NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Suamiku

Mengejar Cinta Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: sopiakim

Zely Quenby, seorang gadis yang bekerja di sebuah perusahaan. ia hanya seorang karyawan biasa disana. sudah lama ia memiliki perasaan cinta pada Boss nya yang bernama lengkap Alka farwis gunanda. Hingga timbul lah tekad nya untuk mendapatkan Alka bagaimana pun itu. meskipun terkadang ia harus menahan rasa sakit karena mencintai seorang diri.

bagaimana yah keseruan kisah antara Alka si bos galak dan crewet dengan gadis bermulut lembek itu?

pantengin terus yah, dan jangan lupa untuk tekan favorit biar bisa ngikutin cerita nya😍.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sopiakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34.Jatuh yang ku suka

   Zely menuruni anak tangga perlahan, masih teringat tatapan Alka yang sempat menahannya tadi. Hatinya berdebar aneh, namun ia buru-buru menggelengkan kepala, mencoba fokus pada niat awalnya—membantu mamah di dapur. Aroma bawang tumis yang wangi langsung menyambutnya begitu ia melangkah ke ruang makan.

Mamah berdiri di depan kompor, mengenakan apron bunga-bunga. Begitu melihat Zely datang, senyum lembutnya langsung mengembang. “Eh, Zely… kamu udah selesai di atas? Gimana Alka? Udah enakan?” tanya mamah sambil mengaduk sayur.

“Sudah, Mah. Mas Alka udah agak baikan, tadi aku tinggalin sedang minum teh,” jawab Zely pelan, sambil mendekat dan mengambil talenan di meja.

“Aku bantu motong sayur, ya mah.” Tangannya cekatan mengupas wortel, meski dalam hatinya masih terasa hangat karena perhatian mamah.

Mamah mengangguk, matanya memandang menantu itu dengan rasa sayang. “Kamu tuh… nggak cuma cantik, tapi juga perhatian. Mamah bersyukur sekali Alka punya istri kayak kamu.” Ucapan itu membuat pipi Zely memanas.

Ia hanya tersenyum kecil, mencoba menutupi rasa malunya dengan terus memotong sayur.

Di sela-sela kegiatan, mamah bercerita tentang masa kecil Alka. Bagaimana dulu ia sering pura-pura sakit supaya dimanjakan. Zely terkekeh pelan, membayangkan laki-laki yang sekarang dingin itu pernah manja seperti anak kecil. Kalau saat ini Alka lebih banyak diam dan seolah menutup diri.

Suasana dapur menjadi hangat, penuh obrolan ringan. Sesekali Zely mencicipi masakan di sendok, lalu memberi saran kecil untuk menambah garam. Mamah mengangguk setuju, dan bekerja sama seolah mereka sudah lama menjadi keluarga.

Di luar, sinar matahari sore menembus jendela, memantulkan cahaya lembut ke meja dapur. Bagi Zely, momen ini terasa seperti potongan kecil dari kehidupan yang ia impikan—tenang, sederhana, dan penuh rasa diterima.

Dari lantai atas, Alka bersandar di kusen pintu kamarnya, menatap kosong ke arah tangga yang baru saja dilalui Zely. Suara tawa samar dari dapur sampai ke telinganya, bercampur dengan suara sendok yang beradu dengan panci. Awalnya ia terbaring diatas tempat tidur tapi karena mendengar tawa kedua wanita kesayangan nya itu ia tertatik untuk melihat dan mendengar lebih dekat. Entah kenapa, hatinya terasa aneh—hangat, tapi juga sedikit berdebar. Tentang Zely, ia semakin tertarik lebih jauh.

Ia menutup mata sejenak, dan bayangan Zely tadi saat merawatnya muncul begitu jelas. Wajahnya yang serius saat mengatur bantal, sentuhan lembut saat mengecek suhu tubuhnya… semua itu berputar seperti rekaman yang tak mau berhenti.

Alka mendengus kecil, mencoba mengabaikan rasa itu. Tapi justru semakin ia menepis, semakin kuat perasaan itu menyeruak. “Zely…” gumamnya pelan, seperti takut kalau ada yang mendengar. Ada rasa yang perlahan ia kenali—rasa yang selama ini ia pura-pura tidak punya.

Matanya menatap ke arah dapur yang tak terlihat dari sini. Hatinya berkata, ia tak ingin hanya melihat Zely dari kejauhan. Ada keinginan untuk selalu berada di sisinya, melindunginya, bahkan membuatnya tertawa seperti ia tertawa bersama mamah barusan.

Dan di titik itu, Alka mulai mengakui dalam diam… bahwa Zely bukan sekadar istri kontrak yang hadir karena kesepakatan. Gadis itu sudah menjadi bagian dari hidupnya—dan entah sejak kapan, bagian dari hatinya juga.

Alka masih berdiri di depan pintu kamarnya, memandang gelas bekas teh di meja kecil. Rasanya ia tak enak kalau membiarkan gelas itu begitu saja. Meski tubuhnya masih terasa lemas, ia memaksakan diri melangkah pelan, mengambil gelas itu dengan satu tangan.

