Kisah dua wanita cantik yang terlahir dari ibu yang berbeda, terapi memiliki ayah yang sama. Morgan Tan memilki dua orang istri, anak dari pernikahan resmi bernama Pricilia Tan dan satu anaknya terlahir dari sebuah kesalahan bernama Claudia Tan.
Demi ingin mendapat pengakuan marga Tan dari sang Ayah, Claudia harus menggantikan posisi sang kakak sebagai istri dan menikah dengan Edward yang merupakan pewaris tunggal dari keluarga Chen.
Takut akan rumor dan kondisi buruk Edward, kelurga Tan sengaja menukar anak gadisnya Pricilia dengan anak haram Morgan Tan yaitu Claudia. Apalagi terdengar rumor pria tersebut memilki penyakit aneh dan istri-istrinya meninggal secara misterius.
Lalu, bagaimana kah nasib Claudia di tangan kelurga Chen?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan Nenek Chen
AKu mulai menghitung hari, lima bulan sudah aku berada di mansion penuh misteri ini. Rasa bosan membuat ku semakin tidak betah tanpa memiliki kesibukan apapun. Terlebih lagi Anna sudah tidak menemani ku seperti biasanya. Mungkin saja terlalu banyak rahasia yang Anna tahu, jadi nenek Chen dan bibi Helen memindahkan tugas Anna.
Keseharian ku hanya membaca novel di sebuah aplikasi sambil duduk di ayunan besi yang berada di taman belakang. Sekarang aku sudah berdamai dengan mansion ini, apapun yang terjadi di rumah ini aku sudah tidak perduli. Dan aku juga sudah tidak berharap bertemu dengan tuan Chen. Biarkan aku berada disini menjalani nasib sebagai istri Edward Chen sampai dua tahun. Setelah itu aku akan di kirim entah kemana. Mengingat semua itu membuat ku sedih, karena aku akan berpisah dari ibuku
Ku buang nafas panjang, tak terasa airmata mulai berjatuhan di sudut mataku. Aku hanya merenungi nasib ku setelah di buang dari keluarga Chen.
Pandangan ku kosong, menatap dedaunan hijau yang berada di sekitar halaman. Aku tersadar dari lamunan saat Ponsel ku berdering, itu dari Melly sahabat ku
Ku geser tombol warna hijau dan menyapanya dengan penuh semangat.
"Hallo Melly."
"Claudia, apa kamu sedang sibuk?" tanya Melly di ujung telepon.
"Tidak, kenapa?"
"Apa kamu tidak baca grup? Kalau kita di undang acara party Cindy di hotel Ritz Carlton."
"Aku belum menghubungi admin, kalau nomor ku terdahulu sudah ku ganti."
"Aku akan memasukkan nomor baru mu ke grup."
"Oke!"
"Jadi, kamu besok ikut ke party Cindy kan!" tanya Melly yang berharap aku datang.
Aku terdiam, memikirkan bagaimana cara keluar dari mansion yang menurut ku seperti kastil. Seluruh mansion ini di jaga ketat oleh penjaga bertubuh kekar, Belum lagi mansion ini memliki dinding tinggi yang menjulang.
"Akan ku usahakan datang." kata ku tak yakin.
"Baiklah, aku tunggu besok di persimpangan jalan kota Hayam Wuruk. Atau hubungi bila sudah disana."
"Oke, sampai besok."
Setelah telepon berakhir aku mulai berpikir untuk pergi besok malam. Tapi, bagaimana caranya keluar dari mansion ini? Apakah aku harus berterus terang pada nenek Chen. Semoga saja nenek bisa mengerti dan mengizinkan aku pergi party besok malam.
Esoknya...
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, aku sudah mandi dan memilih dress long sequin panjang berwarna putih, dengan bahu terbuka lebar dan belahan tinggi di samping. Rambut ku sanggul ketat, menambah elegan dalam penampilan ku. Aku sengaja berdandan terlebih dahulu sebelum bicara dengan nenek Smith, aku akan membujuk nenek dan pura-pura bersedih bisa tidak di izinkan.
Tapi, apa alasan ku pergi? Kalau aku bilang ada party di kediaman kelurga Tan, Aku takut nenek Chen menghubungi ayah ku. Bisa terbongkar kebohongan ku. Lebih baik aku jujur saja.
Aku menuruni anak tangga berukir dengan hati-hati. Heels memilki ujung yang lancip, takut membuat ku terpeleset saat menuruni tangga.
Aku menginjak lantai marmer dengan perasaan was-was, takut nenek tidak mengizinkan ku pergi, tapi apa boleh buat? Aku harus bisa meyakinkan nenek Chen. Aku sudah berhenti di salah satu ruangan, tempat biasa nenek Chen membaca buku-buku tebal yang berada di rak-rak yang tersusun rapih.
