Kumpulan Cerita Pendek Horor
Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.
Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.
Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.
Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Selamat Ulang Tahun
Shela dan Septi, dua saudara yang sedang melangkah di lorong rumah besar. Mereka mengikuti langkah pria dewasa di depannya. Keduanya melangkah seraya menautkan kedua tangan mereka agar tidak terpisah.
"Kemaren Septi ulang tahun ya?" tanya pria tersebut yang bernama Hadi.
"Iya Om," jawab Septi.
Hadi tersenyum manis, "maaf ya, kemaren Om sibuk banget di kantor. Jadi gak dateng ke pesta ulang tahun Septi."
Septi menggelengkan kepalanya dengan cepat, "gapapa Om, yang penting Om kasih kado buat Septi."
Hadi tersenyum menatap dua bocah yang terus mengikuti langkahnya, "sampai." Ia membuka pintu sebuah ruangan yang terlihat luas. Lalu mengajak Septi dan juga Shela untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.
Hadi berjongkok di depan televisi berukuran sedang untuk memilih beberapa kaset yang berisi kumpulan lagu anak-anak. Sedangkan Shela dan Septi duduk di sofa panjang yang berada di ruangan tersebut.
"Om putar lagu selamat ulang tahun ya," ucap Hadi memberitahu.
"Kan ulang tahun Septi udah Om, kok nyanyinya sekarang?" Septi menatap Hadi dengan bingung.
Hadi tersenyum ke arah kedua bocah yang sedang menatapnya bingung, "kalian di sini dulu nyanyi-nyanyi, Orang tua kalian kan lagi sibuk. Nanti kalau udah selesai, mereka ke sini."
Septi menganggukkan kepalanya, "iya Om."
"Tapi Om, aku masih belum bisa nyanyi," ucap Shela dengan suara pelan.
Hadi tersenyum, "gapapa, kan nanti diajarin sama Septi."
Septi menganggukkan kepalanya, membenarkan ucapan Hadi, "iya, nanti Septi ajarin nyanyi."
Hadi tersenyum, ia menyetel lagu anak-anak dengan volume sedang, "Om mau ke ruang kerja dulu ya, ruangannya di samping kok. Kalau ada apa-apa ketuk pintu ruang kerja Om aja."
Septi dan Shela menganggukkan kepalanya secara bersamaan tanda mengerti.
Hadi tersenyum, ia mengacak rambut Shela dan Septi dengan kedua tangannya. Ia melangkah keluar dari ruangan dengan pintu yang sengaja ia buka agar Septi dan Shela tidak merasa takut.
Septi menarik lengan Shela agar mendekat ke arah televisi yang menampilkan animasi serta lagu anak-anak, "ayo nyanyi Shela."
Shela menganggukkan kepalanya semangat, mereka berdua melompat-lompat dengan senang dan menyanyi bersama. Sesekali ia menari mengikuti irama yang terdengar dari layar televisi.
Kedua tangan mereka saling tertaut dengan terus tertawa riang. Sesekali mereka melompat di atas sofa dan terus bernyanyi. Lagu demi lagu berganti, Septi dan Shela masih tetap bersemangat menyanyikan beberapa lagu anak-anak.
Menari, bernyanyi, meloncat senang hal itu yang dilakukan Shela dan Septi hingga tubuh keduanya berkeringat. Lagu 'Topi Saya Bundar' terputar, Shela dan Septi menyanyikan lagu dengan nada semangat.
Kedua tangan mungilnya ditaruh di atas kepala dan membentuk pola bundar, sesekali mereka tertawa karena merasa lucu dengan apa yang dilakukan. Lagu kembali berganti menjadi lagu 'Bintang Kecil', Shela dan Septi mengangkat kepalanya dan menunjuk ke arah langit-langit ruangan. Membayangkan jika langit-langit ruangan itu ialah langit malam yang penuh dengan bintang.
"Aku pernah liat bintang jatuh," ucap Shela memberitahu.
"Aku juga."
Shela tertawa senang, "tapi sekarang udah gak."
"Sama."
Shela dan Septi tertawa bersama, mereka saling berpegangan tangan dan meloncat. Sesekali memanggil Hadi yang melewati depan ruangan.
"Om Hadi ayo ikut nyanyi," ajak Septi pada Hadi yang melewati depan ruangan.
Hadi tersenyum manis, "nanti ya, Om selesaiin dulu kerjaan Om."
"Yah gak seru."
Hadi tertawa kecil mendengar balasan bocah berumur tujuh tahun itu, "sabar ya, abis nyanyi kita beli es krim deh."
"Beneran?!" Shela dan Septi menatap Hadi dengan tatapan berbinar.
Hadi menganggukkan kepalanya, "iya bener."
Suara teriakan senang terdengar, Shela dan Septi melompat kegirangan hanya karena sebuah es krim.
