NovelToon NovelToon
Bad Boy Falling In Love

Bad Boy Falling In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

"Siapa nama lo?." Suara lelaki itu yang dalam bergema di telinga seorang gadis yang menatapnya dengan penuh minat.

"A-abila!." Jawabnya tergagap

"Apa cewek itu ngeliatin kita?." Lelaki itu melirik ke arah gadis lain yang tengah memperhatikan mereka dengan mengepalkan tangannya.

Abila yang mengerti maksud lelaki tampan yang berdiri di hadapannya itu langsung mengangguk pelan. "I-iya."

"Good!."

Tanpa berkata apa pun lagi, lelaki itu langsung mencium bibir Abila

Dan, tidak ada yang menyangka bahwa ciuman itu yang akan menentukan nasib mereka.

Satu ciuman dari bad boy tampan dan semua berakhir bagi Abila

Sejak orang tuanya meninggal, Abila Beyza Auliandra lebih suka menjalani kehidupannya dengan tenang. Pemalu dan pendiam, Abila hanya bisa bersikap bebas ketika berada di dekat sahabatnya, Rafka Shankara Arsala pemain basket yang sedang naik daun di sekolah mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20

Abila menunggu kedatangan Zerga di tep danau, sendirian. Tetapi entah mengapa, hari ini ia merasa agak sedikit pusing. Ada sebuah buku di pangkuannya, tetapi ia hampir tidak memperhatikan bukunya itu. Ia malah asyik terus menerus menoleh ke belakang untuk melihat apakah Zerga sudah datang.

Ini masih sangat pagi sekitar pukul setengah 6 pagi dan Abila terlalu bersemangat untuk menemui Zerga di tepi danau. Bahkan Ida dan Rafka saja masih tidur ketika Abila diam-diam pergi keluar. Tetapi Abila sudah meninggalkan sebuah catatan di meja di samping tempat tidur Ida tentang pertemuannya dengan Zerga yang membahas tugas pelajaran sastra mereka. Abila hanya bisa berharap Ida tidak salah paham seperti Rafka.

"Dia jadi datang ngga ya?." Tanya Abila pada dirinya sendiri.

Zerga sepertinya bukanlah tipe orang yang suka bangun terlambat.

Abila mempertimbangkan apakah dirinya akan menelepon Zerga atau tidak, tetapi bersamaan dengan itu ia mendengar sesuatu yang bergerak dari semak-semak di belakangnya.

"Zerga? Itu kamu, kan?." Abila celingukan, mengintip sela semak-semak dan sesaat, ia merasa seperti melihat bayangan di sana.

Abila perlahan berdiri, merasa waspada.

"Zerga? Hey, apa ada orang di situ?." Tanya Abil, suaranya terdengar agak keras. "Di sana ada orang ngga?."

      Sunyi, suasana di tempat itu terasa sunyi, hanya ada suara angin dan air danau yang terdengar.

Abila tidak berani mendekati semak-semak itu. Jantungnya berdegup kencang, seolah sesuatu yang buruk akan terjadi jika dirinya mendekat ke semak-semak itu. Abila terus memperhatikan semak-semak, dan menahan napas.

"Lo ngapain bengong di situ?."

Abila terkejut begitu mendengar suara Zerga. Gadis itu mengusap dadanya. "Kamu, kamu malah ngagetin aku!."

"Lagian, masih pagi udah bengong aja."

Abila meraih pergelangan tangan Zerga, perasaannya tidak muncul dihatinya. "Bisa ngga kita pergi aja dari sini?." Pinta Abila. "Mendingan kita ke tempat lain aja."

"Lo kenapa sih?." Zerga mengernyitkan dahinya, tetapi dia bisa melihat ada ekspresi ketakutan di wajah Abila seolah-olah gadis itu baru saja melihat sesuatu yang buruk.

Zerga mengikuti arah tatapan Abila.

"Kita pindah aja, ya? Jangan di sini." Pinta Abila, lagi.

"Eh, oke. Ikut ke mobil gua aja."

