NovelToon NovelToon
Beauty To Crystal

Beauty To Crystal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Reenie

Di atas kertas, mereka sekelas.
Di dunia nyata, mereka tak pernah benar-benar berada di tempat yang sama.

Di sekolah, nama Elvareon dikenal hampir semua orang. Ketua OSIS yang pintar, rapi, dan selalu terlihat tenang. Tak banyak yang tahu, hidupnya berjalan di antara angka-angka nilai dan tekanan realitas yang jarang ia tunjukkan.

Achazia, murid pindahan dengan reputasi tenang dan jarak yang otomatis tercipta di sekelilingnya. Semua serba cukup, semua terlihat rapi. Tetapi tidak semua hal bisa dibeli, termasuk perasaan bahwa ia benar-benar diterima.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Aku Juga Ingin Kuliah

Setelah acara kelulusan yang meriah itu, hari-hari di sekolah terasa sepi. Lorong-lorong yang biasa dipenuhi suara tawa dan langkah kaki kini sunyi. Di grup kelas, semua mulai membahas hal yang sama: universitas, jurusan, dan masa depan.

“Universitas A, jurusan hukum.”

“Diterima di kampus B! Wah, akhirnya!”

“Tes wawancara beasiswa besok, doain ya!”

Setiap notifikasi yang muncul di grup membuat Elvareon terdiam semakin lama. Ia membaca semua pesan itu tanpa mengetikkan apa pun. Tangannya menelusuri brosur fakultas kedokteran yang sudah kusut di sudut meja kamarnya. Sejak SMA, itu impiannya. Menjadi dokter. Menyembuhkan orang lain. Tapi impian itu terasa sangat jauh sekarang.

Di luar, suara wajan terdengar dari dapur. Ibunya sedang memasak dengan penuh semangat, seperti biasa. Elvareon menarik napas dan berjalan ke arah dapur.

“Bu,” panggilnya pelan.

Ibunya menoleh sambil mengaduk sayur, “Iya, nak?”

Elvareon menunduk sebentar sebelum akhirnya bertanya, “Kalau aku ingin menjadi dokter, apakah itu egois?”

Ibunya berhenti mengaduk sayur. Wajahnya seketika berubah sedih.

“Elvaeron… kamu tidak egois. Tapi jadi dokter butuh biaya yang besar. Ibu tahu kamu itu anak yang pintar dan berpestasi tapi ibu takut kamu kecewa.”

Elvareon tersenyum kecil. “Aku cuma tanya aja, bu. Aku mengerti kok…”

Setelah itu mereka diam. Hanya terdengar suara sayur mendidih. Tapi dalam hati Elvareon, suara paling keras adalah rasa kecewa pada dirinya sendiri.

Di tempat lain, Achazia sedang duduk di ruang tamu, matanya tertuju pada layar laptop yang menampilkan kampus impiannya. Brianna duduk di sampingnya, menyodorkan sebotol soda.

“Aku udah daftar jurusan farmasi bareng Kaivan Kami mendaftar di Kampus Crystal Valley University ya kampusnya sekolah kita sih. Kamu sendiri?”

Achazia diam sejenak. “Masih ragu. Aku suka tata rias, tapi… Papa tidak akan setuju.”

Brianna menepuk bahunya. “Kalau itu bikin kamu bahagia, perjuangkan. Kita semua berjuang kok, termasuk Elvareon.”

“Ngomong-ngomong soal Elvareon…” Achazia melirik ke arah ponselnya. “Dia daftar kampus mana, ya?”

Brianna dan Kaivan saling pandang. Lalu Kaivan angkat bicara, “Dia belum daftar.”

“Maksudnya?” tanya Achazia.

“Dia tidak punya biaya. Dia sangat ingin kuliah kedokteran… tapi ya kamu tahulah keadaan dia. Dia tidak ngomong ke siapa-siapa, tapi aku tahu dia nyimpan brosur itu dari semester lalu.”

Hening sejenak.

“Apa kita bisa bantu dia?” tanya Brianna pelan.

Kaivan mengangguk. “Bisa. Kita bisa bantu dia daftar. Cari info beasiswa. Asal dia mau, pasti bisa.”

Achazia terdiam, menatap ke arah luar jendela. Pagi itu langit tampak bersih. Tapi di dalam dadanya, ada badai yang mulai berputar. Ia tidak mau Elvareon menyerah begitu saja.

Papa Achazia melihat putrinya bersama teman-temannya diruang tamu lalu menghampiri mereka.

"Sayang, kalian lagi apa?" tanya papanya

"Ini pa, daftar kuliah," ucap Achazia

"Kamu sebenarnya ingin jurusan apa nak? Kok wajahmu selalu murung kalau papa bilang masuk kedokteran?"

"Pa, sebenarnya aku tidak berniat untuk kedokteran. Papa kan tahu aku dari kecil suka dengan riasan. Kan papa sendiri juga yang daftarin aku ke Beauty High School waktu itu kan?"

Papanya termenung lalu menghela nafas.