Ku ketuk pintu tiga kali, terdengar suara nenek Chen dari dalam ruangan.
"Siapa?!
"Saya Pricilia."
"Ada perlu apa?"
"Boleh saya masuk sebentar nek?"
"Masuk lah!"
Aku membuka gagang pintu, daun pintu terbuka perlahan dengan suara decitan. Aku masuk kedalam ruangan baca. Nenek Chen mengangkat wajahnya dan menatap ku dengan ekspresi tak bisa di tebak.
"Kamu mau kemana?! Tanyanya dingin.
Aku mengeratkan genggaman tali tas di pundak dan berkata "Nenek, malam ini aku ada acara party sahabat ku di hotel Ritz Carlton, izinkan aku pergi." wanita tua itu terdiam, tatapan nya masih dingin penuh interograsi. "Aku janji tidak akan lama." kata ku lanjut bicara.
Nenek Chen melepas kacamata minus nya dan membuang nafas kasar. Aku masih menunggu jawaban darinya dan berharap hati nenek Chen melunak. Wanita sepuh itu beranjak dari kursi goyang dan berjalan kearah ku
"Kamu, ku jadikan istri dari cucu ku, bukan untuk bersenang-senang. Apalagi menghadiri sebuah pesta." nenek Chen berdecih "Tapi untuk patuhi semua perintah dan perjanjian yang sudah kamu sepakati. Kesepakatan antara kelurga Chen dan kelurga Tan."
"Tapi Nek, aku bukan patung yang selalu diam dan harus menuruti semua perintah kelurga Chen. Tetapi, semua sudah aku patuhi tanpa boleh menolak." Emosi ku sudah mulai keluar, aku sudah benar-benar muak dengan semua ketentuan wanita tua itu.
"Aku ini manusia, yang butuh hiburan dan sedikit kebebasan."
Nenek Chen menekan tongkat ke lantai, hingga menimbulkan suara keras. "Kebebasan mu sudah aku beli!" balas nenek Chen tak kalah sengit.
Aku terkejut dengan ucapan wanita sepuh itu "Maksud Nenek apa?! Tanyaku yang sedikit bingung.
Nenek Chen menatap ku penuh amarah, wajahnya berubah suram "Aku sudah memberikan mahar 500 gram emas murni dan uang sebesar 800 milyar!"
"Apa?! aku bukan hanya terkejut tapi juga hampir pingsan. Kenapa aku tidak tahu perihal emas dan uang mahar dari keluarga Chen.
"Cucu ku yang melunasi semua hutang-hutang ayahmu yang hampir bangkrut! Berapa banyak uang yang kami keluarkan demi anak seperti mu!" pekik Nenek Chen meremehkan.
Aku terdiam dan hampir menangis histeris setelah apa yang baru aku ketahui. Berati kelurga Tan sudah menjual diriku, anak yang mereka anggap haram. Air mata ku meleleh tanpa bisa ku tahan.
Nenek Chen berjalan kearah jendela dan berdiri, menatap pemandangan di depannya, ia masih belum puas berbicara, hingga aku mendengar sebuah kenyataan.
"kalau saja guru spiritual ku tidak memilih mu jadi istri Edward, aku juga tak sudi jadikan Kamu istri cucuku," Nenek Chen berbalik dan menatapku kembali. Bukan hanya tatapan menghunus, tetapi tatapan penuh penyesalan.
"Tiga hari lagi adalah bulan purnama darah! Bila kamu bisa melewati malam itu, Edward akan sembuh dari penyakitnya. Kamu akan aku bebaskan pergi dari sini!" Kata-kata nenek Chen begitu menakutkan, seluruh tubuh ku merinding. wanita tua itu kembali berjalan mendekat, dan semakin dekat. Aku mundur kebelakang karena ketakutan. "Tetapi, bila Edward kembali sakit dan Ramalan itu tidak terbukti. Kamu akan mengalami nasib yang sama seperti istri-istri Edward yang terdahulu."
"Tidak! teriak ku
"Ja-di, aku di nikahkan hanya untuk di jadikan tumbal penyembuhan penyakit cucu mu!" tanya ku penuh amarah.
"Tidak ada pilihan lain, kalau kamu mau seluruh keluarga Tan selamat, maka ikuti semua perintah ku, dan jangan coba-coba berani meninggalkan mansion ini!"
Selesai bicara, nenek Chen berjalan kearah pintu dan membanting nya dengan keras. Seketika tubuh ku lemas seperti tak bertulang, tubuh ku jatuh ke lantai bersamaan air mata ku tak henti menetes.
💜💜💜💜
jangan bohong kamu Chen pdhl udh d sentuh berkali kali tuh istrinya nek yah engg pa pa kan udh halal itu lagian engg ada sesuatu yg terjadi kan Ama kamu tuan Chen berarti penyakitmu sudah sembuh ya kan
Mantap bunda
Hatur nuhun