Abila merasa lega dan segera mengambil tasnya, lalu kemudian berjalan mengikuti Zerga ke mobil lelaki itu.

"Ya ampun!." Abila menepuk dahinya. "Charger hp aku ketinggalan!."

"Astaga, lo itu bener-bener ngerepotin, ya!." Gerutu Zerga. "Lo tunggu di sini, biar gua aja yang ngambil."

              

"Makasih." Kata Abila, memperhatikan Zerga keluar dari mobil dan berjalan menuju tepi danau.

Zerga mencari di tepi danau dan akhirnya menemukan charger milik Abila yang tertinggal, tergeletak ditanah. Ketika Zerga hendak berbalik dan kembali ke mobilnya, ia mendengar suara dering berulang kali dari semak-semak yang tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

Zerga mengernyitkan dahinya dan berjalan mendekati semak-semak itu dengan hati-hati. Ia mendapati sebuah jam tangan pintar yang tergeletak di sana, jam itu berdering keras, Zerga membungkuk guna mengambil jam itu, lalu mematikan alarm yang berbunyi dari jam itu.

Jam itu sepertinya baru saja terjatuh, karena tidak ada embun yang menempel di jam itu.

Itu artinya, bayangan Abila lihat tadi, memang ada disemak-semak ini!.

Zerga bergegas kembali ke mobilnya. Dan untungnya, Abila masih ada didalam mobilnya, sedang menunggunya.

"Zerga, kamu kenapa?." Tanya Abila penasaran saat melihat Zerga celingukkan, seakan tengah mencari seseorang.

"Di danau tadi... apa lo liat ada orang disana?." Tanya Zerga.

"Ngga ada." Jawab Abila pelan. "Tapi, tadi aku pikir... aku liat bayangan disemak-semak sebelah sana. Mungkin aja aku salah liat..." Abila berusaha menjaga nada bicaranya tetap terdengar santai, berusaha agar tidak terlihat lemah didepan Zerga.

Zerga menyipitkan matanya, menunjukkan tatapan curiga sembari masuk kedalam mobil. 

"Lo ngga boleh ke sini sendirian lagi." Perintah Zerga. "Bahkan kalau lo mau nyanyi sendirian di sini!."

Abila terkejut dengan kata-kata Zerga.

"Aku ngga bisa berhenti datang ke danau ini."

"Apa lo bilang? Lo itu bodoh atau gimana sih, hah? Tempat ini..."

"Tempat terakhir aku bersama ayah sebelum beliau meninggal." Ungkap Abil dengan suara lirihnya. "Dulu, ayah ngajak aku ke sini, karena beliau mau bantuin aku bikin lagu. Sampai kapan pun, aku ngga bisa berhenti dateng ke sini."

Zerga ternganga melihat gadus gila itu.

"Awas ya, gua udah ngingetin lo." Cibir Zerga. "Ya udah, mendingan kita pergi aja dari sini."

Abila mengangguk setuju, lalu menoleh kearah tepi danau lagi. Ia masih gelisah, tetapi tak mungkin ia bisa berhenti datang ke sini. Terlalu banyak kenangan tentang kedua orang tuanya di danau ini dan  Abila bisa merasa lebih dekat dengan kedua orang tuanya jika dia sendirian dan berada ditepi danau itu.

Mobil Zerga melaju dan berhenti di sebuah kafe yang bar saja di buka. Kafe itu terbuka dan menghadap kearah danau yang membentang di seberang. seorang waiters berjalan mendekat dan menanyakan pesanan mereka. Zerga meminta dua kopi dingin dan hangat.

"Aku pikir, mendingan kita pake ide kamu buat nyiapin laporan tentang komik." Saran Abila. "Idenya unik."

"Hmm." Saut zerga, fokusnya tertuju pada ponselnya. Dia sedang menggulir media sosialnya, tak terlalu memperhatikan buku pelajarannya yang membosankan itu.

"Kamu dengerin aku ngomong ngga sih?." Kata Abila, terlihat geram.

"Nggak."