"Sebenarnya papa tidak ingin memaksakan kamu. Tapi papa akan selalu mendukung jurusan apa pun yang akan kamu pilih asalkan kamu harus tahu mau jadi apa," ucap papanya sambil tersenyum

"Jadi kalau aku ingin jurusan tata rias, papa ijinkan?" tanyanya meyakinkan

"Tentu saja sayang. Papa tidak mungkin menghalangi impian kamu"

Achazia lalu tersenyum dan mengangguk. Dia lalu membuka website Lunaria Beauty Institute jurusan tata rias. Dia lalu mendaftar dan memasukkan berkas-berkas yang diminta.

Disitu papanya melihat putrinya sudah mandiri. Mendaftar kuliah sendiri dengan dukungan teman-temannya. Kaivan dan Brianna terlihat senang melihat Achazia mendaftar jurusan impiannya. Mereka bertiga saling membantu dalam pendaftaran. Papanya bingung kenapa tidak ada anak laki-laki yang waktu itu.

"Brianna ambil jurusan apa?" tanya papa Achazia

"Saya dan Kaivan mengambil jurusan farmasi, pak," ucap Brianna

"Wah bagus. Jadi ini namanya Kaivan ya. Saya baru tahu ada lagi teman putri saya laki-laki"

Mendengar hal itu, Achazia langsung membeku. Takut jika papanya menanyakan soal Elvareon

"Eh, seingat papa kemarin yang mengantar kamu itu pulang dia kuliah dimana?" tanya papa Achazia

"Aku tidak tahu, pa" ucap Achazia menyembunyikan kegugupannya.

Telepon papanya berdering. Sekertarisnya memanggilnya untuk datang ke kantor karena ada rapat penting.

"Haduh ada rapat penting. Papa pergi dulu ya ada rapat penting. Nanti kalau mau makan, mama dan bibi Eli akan memasak untuk kalian." ucap papanya lalu pergi mengendarai mobil mewah mengkilap.

Achazia lalu menghela nafas lega.

"Jadi papamu tahu kalau kemarin itu Elvareon memboncengmu dengan sepedanya?" tanya Brianna

"Iya. Makanya aku gugup tadi"

Setelah selesai mendaftar, mereka pergi makan siang yang dimasak oleh mama Achazia dan bibi Eli. Masakan itu sangat mewah sampai-sampai Brianna dan Kaivan enggan untuk memegang sendok emas.

Malam harinya, Elvareon duduk di teras rumah. Angin malam menyentuh wajahnya. Ia membuka ponsel dan melihat notifikasi masuk di grup.

“Congrats yang udah keterima ya!”

“Kita reuni setelah semester pertama yaa!”

Ia tidak mengetik apa pun. Tapi entah kenapa, jemarinya justru mengetik pesan pribadi ke satu orang.

Elvareon:

Achazia, kalau aku nggak bisa kuliah… kamu masih mau berteman sama aku?

Ia menatap pesan itu sebelum akhirnya menekan kirim.

Di kamar Achazia, ponselnya bergetar pelan. Ia membuka layar dan membaca pesan dari Elvareon. Jantungnya seperti dihantam pelan oleh kenyataan. Perlahan ia mengetik balasan.

Achazia:

Aku berteman sama kamu bukan karena kamu kuliah atau tidak, Elvareon. Tapi karena kamu Elvareon.

Namun, ia tidak langsung mengirimnya. Ia ragu. Lalu ia meletakkan ponsel dan menatap langit-langit kamar. Gelisah namun dia akhirnya mengirim pesan itu.

Keesokan harinya, diam-diam Brianna dan Kaivan mengajak Achazia membuat akun pendaftaran universitas untuk Elvareon.

"Apa kita bilang aja ke Elvareon ya?" tanya Brianna

"Aku akan mengajaknya ke sini" ucap Achazia

"Kau yakin Elvareon akan mau datang ke rumahmu lagi?" tanya Brianna

"Lebih baik kita ke rumahku saja, ucap Kaivan"

Tanpa pikir panjang, mereka bergegas pergi dari rumah Achazia menuju rumah Kaivan. Mereka duduk di teras sambil membuka laptop Achazia.

Kaivan menelpon Elvareon untuk datang kerumahnya. Dalam sekejap, Elvareon datang dengan sepeda tuanya itu. Dia memarkirkannya di depan teras lalu ternganga melihat Achazia dan Brianna ada disana.

"Ada apa memanggilku?" tanya Elvareon

"Ini ada beasiswa kedokteran di St. Aurelius University. Kamu harus mencobanya. Kamu juga anak berprestasi," ucap Brianna

Elvareon melangkah mendekati mereka lalu berkata "aku takut tidak lulus," ucapnya sedih

"Tenang saja bro, kami membantumu," Kaivan menepuk pundaknya

Achazia membuka website dan meminta berkas yang diperlukan dengan Elvareon. Untung saja Elvareon pernah menyimpan berkas di galeri ponselnya jadi dia tidak bolak-balik ke rumahnya.

Mereka membantu Elvareon mendaftarkan diri sebagai penerima beasiswa. Dan syarat paling akhir yaitu esai.

