NovelToon NovelToon
Cinta Manis Aroma Roti

Cinta Manis Aroma Roti

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Kisah cinta masa kecil / Cinta pada Pandangan Pertama / Identitas Tersembunyi / Romansa
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Sebelas tahun lalu, seorang gadis kecil bernama Anya menyelamatkan remaja laki-laki dari kejaran penculik. Sebelum berpisah, remaja itu memberinya kalung berbentuk bintang dan janji akan bertemu lagi.

Kini, Anya tumbuh menjadi gadis cantik, ceria, dan blak-blakan yang mengelola toko roti warisan orang tuanya. Rotinya laris, pelanggannya setia, dan hidupnya sederhana tapi penuh tawa.

Sementara itu, Adrian Aurelius, CEO dingin dan misterius, telah menghabiskan bertahun-tahun mencari gadis penolongnya. Ketika akhirnya menemukan petunjuk, ia memilih menyamar menjadi pegawai toko roti itu untuk mengetahui ketulusan Anya.

Namun, bekerja di bawah gadis yang cerewet, penuh kejutan, dan selalu membuatnya kewalahan, membuat misi Adrian jadi penuh keseruan… dan perlahan, kenangan masa lalu mulai kembali.

Apakah Anya akan menyadari bahwa “pegawai barunya” adalah remaja yang pernah ia selamatkan?


---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Sore Hari di Sweet Anya

Matahari sore menembus kaca depan toko, memantulkan warna keemasan ke meja-meja. Adrian sedang berdiri di belakang, berbicara pelan dengan Andara yang baru saja datang.

“Jangan sering-sering ke sini di jam ramai,” bisik Adrian sambil melirik ke arah dapur.

Andara mengangkat bahu. “Kalau cuma ngobrol bentar, nggak masalah kan?”

Adrian hendak membalas, tapi suara pintu dapur terbuka membuat mereka berdua sontak menoleh.

Anya berdiri di ambang pintu, memegang nampan berisi gelas kopi. Matanya berganti-ganti menatap Adrian dan Andara.

“Kalian… kelihatannya akrab banget,” ucap Anya dengan nada setengah penasaran, setengah menggoda.

Adrian segera memasang senyum santai. “maaf sebenarnya ini… Andara itu adik temanku dari kecil. Kita sering main bareng waktu aku masih di kampung halaman.”

Andara menimpali cepat, “Iya, dia ini kayak abang sendiri buatku. Jadi kalau main ke sini, sekalian aja gangguin dia di tempat kerja.”

Anya tertawa kecil, menatap mereka bergantian. “Wah, pantes aja. Kupikir tadi kalian itu mantan pacar atau semacamnya.”

Adrian pura-pura terkekeh. “Hehehe, dia ini masih bocil. Mana mau aku, aku maunya sama kamu ujar Adrian lalu tersadar menutup mulutnya

Anya dan Andara menatap Adrian kaget

“Kalau begitu, kamu boleh aja datang ke sini, Dara. Asal nggak bikin Raka malas kerja.” ujar Anya cepat langsung pergi

Andara tersenyum lebar. “Siap, Chef Anya!”

"Kak, kenapa gak langsung di tembak?" tanya Andara

"Diam kamu, pergi sana... Besok kamu sudah masuk sekolah lagi" ujar Adrian

"Is kok ngusir sih, tapi yaudah lah aku pulang dulu" ujar Andara keluar dari sana

Mulai hari itu, Andara bebas mampir ke Sweet Anya setiap pulang sekolah kadang membantu Anya merapikan meja, kadang cuma duduk sambil bercerita. Dan meski Adrian tetap waspada, ia tak bisa menahan rasa lega karena setidaknya Anya percaya penuh pada alasannya.

...----------------...

Sedangkan di posisi lain saat ini Sonia memutar cincin di jarinya sambil menatap ke arah Sweet Anya dari dalam mobil.

Ia tak pernah seobsesif ini terhadap siapa pun bahkan terhadap proyek bisnisnya sendiri.