Abila menggelengkan kepalanya dan mengeluarkan beberapa komik yang dia pinjam dari perpustakaan. Gadis itu mulai mempelajarinya, dan dengan rajin mencatat setiap poin penting yang di perlukan dalam tugasnya.

Tak lama kemudian, Zerga menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya dan mengamati Abila dengan seksama.

Gadis itu mengerjakan tugas dengan serius, rambutnya diikat ke belakang. Dan saking fokusnya mengerjakan tugas, dia sampai tidak perduli lagi bahwa dia saat ini sedang bersama dengan cowok paling populer di sekolah. Seolah-olah gadis itu terisolasi dari dunia luar, hidup dalam dunia yang dia buat sendiri.

Namun, tatapan Zerga tidak bisa berpaling dari gadis itu. Ada sesuatu yang aneh, namun menawan dalam ketekunan gadis itu.

Zerga tiba-tiba teringat dengan pesan Rizal semalam. Zerga yakin Rafka-lah yang memanggil polisi untuk mengepung klub yang dikunjunginya semalam. Apakah Abila tahu tentang hal ini?

"Rafka ada bilang sesuatu ngga, setelah dia tau lo jalan sama gua semalem?." Tanya Zerga tiba-tiba.

"Dia marah, tapi Bunda bujuk dia supaya ngga marah lagi sama aku." Jawab Abila, masih fokus dengan bukunya.

"Dia ada ngomong sesuatu lagi?."

"Dia tanya tentang kaos biru yang kemarin aku pake." Jawab Abila. "Dia tau kalau aku yang ngasih kaos itu ke kamu. Jadi, karena itu dia marah banget."

Zerga mengangkat sebelah alisnya. Berarti Rafka tidak memberi tahu Abila tentang polisi?

Zerga menyeringai kecil. Rafka Shankara Arsala, dia sudah mengkhianati sahabat polosnya sendiri karena ego.

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?." Tanya Abila, mengernyit saat memperhatikan Zerga.

"Cuma mikir aja kenapa Rafka marah banget karena lo ngasih kaos itu ke gua." Kata Zerga. "Emangnya lo ngga ngerasa ada yang aneh? Menurut gua, dia terlalu ngatur hidup lo."

"Dia sahabatku!." Nada bicara Abila terdengar impulsif. "Dia selalu khawatir sama aku."

"Lo itu pura-pura bodoh atau emang bodoh sih, hah?." Tanya Zerga. "Khawatir kata lo? Lo pikir dia bertingkah karena khawatir? Lo dasarnya emang terlalu bodoh."

"Apa salahnya sih kalo sahabat khawatir sama sahabatnya?." Abila merasa sangat kesal pada Zerga. Memangnya siapa dia sampai berani menjelekkan sahabat Abila?

Namun, Zerga terhibur dengan reaksi Abila. Gadis itu benar-benar bodoh atau tidak tahu apa-apa tentang perasaan Rafka yang sebenarnya terhadapnya? Raka juga tidak mengatakan apa pun pada gadis itu karena takut kehilangannya!

"Terserah lo aja." Zerga menyeringai. "Kita kerjain tugas lagi aja."

Abila hendak bertanya tentang seringai misterius yang Zerga tunjukkan, tetapi..

"Zerga!."

Zerga terdiam setelah mendengar suara itu. Abila juga bisa menyadari reaksi Zerga yang berubah dan yang membuat Abila terkejut, ia seakan bisa melihat ketakutan yang mendalam pada Zerga.

Zerga ketakutan?

Seorang pria berusia sekitar empat puluh tahun berjalan menghampiri mereka dan langsung memeluk Zerga sebentar.

Zerga terlihat kaku dan tidak membalas pelukan pria itu. Sikap dinginnya kembali, tetapi kali ini bercampur dengan kebencian.

Pria itu menoleh  kearah Abila dan tersenyum

"Salam kenal." Dokter itu mengulurkan tangannya. Dan Abila menjabat tangan tersebut sembari tersenyum juga

"Saya Dokter David Byantara. Ayahnya Zerga."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!