"Elvareon, ini harus mengupload esai. Kamu bisa buat esai sekarang? Tentang *Pentingnya Keberanian untuk Melewati Rintangan*. Bagaimana? Kamu bisa sekarang?" tanya Achazia.

Elvareon mengangguk lalu dengan hati-hati mengetik esainya di word laptop milik Achazia. Tidak sampai dua jam, esai itu selesai.

Ketiga temannya tersanjung

"Ini esai paling sempurna yang pernah aku lihat," ucap Brianna

Achazia lalu mengangguk dan berkata "Ya, aku juga."

Setelah esai itu selesai, Achazia mengirimkan berkas itu dan pengumumannya akan keluar di minggu depan.

"Elvareon, kami percaya padamu," ucap Achazia

Sore hari, mereka pulang dari rumah Kaivan. Brianna pulang naik bus, Achazia dijemput pak Gino dan Elvareon dengan sepeda tuanya.

Sesampainya dirumah, dia menemui ibunya yang sedang duduk di meja makan bersama ayahnya.

"Ibu," panggil Elvareon

Ibunya menoleh "Sudah pulang nak? Kamu dari mana?"

"Ibu, aku mendaftar beasiswa kedokteran. Aku dibantu oleh teman-teman aku tadi. Aku berharap aku lulus, bu" ucap Elvareon

Ibunya lalu berdiri dan memeluk putranya itu. Ayahnya senyum di meja makan.

"Maafkan kami nak, kami belum bisa memberikanmu yang terbaik. Jadi kamu harus mencari cara apapun supaya kamu bisa kuliah"

Elvareon lalu mengangguk dan berkata "Iya bu, tak apa"

Ibunya lalu mengajak Elvareon untuk makan malam. Sebenarnya ada yang ingin ditanyakan orang tuanya tapi selesai Elvareon makan saja.

Setelah Elvareon makan malam, dia membawa piringnya lalu mencucinya dikamar mandi. Ayahnya memanggilnya untuk duduk

"Nak, ada yang mau kami tanyakan tapi kamu harus jujur," ucap ayahnya

"Ada apa, yah?"

"Apa benar kamu menyukai putri bangsawan itu? Putri dari keluarga Velmorin?

"Velmorin? Siapa itu?" Elvareon bingung

"Kalau gak salah namanya Achazia itu," ucap ibunya

Elvareon menunduk lalu mengangguk.

"Nak, kamu kan tahu dia itu gadis yang berbeda sama kita. Nanti apa kata orang tuanya? Kami tahu dari perbincangan teman-temanmu saat perpisahan sekolah waktu itu," ucap ibunya

"Tapi bu, Achazia bukan gadis seperti itu. Dia baik bahkan dia selalu membantuku. Dia berteman dengan Kaivan dan Brianna. Dia tidak pilih-pilih teman," ucap Elvareon bersedih

"Ibu hanya khawatir, nak"

Elvareon lalu pergi ke kamarnya. Dia membenamkan wajahnya dibantal. Dia lalu mengambil ponselnya dan melihat instagram Achazia.

"Sesakit ini jadi orang miskin ya, Achazia." ucapnya pada dirinya sendiri.

Waktu berlalu. Seminggu telah tiba. Ini adalah hari pengumuman beasiswa. Elvareon membuka website itu dan bertuliskan "Selamat Elvareon Delacroix Lulus Sebagai Penerima Beasiswa di St. Aurelius University"

Elvareon lalu memanggil ibunya dan ayahnya. Memberitahu bahwa dia lulus mendapatkan beasiswa. Ayah dan ibunya lalu memeluknya. Ibunya lalu menangis bahagia

"Akhirnya impian kamu tercapai, nak." ucap ibunya.

Elvareon mengabari ketiga temannya itu. Lalu mereka juga bahagia. Achazia yang saat itu sedang makan siang bersama keluarganya. Dia menatap ponsel sambil senyum-senyum membuat ayahnya curiga.

"Sayang, kenapa kamu senyum-senyum?" tanya papanya

"Ini pa, Elvareon lulus beasiswa kedokteran," ucapnya keceplosan

"Hah? Anak laki-laki yang waktu itu?" tanya papanya.

Achazia terdiam. Dia takut salah bicara. Akhirnya dia mengangguk. Mama nya sudah tahu tentang itu tapi mamanya diam saja. Biarkan saja papanya yang mengurusnya.

"Jadi benar ya dia anak yang berprestasi" ucap papanya

"Iya pa" ucap Achazia

Setelah selesai makan siang, papanya kembali ke meja kerja dikamarnya. Sedangkan mamanya duduk di sofa sambil shopping. Papanya sudah menebak bahwa putrinya pasti ada sesuatu dengan anak laki-laki itu.

"Kalau pun saja dia menyukai putriku, tetap saja aku tidak setuju walau dia dokter. Kalau sudah miskin tetaplah miskin," ucap papanya didalam hatinya.

Di sisi lain, Achazia pergi ke kamarnya dan melihat banyak pesan masuk mengucapkan selamat kepada Elvareon di grup kelas lamanya.

1
Nana Colen
ceritanya ringan tapi asiiik 🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!