Hilang Perawan Di Malam Pesta

Rico pada saat itu berada di dekat Ranti, sedangkan Noah terlihat sedang menerima panggilan telepon, tetapi hanya sebentar saja.

Ranti menjadi gugup. “Apa Kak Rico?” tanyanya dalam hati sambil terus menatap fokus pada layar laptop.

Namun Rico seperti tengah menunggu Noah selesai dengan ponselnya. Lalu tak lama kemudian Noah memasukkan ponselnya ke saku celana, dan dia lanjut berbicara pada Rico. Ranti sungguh ingin mendengar apa percakapan mereka tetapi sungkan untuk minta Arion menaikkan volume suaranya.

Kedua lelaki itu berbicara serius, hingga yang ditunggu-tunggu pun terjadi. Tampak Noah maju mendekati Ranti yang terbaring di atas sofa kemudian langsung mengangkat tubuhnya.

Saat ini mulut Ranti terbuka, apakah dugaannya selama ini benar? Noah, kah?

Ketika Noah bergerak membawa tubuh Ranti, Rico terlihat membungkuk untuk mengambil sesuatu di lantai, yang Ranti duga itu pasti kacamatanya yang terjatuh.

“Pantas saja kacamataku ada sama Kak Rico,” gumam Ranti di dalam hati. Ada sedikit kelegaan, karena jujur saja dia khawatir jika Rico lah yang membawanya ke kamar itu. Sebab jika memang dia, maka Ranti pasti harus bermusuhan dengan Tisya.

Selanjutnya rekaman itu masih dapat menampilkan pergerakan Noah, melewati kerumunan sambil menggendong Ranti, dia terlihat santai saja. Namun, ketika lelaki itu sudah nyaris mencapai pintu keluar klub, tiba-tiba.

BRAK!

“Aaakhh!”

Ranti berteriak kaget ketika Arion malah menutup layar laptop dengan keras. Mengembalikan dirinya ke kenyataan.

“Tuan, kenapa ditutup?” tanya Ranti, dia kini sudah berdiri tegak sedangkan Arion masih duduk.

“Bukannya kamu hanya ingin tahu siapa yang membawamu, kan? Dia Noah,” jawab Arion malas. Kemudian dia bergerak menyandarkan punggungnya dan melipat kedua tangan di dada, terlihat begitu santai. Dia juga memutar kursinya sedikit hingga bisa menatap Ranti dengan jelas.

“Iya, tapi kan masih belum kelihatan sampai ke kamar itu,” ucap Ranti. Dia hanya masih belum bisa puas jika tidak melihat bukti hingga akhir.

Di tempat duduknya itu, Arion tersenyum sinis. “Jadi kamu berbuat mesum dengan Noah di kamar hotel ini?” tuduhnya.

Ranti tersentak, lalu menggeleng pelan, jelas sekali dia merasa ketakutan serta malu sekaligus. “Oh Tuhan, apa yang harus kujelaskan?”

Melihat Ranti hanya diam tak menjawab, Arion malah mengejeknya. “Kupikir kalau kamu itu polos.” matanya melirik Ranti dari atas ke bawah. Membuat Ranti merasa ditelanjangi oleh mata Arion.

“Ternyata, sama saja dengan gadis lainnya. Malah berbuat mesum di dalam hotelku, dengan Noah pula,” sambung Arion, kata-katanya begitu tajam menghujam langsung ke jantung Ranti.

Nyaris saja Ranti menangis, seumur hidup belum pernah ada yang menghina dirinya seperti ini. Ingin membantah tetapi semua itu memang telah terjadi pada dirinya.

“Ini bukan salahku,” jawab Ranti, suaranya pelan dan bergetar.

Arion berdiri, semakin menatap Ranti dengan pandangan remeh. “Oh jadi ini salah Noah? Nona, aku tidak pernah mau menyalahkan laki-laki dalam hal seperti ini. Karena jika kamu menolaknya, maka itu tidak akan pernah terjadi,” tegasnya.

“A-aku nggak sadarkan diri, Anda lihat sendiri, kan? Gimana bisa aku nolak? Maksudku…” Ranti jadi merasa ada yang salah dengan perkataannya itu.

Arion hanya diam, tetapi wajahnya sungguh terlihat menyebalkan di mata Ranti. Namun, Ranti juga tidak bisa mengelak, sebab tuduhan Arion itu memang benar-benar telah terjadi, menurutnya. Ah, Ranti sepertinya ingin menangis saja.

“Jadi? Apa hubunganmu dengan Noah sekarang?”

Ranti mengerutkan kedua alisnya, tentu saja mereka tidak ada hubungan romansa kecuali pertemanan.

“Ah, jadi kalian hanya One Night Stand, luar biasa,” lanjut Arion. Sungguh tidak sopan sekali bagi Ranti.

Karena sudah tak tahan lagi, Ranti akhirnya ingin pergi. Dia berbalik tetapi Arion masih saja tidak puas.

“Rupanya kamu belum mengenal siapa temanmu, ya. Noah itu, dia lebih dulu menjadi temanku. Dan tadi malam, di lantai 80 itu, dia sedang mengunjungi seorang wanita yang kesepian. Apa setelah itu dia masuk lagi ke kamarmu?” Arion terkekeh. Demi apa, kali ini Arion menjadi sangat menyebalkan.

“Seenggaknya dia normal,” tiba-tiba Ranti menyahut.

“Apa katamu?” tanya Arion.

Ranti menjawab tegas, “Aku memang nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi di kamar itu, tapi kalaupun terjadi sesuatu, aku nggak menyesal. Aku sudah dewasa, begitu juga dengan Kak Noah dan itu adalah hubungan dua manusia yang normal, laki-laki dan perempuan.”

“Jadi maksudmu aku tidak normal?” Arion merasa Ranti menyindir dirinya.

Ranti mengendikkan kedua bahunya, terlihat lebih santai dari sebelumnya. Kemudian berkata dengan percaya diri. “Dan seenggaknya dia juga ngasih aku bunga pagi tadi, bunga mawar merah,” dia mengeja setiap kata-katanya.

Arion mengangkat kedua alisnya, lalu diam saja saat Ranti mulai melangkah pergi. Ketika mendengar suara pintu dibanting, Arion pun tertawa seorang diri.