibelakangnya. "Tenang ada aku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkenalan Alana & Eshan
Acara makan malam di kediaman prof.Han pun dilaksanakan malam ini. Keluarga papih Alarich sudah siap datang ke rumah prof.Han.
Begitu pun Alana yang jadi bintang utamanya, dia sangat cantik dan anggun berbalut midi dres selutut berwarna peach. "Cantik banget anak mamih." Mamih Aleesya merapihkan sedikit anak rambut Alana yg sudah di tata.
"Demi papih, mih." Alana menjawab dengan lesu tak bersemangat. Dia seperti ini karena menghargai papihnya saja tak lebih.
"Semangat donk anak papih, kan hanya dinner. Papih enggak enak menolak tawaran prof.Han." Jawab papih Al tersenyum hangat.
"Iya deh pih, tapi Alana enggak mau dipaksa yah pih. Kita kesana cuma dinner aja, janji yah pih?" Ucap Alana, sembari mengacungkan jari kelingkingnya.
"Hahahah iya iya sayang, kayak mamih aja."
"Ayo pih." Sahut mamih Aleesya. Ketiganya pergi malam itu juga.
-
-
Tak lama mereka pun sampai di kediaman prof.Han yang megah nan mewah. Keluarga Dewantara disambut baik oleh keluarga prof.Han. Mereka sedang diruang tamu mengobrol santai sambil menunggu pelayan menyiapkan semuanya.
"Nak Alana, kenalkan ini Eshan, anak saya." Ucap Prof.Han dengan wajah bangganya memperkenalkan anaknya pada Alana.
Eshan dan Alana saling berkenalan. Mata Eshan tak berhenti memandangi Alana. Dia sedikit salah tingkah berada didepan wanita cantik.
Eshan sendiri adalah pengusaha yang bergerak di bidang otomotif, dia baru pulang dari Jepang karena mengurus bisnisnya disana. Dia juga sedang mengembangkan usahanya di Jakarta.
"Pih, sedikit mirip papih yah." Ucap mamih Aleesya berbisik ke suaminya, ketika melihat Eshan. Secara perawakan dan stylenya mirip dengan suaminya.
"Ganteng papih donk." Sahut papih Al tak mau kalah.
"Iyalah ganteng papih hihi." Mamih Aleesya malah cekikikan.
Alana heran melihat orang tuanya berbisik. "Kenapa mih, pih?"
"Hehehe enggak, si papih biasa."
-
-
"Jadi keluarga Alana sekarang ada dirumah prof.Han?" Tanya Erlando pada Emil.
"Iya boss, mereka sedang dinner." Jawab Emil dengan lugas.
BRAK
"Aku harus gerak cepat! Aku tidak ingin kehilangan cintaku yang kedua kalinya." Lirih Erlando. Gebrakan itu cukup mengejutkan Emil.
Dia menyambar kunci mobil dan pergi meninggalkan Emil diruang kerjanya, dia bertekad menyusul Alana ke rumah prof.Han.
"Haduh si boss, main pergi aja." Emil mendengus sebal, dia kembali duduk disofa sambil memainkan laptopnya.
Sementara Erlando menyetir dengan kecepatan tinggi, demi bisa menyusul Alana. Ketika sampai didepan gerbang rumah prof.Han, Erlando mencoba menghubungi Alana.
Namun sepertinya ponsel Alana tidak aktif atau memang sengaja tak diaktifkan. "Aku akan tunggu disini, Alana pakai enggak aktif lagi ponselnya." Gerutu Erlando sambil bersandar di jok mobilnya.
-
-
Sementara yang dihubungi, sedang menikmati makan malam didalam. Alana tak menampik dia sangat menikmati berbagai macam hidangan disana. Juga keluarga prof.Han sangat baik sekali.
"Ini kue coklat buatan Eshan, ayo cobain nak Al." Ucap istrinya prof.Han yaitu tante Diana. "Terima kasih tante." Jawab Alana sopan dan tersenyum.
Mereka semua berbincang santai dimeja makan, sesekali Eshan mengajak Alana bercanda, papih Al dan mamih Aleesya saling tatap ketika melihat keakraban Alana dan Eshan.
Selesai dinner itu, Eshan meminta ijin orang tua Alana untuk mengobrol sebentar dengan Alana ditaman belakang. Papih Al mengijinkannya. Sementara orang tua Alana masih mengobrol diruang tamu.
"Eum kenapa disini? Aku enggak enak sama orang tua kita." Lirih Alana sambil celingukan, sebetulnya hatinya tak karuan, disaat seperti ini dia justru kepikiran Erlando.
"Iya, aku pengen kenal lebih dekat sama kamu Alana." Jawab Eshan sambil menatap lekat mata Alana dalam dalam.
Keduanya nampak canggung dan malu terlebih Eshan, sejak pertama bertemu Alana, ada perasaan yang tak bisa di ungkapkan. Selesai keduanya mengobrol, Alana dan keluarganya pamit pulang.