Namun kali ini, bukan bisnis yang dipertaruhkan. Ini soal harga diri.

"Besok pagi kita mulai dari sini lagi," perintahnya kepada detektif.

"Kalau perlu, kita pasang orang di setiap pintu keluar." lanjut Sonia

Detektif itu melirik dari kaca spion. "Anda yakin ini orang yang sama? Dia terlihat… lebih kurus dan… agak kusam, kalau yang saya lihat sekilas."

Sonia tersenyum dingin. "Kalau Adrian mau berperan sebagai tukang roti lusuh, dia bisa. Dia pernah menyamar jadi chef magang di Italia demi memata-matai kompetitor. Aku tahu triknya."

Ia kemudian meneguk kopi dingin yang ia pesan hanya sebagai alasan untuk duduk di mobil itu selama berjam-jam.

Matanya tidak pernah lepas dari pintu toko.

---

Esok paginya, Raka alias Adrian sudah datang bahkan sebelum fajar.

Ia memeriksa pintu belakang, menutup sebagian tirai di ruang depan, dan memastikan posisi meja diatur sedemikian rupa sehingga dari pintu masuk, dapur tidak terlihat jelas.

Anya muncul sambil menguap, masih setengah sadar.

"Kenapa toko jadi kayak labirin begini? Kita lagi main petak umpet?"

Raka tersenyum tipis. "Anggap aja desain interior versi... anti-intelijen."

Anya mengerutkan kening. "Ngomong-ngomong, kemarin Mbak berkacamata item itu siapa? Kayak… matanya nyala waktu ngeliat sekeliling."

Raka menahan napas sejenak, lalu berpura-pura sibuk mengaduk adonan. "Mungkin cuma pelanggan penasaran."

"Tapi tatapannya beda," gumam Anya pelan. "Kayak… nyari orang."

Raka hanya tersenyum tipis, tapi dalam hati ia sudah menandai: Anya nggak boleh tahu apapun sampai aku siap.

---

Andara masuk setengah jam kemudian, kali ini membawa tas belanja besar.

"Aku bawa sesuatu buat nyelamatin reputasimu, Kak."

Raka langsung curiga. " kamu kenapa gak sekolah dan Apa lagi ini? Topeng? Wig? Atau baju badut?"

"Lebih keren," jawab Andara sambil mengeluarkan—sepatu bot karet warna kuning menyala, celemek polkadot pink, dan topi koki raksasa berbentuk cupcake.

Raka menatapnya datar. "Kamu bercanda, kan?"

"Justru ini jenius!" ujar Andara semangat. "Kalau kamu keluar pake ini, nggak ada yang bakal nyangka kamu itu Adrian Aurelius Bramasta. Mereka bakal mikir kamu… ya tukang roti eksentrik yang doyan cosplay."

Tidak lama Anya datang dan terkejut melihat Andara ada di sana, " Eh Dara.... Kamu disini? Gak sekolah?

"Gak jadi kak kata gurunya besok, dan ini aku bawa seragam baru untuk kak Raka, biar ceria" ujar Andara

Raka menghela napas panjang. "Aku di sini untuk bersembunyi, bukan jadi atraksi sirkus." gumamnya

---

Siang itu, seperti yang diduga Adrian, Sonia kembali.

Kali ini, ia tidak sendirian dua orang asistennya ikut, berpura-pura jadi pelanggan biasa yang memesan dan duduk di meja berbeda.

Anya menyambut Sonia dengan senyum profesional.

"Mbak mau pesan yang kemarin lagi?"

Sonia membalas senyum itu, tapi matanya berputar, memeriksa meja-meja dan pintu ke arah dapur. "Iya. Dan… kalau boleh, saya mau lihat chef-nya. Saya suka kenal dengan orang yang membuat makanan enak."

Anya hampir memanggil Raka, tapi sebelum kata-kata itu keluar, Andara menyelip di tengah.

"Chef kita orangnya pemalu banget, Mbak. Lebih pemalu dari kucing liar. Kalau mau ketemu, harus ikut kelas baking privat kita."