Baru beberapa langkah, pandangannya sedikit berkunang. Kakinya goyah, dan sebelum sempat menyeimbangkan diri, gelas itu terlepas dari genggamannya. Suara pecahan kaca terdengar nyaring, membuyarkan tawa di dapur.

“Mas Alka?!” Suara Zely panik terdengar jelas. Tanpa pikir panjang, ia berlari dari dapur, apron masih menempel di tubuhnya. Mamah ikut menoleh kaget, tapi Zely sudah lebih dulu menghilang di tikungan menuju ruang tengah.

Zely menemukan Alka setengah terduduk di lantai, satu tangannya bertumpu, sementara pecahan gelas berserakan di sekitarnya. Wajah laki-laki itu pucat, napasnya sedikit berat.

“Ya Allah, Mas! Kenapa nggak panggil aku aja?!” seru Zely sambil cepat-cepat memegang lengannya.

Alka hanya tersenyum tipis, meski matanya menatap Zely dengan rasa yang tak bisa ia sembunyikan. “Nggak apa-apa… cuma mau bawa gelas. Mas nggak mau nyusahin kamu.” Suaranya lemah, tapi ada nada tulus yang membuat Zely terdiam sejenak sebelum membantunya berdiri.

“Nyusahin gimana mas? Masa cuma bawa gelas disebut nyusahin mas…” Zely menggeleng, lalu dengan hati-hati menuntun Alka ke ranjang. Tangannya tetap memegang lengan lelaki itu, seolah takut ia akan jatuh lagi.

Dan di detik itu, di antara rasa lemah dan debar yang ia rasakan, Alka semakin yakin—perasaan yang tadi ia akui dalam hati… ternyata sudah terlalu dalam untuk diingkari.

Mamah muncul dari arah dapur, wajahnya penuh kekhawatiran. “Ya ampun, Alka! Kenapa bisa jatuh?!” serunya sambil mendekat, matanya menatap anaknya dari ujung rambut sampai kaki untuk memastikan tidak ada luka.

Zely yang masih berjongkok di samping ranjang langsung menjelaskan, “Tadi Mas Alka mau bawa gelasnya sendiri, Mah. Padahal masih lemas, jadinya jatuh.” Nada suaranya terdengar setengah kesal, setengah khawatir, membuat mamah melirik anaknya dengan tatapan mengomel tanpa kata.

“Kalau masih sakit, ya bilang. Jangan sok kuat,” ujar mamah sambil memungut pecahan gelas yang lebih besar. “Lihat tuh, sampai pecah. Untung nggak kena kaki.”

Alka hanya menunduk, senyum malu terukir di wajahnya. “Iya, Mah…” jawabnya pelan. Tapi di sudut matanya, ia menangkap pandangan Zely yang masih menatapnya lekat-lekat, memastikan ia benar-benar baik-baik saja. Pandangan itu membuat hatinya bergetar, lebih dalam dari rasa sakit di tubuhnya.

“Udah, duduk aja di sini. Biar mamah yang bersihin,” kata mamah, lalu berdiri dan kembali ke dapur untuk mengambil sapu.

Zely tetap di tempat, tangannya tak lepas dari lengan Alka. “Kalau butuh apa-apa, bilang ke aku aja mas. Jangan maksa diri, ya mas,” ucapnya lirih, seolah menegur tapi juga penuh kelembutan.

Alka hanya menatapnya lama, lalu mengangguk. Dalam hatinya, ia berpikir… kalau perhatian seperti ini harus ia dapatkan dengan jatuh berkali-kali, mungkin ia tak keberatan—asal Zely selalu ada di sisinya.

Zely memperbaiki posisi Alka yang bersandar di ranjang, hendak beranjak lagi ke dapur, tapi matanya tertahan pada punggung tangan lelaki itu. Ada goresan merah, lumayan besar dan jelas, dan darahnya masih terlihat segar. Tanpa sadar, ia meraih tangan itu.

“Mas…” suaranya rendah, sedikit ragu.

Alka menoleh pelan. “Hm?”

Zely tidak langsung menjawab. Alisnya sedikit mengerut, jemarinya menyentuh pelan kulit di sekitar luka. “Kena pecahan, ya?”

“Cuma lecet, mas saja tidak sadar” jawab Alka singkat. Nada suaranya datar, tapi pandangannya tak lepas dari gerakan Zely yang begitu hati-hati.

Zely diam, melepas genggaman itu dan berjalan cepat ke lemari kecil di sudut ruangan. Tak lama ia kembali dengan kotak P3K, duduk di hadapannya tepat di tepiranjang. “Sini mas biar aku obati,” katanya pelan, tak menatap langsung.

Alka menunduk, membiarkan tangannya diambil. Ia bisa merasakan jari Zely yang dingin tapi lembut. Saat kapas menyentuh lukanya, ia sedikit menarik napas.

“Perih?” tanya Zely cepat, sekilas melirik wajahnya.

