Ketika keturunan mafia menyamar menjadi mahasiswa yang dibully!
William Stone-Brooks memiliki maksud tersendiri hingga memilih berkuliah untuk kedua kalinya di Venesia Italia, menyamar menjadi pria pendiam, culun dan sering di-bully. Hingga satu insiden yang membuatnya tertarik kepada seorang gadis yang berani membelanya tatkala semua hanya diam saat pembullyan terjadi. Jane Stewart, itulah nama gadis pemberani dan sangat energik.
Dengan maksud terselubung, William berhasil mendekatinya hingga menjalin hubungan kekasih dengan Jane sampai hari itu tiba.
“Aku tidak ingin berurusan denganmu Mr. Mafia.” Gertak Jane menatap tajam penuh amarah ketika dia merasa dikhianati oleh pria yang pernah dia cintai.
“Sekarang kau akan selalu berurusan denganku, ketika aku akan menjadikan mu sebagai milikku, Jane Robinson.”
Deg!
SEASON 2 DARI A Baby For The Mafia Boss
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEiaMM — BAB 06
SEDIKIT TENTANG WILLIAM, MUNGKIN
Las Vegas
Di sebuah ruang santai yang ada di hotel VVIP. Di sanalah Aurora tinggal setiap harinya.
Bukan tanpa alasan dia tinggal di sana. Sejak Will memutuskan untuk menjadi mahasiswa lagi, pria itu meninggalkan nya, dan mansion baru mereka juga. Seperti saat ini, Aurora tampak terdiam di salah satu sofa saat dia baru saja mendapatkan kabar dari asisten adiknya itu.
“Anda butuh sesuatu Nyonya? Mungkin udara segar?” tanya Dante yang selalu muncul dan hadir setiap kali Aurora gelisah dan dilema.
Wanita cantik nan lembut itu menatap ke sekretaris nya. “Ini sudah malam, sebaiknya kau istirahat, kau sudah banyak bergerak dan bekerja hari ini, Dante.” Ujar Aurora dengan cemas.
“Itu sudah menjadi tugasku Nona.” Balas pria berjas hitam itu dengan sangat siap siaga.
Aurora tersenyum tipis hingga ia berdiri dan masih memperhatikan pria itu. “Mungkin aku akan pergi bersama Nat malam ini, jadi kau tidak perlu risau! Kau bisa pulang dan istirahat untuk besok!” jelas Aurora yang membuat pria itu terdiam memperhatikan nya dengan sesekali.
Usai mengatakannya, seorang pelayan datang menemui Aurora dengan memberikan hormat nya. “Tuan Nat baru saja tiba Nona. Dia menunggu Anda di mobil!” jelasnya.
“Terima kasih!” Balas Aurora yang meraih tas hitam jinjing nya itu dan hendak melangkah pergi.
“Berhati-hatilah Nona.” Ucap Dante yang sekilas membuat Aurora menoleh ke arahnya dengan senyum kecil serta anggukan kecil.
Ya! Entah kenapa, tapi Dante sejak awal hubungan antara Aurora dan Nat Bosley kekasih bosnya itu, dia sudah merasa tak suka akan pria itu dan merasa ada sesuatu yang tidak untuk Aurora. Itu sebabnya Dante selalu mengatakan hal yang sama kepada Aurora— yaitu <
Telat di dekat mobil berwarna hitam mengkilap, Aurora dan Nat bertemu dan berpelukan. “Aku pikir kau akan sibuk hingga malam!” ujar Aurora.
Saat mereka melepas pelukannya, Nat hendak menciumnya seperti kekasih lain pada umumnya. Namun Aurora menahannya dan selalu seperti itu. “Kita sudah bicarakan hal ini!” ucap Aurora tersenyum kecil sehingga pria berkemeja putih dengan vest hitam itu pasrah.
“Okay! Ayo, aku ingin menunjukkan bisnis baruku yang akan kau sukai dan juga tidak kau sukai!” ujar Nat membuat Aurora berkernyit heran namun juga penasaran.
