NovelToon NovelToon
Jodoh Di Tangan Semesta

Jodoh Di Tangan Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Aliansi Pernikahan / Beda Usia / Keluarga / Karir
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Anindya Semesta hanyalah gadis ingusan yang baru saja menyelesaikan kuliah. Daripada buru-buru mencari kerja atau lanjut S2, dia lebih memilih untuk menikmati hari-harinya dengan bermalasan setelah beberapa bulan berkutat dengan skripsi dan bimbingan.

Sayangnya, keinginan itu tak mendapatkan dukungan dari orang tua, terutama ayahnya. Julian Theo Xander ingin putri tunggalnya segera menikah! Dia ingin segera menimang cucu, supaya tidak kalah saing dengan koleganya yang lain.

"Menikah sama siapa? Anin nggak punya pacar!"

"Ada anak kolega Papi, besok kalian ketemu!"

Tetapi Anindya tidak mau. Menyerahkan hidupnya untuk dimiliki oleh laki-laki asing adalah mimpi buruk. Jadi, dia segera putar otak mencari solusi. Dan tak ada yang lebih baik daripada meminta bantuan Malik, tetangga sebelah yang baru pindah enam bulan lalu.

Malik tampan, mapan, terlihat misterius dan menawan, Anindya suka!

Tapi masalahnya, apakah Malik mau membantu secara cuma-cuma?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semesta 6.

Toko buku yang Anindya maksud sudah tutup ketika Malik pulang kerja. Agar tak ditunggu-tunggu, Malik mengirimkan pesan pemberitahuan. Terselip sedikit perasaan bersalah sebenarnya, apalagi Anindya bilang beberapa bukunya limited edition dan cukup sulit dicari.

Namun, ketika balasan dari pesannya dibalas, kepala Malik seketika mendidih. Dengan entengnya Anindya bilang bisa membeli bukunya via online. Dan alasan bukunya limited juga bukan karena dicetak dalam jumlah sedikit, melainkan datang dari penerbit indie yang tak banyak mendistribusikan buku-buku mereka ke semua toko buku di seluruh Indonesia. Buku-buku tetap bisa dibeli online, meski harus pre-order.

"Kalau gitu kenapa rempong?" geramnya. Sayang seribu sayang, hanya bisa gemas sendiri di kamar. Karena toh percuma mau membalas begitu kepada Anindya. Beberapa hari meneliti, Malik mulai mengerti bahwa semakin dia tampak terusik, maka semakin Anindya merasa senang. Memang sudah paling betul bersikap cuek dan memasang wajah datar seperti biasa. Supaya gadis itu tak mendapatkan kepuasan dari mengerjai dirinya.

Sehabis mengeringkan rambut (dia baru selesai mandi saat mengecek pesan balasan dari Anindya), Malik masuk ke ruang kerja yang terhubung dengan kamar tidurnya. Di sana, dia biasa menghabiskan malam sampai hari berganti. Mungkin baru pukul dua atau tiga dia akan pergi tidur, lalu bangun sebelum jam enam, dan begitu seterusnya. Semua Malik lakukan karena dedikasinya untuk perusahaan. Ayah dan ibunya mewariskan perusahaan itu kepadanya selaku putra tunggal. Saudara-saudara yang lain menolak mengelola, hanya membantu menghandle sementara selagi menunggu Malik cukup umur dan memiliki kapasitas yang mumpuni untuk dilepas mengambil kepemimpinan.

Cerita soal perjuangan ayahnya dalam membangun bisnis dari nol membuat Malik tak ingin mengacaukan kerja keras mendiang. Sekuat tenaga, sampai titik darah penghabisan, akan dia perjuangkan agar perusahaan yang menjadi tempat puluhan karyawan mencari nafkah itu bisa tetap berdiri dan jaya.

Itu sebabnya, Malik tak pernah terpikirkan soal menikah. Memiliki istri hanya akan membuat fokusnya terbagi. Cinta hanya akan menurunkan tingkat kecerdasannya, membuatnya lebih tidak waspada sehingga rentan dikerjain saingan bisnis. Malik tidak mau itu terjadi. Tak ingin usahanya selama bertahun-tahun sia-sia hanya karena perasaan pribadi.

Mas Malik. Udah tidur belum?