Sementara Erlando dengan perasaan was wasnya masih setia menunggu di mobilnya. "Semoga hati Alana tidak tertarik." Gumam Erlando terkesan sedih.
Mobil keluarga Dewantara keluar dari gerbang besar itu. Mata Erlando bagai elang, dia pun langsung tancap gas menyusul mobil itu. "Aku akan menemui mu Alana."
-
-
Mobil mereka sampai di halaman rumah, baik Alana dan orang tuanya dikejutkan akan kehadiran Erlando di jam malam seperti ini. Erlando dengan berani menghampiri mereka.
"Kamu sadar ini jam berapa Erlando?" Ucap papih Al sambil menaikan tangannya menunjuk arlojinya dengan sorot mata mautnya.
"Ma_maaf om, saya lancang malam malam kesini. Saya mau ketemu Alana sebentar saja, 10 menit." Jawab Erlando gugup dan memohon.
Alana melirik orang tuanya meminta persetujuan. Dan mereka mengijinkan Alana berbicara sebentar diluar.
"Ok, mbok Sum tunggu mereka dipintu. Ingat 10 menit." Jawab papih Al dengan tegas dan pergi meninggalkan anaknya.
Mbok Sum yang di perintah langsung duduk didepan pintu mengawasi anak majikannya yang berdiri didepan mobil.
"Mas ada apa? Memang enggak bisa besok aja?" Tanya Alana sedikit jengkel pasalnya dia cukup lelah malam ini. Bahkan dia masih memakai heelsnya.
"Aku takut Alana." Lirih Erlando yang menggenggam tangan Alana dan menciumnya. "Takut apa mas?" Tanya Alana heran.
"Aku_aku takut kamu akan menerima perjodohan itu." Wajah Erlando sungguh sangat menyedihkan malam itu.
DEG
Dari mana Erlando tahu soal perjodohan ini. Bahkan Alana saja belum cerita apa pun. Dia pun sedikit gelagapan menjawab pertanyaan Erlando.
"Mas ngomong apa sih? Tidak ada perjodohan kok. Tadi cuma_cuma dinner aja." Jawab Alana kikuk dan sedikit berbohong.
"Siapa nama lelaki itu?" Tanya Erlando.
"Eshan." Jawab Alana tanpa keraguan.
Erlando melepaskan tangannya perlahan dan mundur. "Aku pulang, kamu istirahat yah." Ibu jarinya mengelus pipi cantik Alana pelan.
Ketika Erlando akan pergi, Alana menahan tangannya Erlan. "Mas...jangan_" Lirih Alana namun dia tak sanggup melanjutkan kata katanya.
"Aku enggak kemana mana sayang. Besok kita ketemu, kamu ke dalam udah malam." Ucap Erlando dengan tersenyum manis seolah tak ada apa-apa.
Duda tampan itu pun pergi dari sana. Padahal hubungan keduanya masih abu-abu. Namun Alana merasa telah mengkhianati Erlando, dia pun berjalan gontay ke dalam rumah dan menuju kamarnya.
Alana membersihkan dirinya dulu sebelum naik ke kasur. Kini dirinya tengah termenung diatas kasurnya. "Apa mas Erlan marah? Tapi kan aku enggak selingkuh. Toh dia juga belum ngajak aku pacaran kan?" Alana terus bergumam sendiri sampai tengah malam.
-
-
Besokannya Alana pagi pagi sekali mendatangi rumah Erlan. Untung saja papih dan mamihnya sudah pergi kerumah omahnya. Jadi Alana aman bisa kerumah Erlan.
"Alana...kamu?"
Alana langsung masuk ke dalam rumah Erlan. "Mas marah sama aku?" Dia berbalik dan bertanya menatap Erlan.
Namun alih alih menjawab pertanyaan Alana, Erlan langsung memeluk Alana dan mendekapnya erat. Dia bahagia Alana datang kerumahnya.
"Enggak sayang. Aku takut_kamu akan berpaling." Lirih Erlando dalam pelukannya.
"Mas, hubungan kita sebagai apa sih?"
"Kita sudah dewasa Alana. Tidak perlu aku nembak kamu seperti anak SMA. Dengan perlakuanku ke kamu itu sudah membuktikan aku mencintaimu." Jawab Erlando tegas.
Alana balas memeluk Erlan, entah seperti apa hubungan mereka ini. "Aku sudah kehilangan cintaku satu kali, aku tidak ingin kehilangan cintaku yang kedua kalinya." Ucap Erlan sambil memandang wajah cantik Alana dan menangkupnya.
"Iya mas aku enggak kemana-mana, aku di sini."
Erlan mencium kening Alana cukup lama "Aku akan segera melamarmu Alana." Mata Erlando bak anak yang tengah memohon pada ibunya.
Sebetulnya hati Alana masih ada sedikit keraguan. Dia takut disakiti. Alana sudah lelah dengan semua keadaan di masa lalunya. Dia hanya ingin bahagia.