Kisah Iyan yang terpuruk karena ayahnya pergi dan meninggalkan banyak hutang,sedangkan Iyan masih SMA,iya pun menjadi tukang ojek untuk membayar hutang tersebut.iyan menemukan system tukang ojek tanpa sengaja bagaimana kisah selanjutnya silahkan dibaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alijapul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: Kejutan di Depan Pangkalan Ojek dan Membersihkan Kebun
Setelah merayakan ulang tahunnya dan merasa lebih bersemangat, Iyan bertekad untuk bekerja lebih keras lagi. Dia ingin membantu membayar hutang ayahnya dan juga berinvestasi dalam usaha ojeknya. Hari-hari setelah festival berjalan dengan lancar, dan setiap hari, Iyan mengojek untuk mendapatkan lebih banyak uang.
Suatu sore, setelah pulang sekolah, Iyan memikirkan misi baru yang dapat dilakukannya dengan bantuan Sistem Tukang Ojek. “Sistem! Apa yang bisa kita lakukan hari ini? Aku ingin mempercepat proses pembayaran hutang ini!”
Sistem menjawab dengan semangat, “Hari ini, coba lakukan misi pembelian motor bekas untuk menambah armada ojekmu! Jika berhasil, kamu akan mendapatkan bonus uang tambahan!”
“Motor bekas? Itu ide yang bagus! Tapi bagaimana cara mendapatkannya?” Iyan penasaran.
“Bisa lakukan riset kecil-kecilan! Cari motor sesuai kebutuhan kamu. Kemudian setelah membeli, lakukan misi mengantar penumpang dan dapatkan bonus!” sistem menjelaskan.
Iyan pun bergegas ke pangkalan ojek di seberang jalan, di mana ada kios motor bekas. “Mulai pencarian motor!” Iyan bertekad.
Sesampainya di kios motor, Iyan melihat berbagai pilihan motor bekas. “Wah, motor ini seperti wajah temanku yang sudah berusia, tapi tetap keren!” dia menyindir sambil tertawa.
Seorang penjual dengan senyum lebar menyambutnya. “Halo, anak muda! Ada yang bisa saya bantu?”
“Eh, saya mau cari motor bekas! Yang bagus dan tidak terlalu mahal!” jawab Iyan, berharap dapat tawaran yang menarik.
Penjual itu mengangguk. “Sini, aku punya beberapa pilihan. Motor ini, dan ini… oh, yang satu ini cocok untukmu! Keren dan irit!”
Iyan melihat motor yang ditunjukkan. “Wah, keren! Seberang jembatan itu kayaknya lebih menarik daripada di sini!” Ia bercanda membuat penjualnya tertawa.
Setelah melakukan sedikit tawar menawar dan berdiskusi, Iyan berhasil membeli motor bekas dengan harga yang sesuai dengan uang yang telah dia kumpulkan. Iyan merasa bangga. “Ini saatnya untuk memperluas armada ojek!”
“Bagus! Saatnya pulang dan tampilkan hasilmu kepada ibumu!” suara sistem itu memberikan semangat.
Sesampainya di rumah, Iyan memasukkan kunci motor ke dalam saku dan membuka pintu dengan penuh semangat. “Bu! Lihat! Aku membawa motor baru! Atau seharusnya mungkin… motor baru bekas!”
Ibunya menatap dengan tak percaya. “Wah, Iyan! Bagus sekali! Sudah memenuhi janji untuk mendapatkan lebih banyak kendaraan?”
“Iya! Dengan ini, kita bisa mendapatkan lebih banyak penumpang dan membayar hutang lebih cepat!” jawab Iyan sambil tersenyum lebar.
Keesokan harinya, dengan motor baru berkilau di garasi rumah, Iyan bersiap melakukan misi mengantar penumpang. “Oke, sistem! Siap untuk misi pertama?” tawarnya penuh semangat.
“Selalu siap, Iyan! Ingat, dapatkan sebanyak mungkin penumpang hari ini!” suara sistem memberi semangat.
Setelah mengantar beberapa penumpang dengan lelucon yang membuat mereka tertawa, Iyan merasa semakin percaya diri. “Aku rasa hari ini luar biasa! Seperti pelawak yang mengendarai motor!”
Tiba-tiba, Joko muncul dengan terengah-engah. “Iyan! Kenapa kamu tidak mengundang kami untuk naik motor baru!”
“Eh, kamu mau bayar? Cuma naik luaran, masih muda begini!” Iyan membalas, membuat Joko mengernyit.
“Boleh-boleh! Aku bisa menjadikannya iklan motor baru untuk sekolah!” Joko berkelakar kembali.
Sehari penuh dengan berbagai pengalaman seru, Iyan kembali pulang dengan senyum puas. Ketika dia menuju rumah, dia melihat kebun lama ayahnya yang terabaikan. Tiba-tiba suara sistem muncul kembali. “Iyan, bisa membuat misi untuk membersihkan kebun ini! Setelah itu, kamu bisa menjadikan area ini lebih cantik. Mungkin ini bisa jadi tempat kecil untuk bersantai atau berjualan!”