"Aku yang putih ya Om," ucap Septi.
"Aku yang coklat Om," ucap Shela tak mau kalah.
Hadi tertawa kecil seraya mengangguk singkat, "iya-iya, ya udah kalian lanjut nyanyi-nyanyi ya. Om mau kerja lagi, nanti kalau udah selesai Om ke sini buat pergi beli es krim."
"Asik!!!"
"Siap Om!!!"
Hadi tertawa seraya menggelengkan kepalanya, ia melangkah kembali menuju ruang kerjanya untuk melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
Sedangkan Shela dan Septi kembali menyanyikan lagu anak-anak dengan senang. Hingga lagu berganti dan memutar lagu 'Selamat Ulang Tahun'.
"Ayo nyanyi lagi, kemaren kan Septi ulang tahun."
"Iya ayo."
Mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan keras, kedua tangan mereka saling bertepuk tangan dengan sesekali melompat senang. Shela tertawa dengan kencang karena merasa seru dengan apa yang ia lakukan.
Merasa tubuhnya lelah, ia memilih duduk di atas sofa. Lehernya terlihat berkeringat dengan napasnya yang sudah tidak beraturan. Ia terus menatap Septi yang masih bernyanyi dengan semangat. Ia menoleh ke arah kanan saat melihat sesuatu di sebelah tersebut.
"Septi," panggilnya.
Septi tidak menyahut, ia terus bernyanyi dengan senang. Shela menoleh ke arah Septi lalu kembali menatap ke arah lemari.
"Septi."
"Apa?" Balas Septi tanpa melihat ke arah Shela, dirinya masih sibuk bernyanyi lagu 'Selamat Ulang Tahun' yang masih terputar.
"Ada yang mau ikutan nyanyi," ucap Shela memberitahu.
"Siapa?" tanya Septi dengan tatapan mata yang terus menatap layar televisi.
"Itu," tunjuk Shela ke arah lemari berukuran sedang.
"Om Hadi ya?"
Shela mengerutkan keningnya bingung, kepalanya menggeleng pelan, "bukan, dia Kakek-kakek. Sekarang lagi tepuk tangan."
Septi menghentikan nyanyiannya, "apa?" tanyanya seraya menoleh ke arah Shela.
Shela menatap ke arah Septi, ia menggelengkan kepalanya dengan pelan, "gak tau."
"Ayo nyanyi lagi, jangan duduk," ucap Septi masih semangat.
"Gak mau, cape." Shela menggelengkan kepalanya.
"Aku gak ada temennya," paksa Septi.
"Ada kok."
"Siapa?"
Shela menunjuk ke arah lemari berukuran sedang, "Kakek itu, dia lagi tepuk tangan sambil nyanyi 'Selamat Ulang Tahun'."
Septi menoleh ke arah lemari berukuran sedang di samping kirinya. Ia terdiam dengan menatap Kakek-kakek yang sedang duduk di atas lemari seraya bertepuk tangan dan menyanyikan lagu 'Selamat Ulang Tahun'.
Mereka berdua terus menatap Kakek tersebut yang berada di atas lemari. Kakek tersebut terus menyanyikan lagu 'Selamat Ulang Tahun' seraya bertepuk tangan dengan senang. Sesekali tertawa kencang dengan tatapan yang terus menatap Septi dan Shela dengan tajam.
"Shela."
Shela dan Septi terus menatap Kakek tersebut yang masih bertepuk tangan. Shela bergetar ketakutan saat mendengar Kakek tersebut tertawa kencang. Ia turun dari sofa seraya melangkah mendekat ke arah Septi.
"Septi aku takut," ucap Shela seraya mendekat ke arah Septi.
Kakek tersebut masih terus bernyanyi dan bertepuk tangan, sesekali tertawa dengan suara khasnya. Matanya menatap tajam ke arah Septi dan Shela yang tampak ketakutan. Dengan suara khasnya, Kakek tersebut menatap ke arah Septi yang menatapnya dengan tatapan sedikit takut.
"Selamat ulang tahun," ucapnya terus bertepuk tangan dan tertawa.
Shela berbalik dan berlari keluar dari ruangan, berteriak ketakutan karena suara Kakek tersebut. Sedangkan Septi bergetar takut, ia terus berteriak memanggil nama Shela yang berlari. Dengan langkah pelan Septi mulai menjauh, matanya masih menatap Kakek tersebut yang terus menatapnya tajam.
"Shela!!!"
Septi berbalik seraya memanggil nama Shela yang sudah berlari terlebih dahulu. Ia berlari tanpa menoleh ke arah ruangan tempat mereka bernyanyi. Dari jarak yang cukup jauh, ia bisa mendengar jika Kakek tersebut masih menyanyikan lagu 'Selamat Ulang Tahun' dengan suara khasnya.
•••