“Nggak terlalu,” jawabnya, lalu ada jeda singkat sebelum ia menambahkan, “…apalagi kalau kamu yang ngobatin.” Nada itu terdengar biasa saja, tapi ada sesuatu yang membuat Zely terhenti sepersekian detik. Alka sendiri merasa sedikit malu juga canggung setelah mengatakan hal yang tidak ja rencanakan itu.

Ia pura-pura tidak mendengar, kembali fokus membersihkan luka. Tangannya sedikit kaku, tapi setiap gerakan tetap hati-hati. “Harus dibersihin biar nggak infeksi,” ucapnya pendek, seperti menjelaskan hal teknis.

Alka hanya mengamati wajah Zely yang menunduk, rambutnya jatuh sedikit menutupi pipi. “Tidak separah itu ko, kamu ngobatinnya telaten banget. Kayak ngerjain sesuatu yang penting banget,” ucapnya lirih.

Zely tersenyum tipis, tapi tidak mengangkat kepala. “Ya memang penting mas, mas ga tau aja gimana aku khawatir banget pas denger gelas jatuh” jawabnya pelan.

Beberapa detik hening, hanya terdengar suara robekan plester. Zely menempelkan perban perlahan, memastikan tidak terlalu kencang. Tangannya menahan punggung tangan Alka lebih lama dari yang perlu, lalu baru melepasnya.

“Udah mas,” katanya pelan, tanpa sadar suaranya terdengar lega.

Alka mengangguk, matanya tetap di wajah Zely. “Makasih sudah peduli dengan mas,” ucapnya singkat, tapi caranya menatap membuat kata itu terasa berbeda.

Zely sempat menangkap tatapan itu. Ada sesuatu di sana—bukan sekadar terima kasih. Tapi sebelum ia sempat bertanya, Alka sudah mengalihkan pandangan, menyandarkan tubuhnya di ranjang seolah tidak terjadi apa-apa.

Dan di situ, Zely hanya bisa terdiam, jantungnya berdegup tanpa alasan yang jelas.

Zely hendak berdiri dan menutup kotak P3K, tapi langkahnya tertahan ketika mendengar Alka menghela napas pelan. Laki-laki itu tampak seperti sedang menimbang sesuatu.

“Zel…” panggilnya lirih.

Zely menoleh setengah, masih memegang kotak di tangannya. Jantungnya berdebar, Alka jarang menyebut namanya. Ia gugup.

Mulut Alka sempat terbuka, tapi tak ada kata yang keluar. Hanya tatapan yang menempel padanya, hangat tapi kaku, seakan ia sedang menahan sesuatu yang terlalu besar untuk diucapkan. Ia takut akan mempermalukan dirinya lagi, ia tidak tahu bagaimana menunjukkan perasaan nya.

Akhirnya, ia hanya menggeleng pelan, pura-pura santai. “Nggak… cuma… mau bilang, makasih sudah merawat mas.” Senyumnya tipis, sedikit kikuk.

Zely mengerjap, bingung dengan sikapnya. “Iya… mas sudah seharusnya ” jawabnya pendek, lalu berbalik ke dapur. Tapi beberapa langkah kemudian, ia sadar dadanya berdebar aneh, dan ia sama sekali tak mengerti kenapa.

Sementara di sisi ranjang, Alka masih memandangi punggung Zely yang menjauh. Di hatinya, kalimat yang tadi ingin ia ucapkan masih tertahan—Jangan pergi terlalu jauh, aku nyaman kalau kamu di sini.

...🎀Bersambung🎀...

Wahhh benar-benar bakal ada yang confess nih keknya, Alka makin kesini makin caper banget awww. Salting banget liat dua manusia ini. Pada ngaku aja kenapaa

Jangan lupa like komen dan votenya wan kawan.

See you guys 🫶

1
partini
hubungan mereka abu abu
aku
sape naroh bawang jahat dpn mata woey!!! perih nih!! 😭😭😭
Penulis kentang🍠: 😭😭😭😭😭
total 1 replies
kalea rizuky
ayo donk ka jangan gengsi sebelum zely pergi lo
kalea rizuky
jangan jatuh hati dluan zel nanti sakit wong dia kulkass
Penulis kentang🍠: Bener bangettt☺️
total 1 replies
partini
aku suka orang ketiga cowok ,,karena apa karena jarang sekali di novel tuh ada Thor , kebanyakan ulet bulu
ini beda 👍👍👍👍
Penulis kentang🍠: aaa makasiii kak, pantengin terus yaaaa🫶❤️
total 1 replies
partini
mau gimana lagi ya emang kamu bodoh namay jg rasa cinta ya gitu
partini
zel mending benteng in hati mu mulai sekarang takutnya sakita Ampe ulu hati jantung dan paru-paru ,,biar dia yg mencintai zel ,,di cintai tuh lebih baik dari pada mencintai, mencintai nyesek sediri
Penulis kentang🍠: realllll, kalau kita kecintaan kita yang bakal rugiii
total 1 replies
partini
🤭🤭🥰
Penulis kentang🍠: ❤️❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!