“Wah, bagus sekali! Kebun yang terabaikan bisa jadi kebun luar biasa! Mari kita bersihkan besok dan ajak teman-teman!” Iyan mengangguk penuh semangat.
Dengan tekad dan semangat baru, Iyan memutuskan untuk membersihkan kebun lama ayahnya. Berbekal alat sederhana, dia mengajak teman-temannya: Udin, Encep, Mira, Sari, dan Joko. “Ayo, geng! Kita bikin kebun ini jadi tempat seru! Ini misi memperbaiki kebun, sekaligus ajang eksis!” teriak Iyan dengan antusias.
“Oke, siapa yang bawa cangkul?” tanya Sari sambil melirik kebun yang terlihat berantakan.
“Cangkul? Kamu serius? Kami lebih punya kapak dari pada cangkul!” Udin menjawab dengan canda.
Setibanya di kebun, mereka semua terkagum melihat luasnya tanah yang terabaikan. “Wah, kita harus mulai dari mana?” Mira berkata, nyaris putus asa.
“Dari membersihkan sampah! Baru kita bisa memikirkan tanaman dan dekorasi!” Iyan menyuruh mereka sembari tersenyum.
Bersama-sama, mereka mulai membersihkan kebun. Encep, yang tidak tahu harus berbuat apa, berusaha menjadikannya lebih lucu. “Ayo, kita cari monster di antara banyak sampah ini! Siapa tahu ada harta terpendam!”
“Encep! Harta itu hanya ada di dalam film!” Sari menjawab sambil tertawa. “Lobster monster yang harganya lebih bikin kita kenyang!”
Mereka pun mulai bersenang-senang saat bekerja, sambil sesekali bercanda dan tertawa. Joko mengambil peran sebagai “Pemandu Kebun” dan mulai mengarahkan satu persatu sambil bergaya. “Nah, di sebelah kiri ada tumpukan sampah, di sebelah kanan ada lebih banyak tumpukan!” Canda Joko membuat semua orang tertawa.
Setelah berjam-jam bekerja keras, kebun yang dulunya berantakan mulai berubah jadi lokasi yang lebih bersih dan rapi. “Kita mungkin bisa tanam tanaman sayur dan buah di sini!” Iyan memperlihatkan gagasan. “Kalau bisa, kita juga bisa jual nanti!”
“Eh, siapa yang akan membeli sayuran kita? Apa mereka cukup berani?” Udin mengelak sambil tertawa.
“Daripada membeli sayur dari pasar yang mahal, lebih baik beli dari kita yang pas-pasan!” Iyan menjawab dengan nada bercanda.
Selesai dengan penataan, mereka beristirahat. Semua berkumpul di bawah pohon besar sambil rehat dan siap untuk menanam pohon lainnya. “Sistem! Apa misi selanjutnya?” tanya Iyan dengan semangat.
“Selesai membersihkan kebun, sekarang saatnya menanam tanaman! Jika kamu berhasil menanam sayuran atau bunga, kamu bisa mendapatkan bonus uang tambahan!” sistem membimbing.
“Wah, hadiah tambahan! batin Iyan,Ayo, kita menanam!” teriak Iyan penuh semangat.
Mereka membelah tanah dan mulai menanam berbagai sayuran dan bunga, sembari mendengarkan suara burung berkicau di atas. “Sepertinya kita sudah seperti petani sekarang!” Mira berseru.
“Petani tunggang langgang! Apa kita dilaknat seperti di film horor jika tidak merawat tanaman?” Encep bercanda, membuat semua orang tertawa.
Bulan berlalu, dan kebun yang dulunya terabaikan kini berkembang menjadi tempat yang asri. Berkumpul kembali saat mereka menunggu hasil panen bersama, Iyan melihat teman-temannya menikmati hasil kerja keras mereka. “Kita harus adakan acara kecil di kebun! Kita bisa merayakan keberhasilan kita!” Iyan menyarankan.
“Bayar berapa untuk ikut? Aku perlu menghitung kembali!” Udin menjawab sambil tangannya menghitung.
“Tenang saja! Makanan bisa kita buat bersama dengan sayur yang sudah kita panen! Ini bisa menjadi festival kebun kita sendiri!” Iyan bersemangat.
Acara tersebut pun diatur dan tidak lama lagi akan menjadi kenyataan. Kebun yang dulunya kosong kini menjadi hidup, penuh dengan harapan dan canda tawa. Iyan merasa bangga bisa bekerja dengan teman-temannya.
Ketika sesi berbagi dilaksanakan, Iyan merasa bahwa usaha keras dan persahabatan mereka menjadi fondasi penting dalam hidupnya. “Semoga kebun ini bisa membantu kita mendapatkan lebih banyak penjualan!” pikirnya.
Dan saat itu juga, sistem mengingatkan lagi. “Yakin, Iyan? Akan ada misi baru yang lebih menantang segera, bersiaplah!”
“Ha? Misi apa lagi?” Iyan merespons
penasaran.
Bersambung..