Nat Bosley, dia keturunan seorang konglomerat, namun sikap dan sifatnya yang sebenarnya masih dia tutupi hanya demi mendapatkan Aurora Stone-Brooks yang sangat sulit yang untuk di taklukkan.
Namun kini, Nat berhasil meyakinkan Aurora sehingga wanita itu mau menjadi kekasihnya.
Dengan seringan kecil, Nat melihat ke arah Dante yang baru saja keluar dari hotel saat Aurora masuk ke mobil lebih dulu. Kedua pria itu saling beradu pandang dengan tatapan tajam.
Brakk! “Kau memiliki sekretaris yang tegas dan cekatan, sayang!” ucap Nat sembari melajukan mobilnya.
Sekilas Aurora menoleh dan melihat keberadaan Dante di sana.
“Apa itu masalah untukmu? Kau cemburu?” tanya Aurora sedikit menggoda namun terlihat santai.
“Pria manapun yang menjadi kekasihmu akan merasakan cemburu jika melihat kedekatan mu dengan sekretaris mu yang masih single!” balas Nat sekedar bercanda dan itu membuat Aurora hanya meliriknya saja.
“Kami tidak terlalu dekat! Hanya karena pekerjaan.” Balasnya.
“I know (aku tahu)!” pria itu menoleh seraya tersenyum kecil.
.
.
.
Usia menempuh perjalanan. Kini Aurora dan Nat baru saja sampai di tempat yang sunyi, mungkin hanya ada beberapa orang saja yang merupakan pekerja di sana.
“Ini club! Apa ini bisnis barumu? Bukankah kau sudah menjalankan bisnis perusahaan keluarga mu?” tanya heran Aurora saat dia baru tahu kalau Nat ingin membuka usaha gelap seperti adiknya.
Pria itu tersenyum kecil sembari memasukkan kedua tangannya ke saku celana. “Terkadang segepok uang tidak memuaskan kita! Ayo, biar aku tunjukkan ruangan menariknya!” ujar Nat masih positif thinking. Sedangkan Aurora sudah tidak nyaman dan tidak menyukai tempat tersebut.
Saat mereka masuk, Nat memperkenalkan setiap ruangan di sana kepada kekasihnya. Tentu Aurora menghargainya, dia selalu menghargai siapapun yang ingin menunjukkan nya kepada nya. Hingga pria itu menunjukkan ruangan red door.
“Ruangan apa itu?” tanah Aurora terheran saat mereka berhenti di pintu merah.
Nat berjalan ke arahnya hingga berdiri di belakangnya dan berbisik. “Fuckers' lovemaking room!”
Wanita itu langsung menoleh ke Nat dengan tatapan lekat dan terkejut sehingga wajah mereka begitu dekat.
“Kenapa harus ada ruangan seperti itu?” tegas Aurora benar-benar tidak menyukainya.
“Ayolah! Ini akan membuat tempat ini semakin melejit, dan harganya cukup fantastis. Kau tidak akan tahu jika belum mencobanya sendiri sayang! Mau aku tunjukkan isi di dalamnya?!” tawar pria itu tersenyum kecil.
...***...
Jane yang tertidur pulas, ia sama sekali tidak membuka mata ketika ia merasakan sesuatu yang begitu berat baru saja naik ke atas ranjang telat di depannya saat ini.
Tapi Jane merasa bahwa semua itu hanyalah mimpi. Sementara William sendiri yang ada di sana, pria itu menatap lekat wajah Jane, membelai wajah cantiknya yang terlihat tenang hingga turun ke leher bak menyusuri lekuk tubuh wanita itu.
KRIINNGGG!!!!
“Sangat tepat waktu! Aku pikir kita akan terlambat!” ucap Jane yang kini berjalan sejajar dengan Will. Tentu saja, mereka berangkat bersama ketika tempat tinggalnya di satu apartemen yang sama.