Seonggok pesan muncul di pop up notifikasi. Malik tak berselera membalas, jadi dia diamkan saja.

Kalau belum, mau keluar sebentar nggak?

Pesan kedua. Malik masih tak bernafsu membalasnya. Membukanya pun enggan. Hanya dilirik sekilas lalu dibiarkan layar ponselnya kembali padam.

Mas Malik.... Jawab, dong.

Gusti... dosa apa yang Langit perbuat sampai mendapat karma seperti ini?

Dengan kesal, Malik menyambar ponselnya. Tak mau repot mengetik, tangannya sudah pegal, jadi dia langsung saja menekan nomor Anindya.

Tiga detik kemudian, teleponnya diangkat. Malik langsung mencecar, "Ada apa? Saya lagi kerja, jangan ganggu." Seperti biasa, suaranya datar. Padahal kan enak kalau dia bisa marah-marah dan berteriak. Memang sialan coping mechanism-nya ini.

"Keluar sebentar, Anin mau kasih lihat sesuatu."

"Saya sibuk," ulangnya. Kalau-kalau Anindya budek.

"Sebentar aja, nggak sampai lima menit."

"Keluar ke mana? Teras?"

"Bukan. Ke balkon kamar Mas Malik."

"Kamu mau suruh saya lompat?"

"Ihhh ... enggak. Buruan keluar!"

Malik mengusap wajahnya pelan, lalu keluar meninggalkan ruang kerja. Langkahnya berbelok ke arah balkon. Gorden hitam disibak, pintu kaca digeser sampai mentok, lalu dia melangkah keluar.

"Ada ap--"

Kalimat Malik tak selesai, dipotong ledakan kembang api yang menyebar cantik di langit. Warna-warni menyala di tengah kegelapan malam. Ledakannya terdengar meriah, seumpama nyanyian selamat ulang tahun.

Malik terpaku menatap ledakan-ledakan lain yang terus menyusul. Kemilau sinarnya memantul di kedua bola matanya. Terekam apik di otaknya.

"Selamat ulang tahun, Mas Malik."

Haru dan sendu mendadak lenyap. Malik menarik pandangan dari ledakan kembang api, beralih ke seberang, ke balkon kamar Anindya. Gadis itu tampak cengengesan, puas karena sekali lagi berhasil mengerjai Malik.

"Saya nggak lagi ulang tahun."

"Tahu," sahut Anindya. Suaranya jadi ada dua, dari telepon dan secara langsung.

Tatapan Malik masih terus tertuju pada Anindya. Telepon masih tersambung, tapi tak satu pun dari mereka berbicara sampai bermenit-menit lamanya. Parade kembang api masih berlangsung. Jadi pemandangan latar ala-ala film romantis ketika dua pemeran utama ketemuan di balkon, diam-diam, sebab kedua orang tua mereka saling bermusuhan.

Untuk beberapa lama, Malik sempat terlena. Ia sempat terhanyut pada suasana. Sendu merambat di dadanya, mendatangkan desir asing yang tak dia tahu apa namanya.

Sampai tiba-tiba...

"Anin nggak bisa tidur, soalnya bayinya gerak-gerak terus. Kayaknya dia kangen sama ayahnya deh."

BODO AMAT!

Malik menutup telepon tanpa ba-bi-bu. Setelahnya, dia putar balik, masuk kembali ke kamar dan menutup pintu serta gorden dengan gerakan sewot. Kalau ada yang lebih rumit daripada menemukan jalan dalam sebuah labirin, itu adalah pikiran Anindya. Malik betulan tak mengerti, tak habis pikir dengan segala tingkah polahnya yang di luar nalar.

Mas Malik... Adik bayinya.

Saking sebalnya, malam itu Malik sampai mematikan ponselnya.

...🌲🌲🌲🌲🌲...

Tawa Anindya meledak-ledak sampai perutnya terasa keram. Menjahili Malik ternyata seseru itu. Sedikit demi sedikit, dia mulai bisa melihat beragam ekspresi di wajah lelaki itu. Untuk memancing emosinya mungkin memang sulit. Sejauh ini, Malik sama sekali belum pernah menaikkan nada bicaranya. Benar-benar datar dan terkendali.