Sonia mengangkat alis. "Kelas baking?"

Andara mengangguk cepat. "Iya. Syaratnya harus daftar dulu, bayar DP, dan… nggak boleh bawa kamera."

Sonia tersenyum kecil. "Menarik."

Raka yang menguping dari balik pintu dapur mencatat hal itu di kepalanya: Oke, ini bisa jadi bumerang kalau Sonia daftar kelas itu.

--

Menjelang sore, salah satu asisten Sonia pura-pura tersandung dekat pintu dapur, membuat pintu itu terbuka sedikit.

Sonia, yang melihat celah itu, langsung mencondongkan badan.

Adrian refleks membalikkan badan, menunduk, pura-pura mengikat tali sepatu, lalu mendorong pintu tertutup lagi.

Sonia sempat melihat sekilas punggungnya bahu yang lebar, cara berdiri yang terlalu tegak untuk ukuran tukang roti biasa.

Matanya menyipit tapi tidak bisa melihat jelas

--

Malamnya, di ruang belakang setelah toko tutup, Raka menelpon Jordan.

"Besok, pastikan ada pengalihan. Aku nggak mau dia punya kesempatan datang ke sini. Bilang pada satria"

Jordan di seberang tertawa pendek. "Wah, bos besar sampai kabur dari mantan kek gini. Ini lebih dramatis dari sinetron."

"Jordan." Nada suara Adrian tajam. " mantan kepala mu, mana mau aku dengan wanita gila itu dan Ini bukan drama. Kalau dia tahu aku di sini sebelum waktunya, semuanya berantakan. Anya berantakan. Dan aku… mungkin nggak akan bisa menyentuh hati Anya lagi."

Andara yang mendengar dari sudut ruangan nyengir. "Atau… kamu akhirnya bakal pakai celemek cupcake itu."

Adrian menatapnya dengan tatapan maut. "Andara, aku serius."

Andara mengangkat tangan. "Oke, oke. Tapi kakak harus siap perburuan ini baru mulai panas."

Bersambung

1
Supryatin 123
hebat si anya.pemberani n tangguh.lnjut thor 💪💪💪
Rohmi Yatun
kereeennn anya😘😘😘
Talnis Marsy
gitu donk Anya..tunjukkan pesonamu/Rose/.jadilah wanita yang tangguh
Supryatin 123
💪💪🥰🥰🥰❤️❤️ buat Anya pantang mundur n menyerah menghadapi dunia luar yg kejam lnjut thor 💪💪💪
Rohmi Yatun
cerita yang menarik🌹🌹🌹👍
Wulan Sari
cerita ini sangat menarik untuk contoh kehidupan yg nyata untuk sehari2 salut deh karakter cerita ini suka 👍 salam sehat selalu ya 💪 karya yang lain 🙂❤️🙏
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪💪
Talnis Marsy
Thor jangan bikin karakter Anya lembek...calon istri ceo harus tahan banting..tunjukin donk kamu wanita tangguh dan berkelas
Supryatin 123
seru bnget thor.lnjut thor 💪💪💪
Kadek Ariani
mantap banget kak...lanjut y
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪💪
Talnis Marsy
semangat thor
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪💪
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Sulfia Nuriawati
kelamaan misinya bikinkesel bertele tele 🙏🙏🙏🙏
inda Permatasari: bukan bertele tele kak ini baru bab 10 an jika langsung ke Tahuan sebelum bab 20 ceritanya akan terlalu cepat, nanti di kira terburu buru
total 1 replies
Retno Palupi
langsung tembak kenapa sih, kelamaan masalah jd tambah rumit lhoo
Sulfia Nuriawati
keburu ketauan, kelamaandramanya kesrl jdnya ngulur² wktu mkin byknslh
Cindy
lanjut kak
Noey Aprilia
Msukin karung aja,trs lmpar k laut....
lgian,ngpn msti tkut sm tu nnek shir....
kcuali kl ada rhsia d antara klian....🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!