Pria itu tersenyum kecil hingga Jane mulai teringat akan sesuatu. “Bisa aku katakan sesuatu? Tapi jangan tersinggung!” ucapnya membuat langkah mereka terhenti.
Tak ada balasan dan Will, namun pria itu menunggu nya berbicara.
“Malam kejadian kematian Oshin. Aku melihatmu keluar dari gudang yang sama di jam yang sama setelah kematian Oshin! Kau... Tidak melihat sesuatu?” tanya Jane menatap serius dan sedikit memelankan suaranya.
Sedangkan Will terdiam mendengar ucapan itu. -‘Sial!’ umpat Will dalam hati. Dia tak sadar bahwa ada seseorang di sana saat itu.
“Yap... Aku tidak tahu jika ada Oshin di sana malam itu. Kau tahu ada club di ruang bawah tanah gudang itu? Aku keluar dari sana.” Jelas Will yang memang benar ada club di sana.
Jane yang mendengarnya pun baru tahu kalau ada club tersembunyi di sana. Kini wanita itu nampak sedikit malu karena sudah salah sangka. Wanita cantik.tik dengan rambut terkuncir ekor kuda itu tersenyum kecil.
“Maaf sudah salah sangka!” ucap Jane.
Hingga Will melihat ke arah luar, Marco baru saja tiba sendirian. Pria itu terlihat marah dan kesal, entah karena apa hanya dua temannya saja yang tahu.
“Aku lupa harus menemui dosen. Kau bisa masuk ke kelas lebih dulu!” ucap Will dengan sengaja sehingga Jane yang tak tahu, dia hanya mengangguk dan pergi lebih dulu.
Tentu saja, pria itu berbalik arah hingga berpapasan dengan Marco di koridor kampus yang kini sepi. Dengan tatapan tajam, Marco langsung mencengkram Will dan membenturkannya ke dinding. Brugh!
“Siapa dirimu HAH?? Kau melukai Reus hingga dia terluka parah. Apa kau juga yang melakukannya kepada Oshin?” tegas Marco yang masih enggan melepaskan pria berkacamata itu.
Will menatap balik namun dengan tatapan datar. “Kalian selalu menindas ku, apa aku pernah melawan? Kau tidak ada bukti jika aku pelakunya.” Balas Will membuat Marco semakin berkerut alis.
Kedua tangan Will kini mencengkram pergelangan tangan Marco dan meremasnya hingga Marco sendiri merasakan sakit tapi dia menahannya saat Will dengan mudahnya melepaskan tangan Marco dari kemeja kotak-kotak nya.
“Jika aku memberitahumu sesuatu tentang diriku. Mungkin itu akan menjadi hari terakhir mu di dunia ini.” Ucap Will dengan suara dinginnya dan tatapan tajam nya.
Tak ada pertarungan sengit saat Will memutuskan pergi begitu saja.
Tentu saja Marco menyeringai tak percaya mendengar si culun tadi berkata seolah mengancamnya. Yang benar saja. “Bastardo! (bajingan)!” umpat kesal Marco menatap kepergian Will.
yg mencelakaimu itu orang suruhan ipar nya will loh Aurora 🙂😂🫢🤭
Apkah peter Robinson salah-satu penghianat di bisnis Donovan dulu nya...sprti nya iya..
Dinikahi selanjut nya utk di cintai ..benar bgitu kan will 🥰😘
apakah kamu harus terluka dulu di tangan orang lain Jane baru kamu patuh kepada Will???? 🤔🤔🤔
Apakah Aurora akan mengalami sesuatu di tengah jalan???
sprti nya Nat hrs di beri pelajaran sama Dante 😀😂🫢🤭
klu will yah jiwa2 ayah nya Donovan keras kepala & tanpa belaa kasih sm musuh..
kpn thor aurora di bikin romantis sama asisten dante hehehehehe
apakah mereka mau menyerahkan nyawa mereka sndri????
edan wkwkwkw