Tapi tidak apa-apa. Seperti janjinya pada Oma, Anindya akan mencoba memancing Malik untuk lebih bebas berekspresi. Tidak perlu terburu-buru. Pelan-pelan saja asal ada progresnya.

Puas tertawa, Anindya masuk ke dalam kamar. Jantungnya nyaris copot saat Mama muncul beberapa meter di depannya, tampil dalam balutan daster tidur, rol rambut dan wajah berbalut masker warna putih.

"Mama ngagetin aja!" protesnya sambil memegangi dada.

Mama meletakkan segelas susu yang dia bawa ke nakas. "Susu hamil kamu," katanya.

Anindya berjalan mendekat, lalu duduk di tepian kasur. "Iya, makasih," ucapnya. Susunya diambil, pura-pura diminum sedikit.

"Jangan sering keluar malam-malam, nggak bagus buat bayinya. Angin malam kan jahat," nasihat Mama.

Kepala Anindya naik turun, sambil bibirnya tersenyum karier.

"Habis minum susunya langsung tidur, jangan bergadang. Ibu hamil harus banyak istirahat biar bayinya tumbuh sehat."

Anindya mengangguk lagi. "Makasih, Mama. Selamat malam," katanya sambil melambaikan tangan. Kode supaya Mama segera pergi.

"Selamat malam, Sayang." Mama mengecup puncak kepala Anindya, lalu berjalan keluar kamar.

Sudah yakin Mama pergi, Anindya berlari ke pintu dan menguncinya. Setelah itu, dia ambil lagi gelas susu, dia bawa ke kamar mandi. Dengan berat hati, dia tuangkan susu hamil buatan mama ke closet, kemudian memencet flush.

"Bye, bye. Semoga kamu bermanfaat buat cacing-cacing tanah yang lagi hamil di bawah sana, ya," ucapnya ngelantur.

Habis ngelantur, Anindya melamun. Bukannya segera kembali ke kamar, dia malah menutup closet dan duduk di atasnya. Reaksi Mama dan Papa yang tidak marah-marah ternyata mulai mengusiknya, membuatnya merasa bersalah. Anindya mulai berpikir, apakah rencana ini terlalu berlebihan?

Bersambung....

1
Zenun
Lebih dulu mengunci😁
Zenun: mengunci pintu
nowitsrain: Mengunci apa tuchh
total 2 replies
Zenun
mending jujur aja lebih bagus
nowitsrain: Oraittttt
nowitsrain: Oraittttt
total 2 replies
kalea rizuky
lanjut donk seruu
nowitsrain: Syap /Scream//Scream/
total 1 replies
kalea rizuky
astaga pasti ngamuk malik/Curse//Curse//Curse/
kalea rizuky
/Curse//Curse//Curse/ astaga Dragon Ball ngakak liat kelakuan anin/Curse//Curse/ setiap novel yg namannya anin pasti kelakuan nya random
nowitsrain: Hmmm sebuah teori konspirasi
total 1 replies
kalea rizuky
Malik abis di cakar meoww/Curse/
nowitsrain: Meow ndutt
total 1 replies
kalea rizuky
caca di anggap abang kayaknya papa anin pengen anak cwok/Curse//Curse/
nowitsrain: Bisa jadii
total 1 replies
Zenun
udah diceramahin duluan sama Malik, auto tercekat
nowitsrain: Mengkicep
total 1 replies
Zenun
mau pura-pura keguguran ya
Zenun
mamam tuh malah mandi di sini 😁
Zenun
Hng.. tak semudah itu
Zenun
Oma takut kamu sakit Anin
Zenun
sekarang kamu bikin Anin minta maaf sama bocil yang dibikin nangis coba😁
nowitsrain: Nggak deh, nggak mau coba-coba.
total 1 replies
Zenun
nyari oren centil
nowitsrain: Oyen bahenoyy
total 1 replies
Zenun
keadilan apa ni yang tegak? 🙊
nowitsrain: Apa ya....
total 1 replies
Zenun
ayo minta maap ndut
Zenun
tuh kan, dia menemukan mbul
Zenun
mungkin ketemu si mbul
Zenun
Bilang aja, Anin balik yik, kasihan dedek bayinya
nowitsrain: Wkwkwk
total 1 replies
Zenun
Abis diserang sama si ndut yang lagi kejar ular😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!