Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.
Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.
"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
untitled
Biarkanlah aku memiliki
Semua cinta yang ada di hatimu.
Apapun kan kuberikan
Cinta dan kerinduan
Untukmu dambaan hatiku.
-Tak Ingin Sendiri ( Dian Piesesha )
***
"Mas Bara, aku rindu sekali pada Mama, Papa dan Nenek," ujar Maira saat ia tengah menikmati makan malam bersama Bara di meja makan.
"Bukannya mereka sudah meninggal?" tanya Bara sambil mengerutkan dahi.
"Aku ingin mengunjungi makam mereka, Mas." Maira tertunduk. Bara meraih jemarinya lembut.
"Minggu depan kita akan ke sana, sekalian aku ada kejutan untukmu," sahut Bara, Maira memandangnya penuh binar bahagia.
"Mas janji?" tanya Maira antusias.
"Ya, ayo habiskan makanmu."
Maira mengangguk cepat. Ia kembali tenggelam dalam makanannya. Bara tersenyum senang menatap Maira yang sudah lahap.
"Bee, kapan kau ulang tahun?" tanya Bara tanpa melihat Maira.
"Hmmmm, tiga bulan lagi, Mas," sahut Maira yang juga sedang sibuk dengan makanannya.
"Kau mau hadiah apa?" tanya Bara lagi.
"Tidak mau apa pun," sahut Maira singkat. Bara mengangkat kepalanya, menatap Maira yang nampak santai menjawab pertanyaannya itu.
"Mengapa?"
"Untuk apa? Biasanya dulu aku merayakan ulang tahun bersama mama, papa dan juga nenek, waktu keluargaku masih lengkap. Sekarang kan tidak lagi, Mas. Aku sudah sendiri, jadi untuk apa kado?" jawab Maira lugas.
Bara tidak membalas lagi. Ia hanya menatap Maira penuh perasaan. Kemudian, ia melihat jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Bee, aku akan keluar. Kau tidur saja duluan nanti." Bara meraih gelas berisi air putih lalu meneguknya hingga hampir habis. Baru saja ia hendak melangkah, suara Maira menghentikannya.
"Mas Bara mau kemana?" tanya Maira pelan sambil menatap lelaki itu.
"Aku ada janji bertemu rekan bisnis ku."
"Dimana, Mas?" tanya Maira lagi.
"Club malam," sahut Bara singkat. Maira kembali mengalihkan pandangannya ke piring. Sebenarnya ia sudah tidak lagi berselera untuk makan.
"Hati-hati, Mas," ujar Maira akhirnya.
Bara berbalik, ia memejamkan mata lalu melangkah keluar dengan langkah berat. Berat? ya, meninggalkan Maira terasa berat.
***
Maira menutup matanya, mencoba tertidur tapi tidak bisa. Lalu, entah apa yang membuat Maira nekat melangkah keluar rumah megah itu malam ini setelahnya. Dengan sedikit berjingkat, ia melewati beberapa penjaga yang terkantuk di depan.
Ada satu gerbang lagi yang harus dilewati Maira, gerbang utama dengan gerbang tinggi menjulang. Maira mengendap-endap, ia tidak peduli dengan dress pendek yang ia kenakan tanpa penutup jaket itu. Dingin angin malam serasa mulai menerpa seluruh tubuhnya.
Hanya ada satu penjaga di sana. Maira mencari akal untuk mengalihkan pandangan mereka. Ia celingukan mencari sesuatu, Maira menemukan batu sebesar kepalan tangannya. Maira segera mengambil dan melemparkan batu itu hingga mengenai pintu pos Jaga.
"Yes!" desisnya sumringah saat melihat penjaga buru-buru ke tempat suara. Maira sesegera mungkin keluar dari gerbang. Ia senang bisa keluar dari sana tanpa diketahui penjaga.
Maira melihat foto-foto mami Debora yang sedang berada di club lewat medsos. Ia yakin Bara pasti ada di sana juga.
Maira menyetop taksi, menuju club malam itu. Ia ingin melihat apa yang dilakukan Bara di sana. Meski lancang, Maira tetap meneruskan niatnya.
Ia sampai di tempat yang dituju. Maira masuk, menyeruak di antara para pemabuk yang sedang bergoyang. Maira tahu, Bara pasti ada di tempat lain, ia melangkah, menuju tangga naik ke ruang VIP. Ia menemukan Debora baru saja keluar dari room. Ia yakin, Bara ada disana. Maira membuka room itu perlahan. (Bodoh! Maira kau tidak seharusnya berada di sini sekarang!) Hatinya berteriak memaki.
Maira melihat Bara duduk dengan santai, di pangkuannya ada seorang perempuan malam dengan baju minim. Bara yang sedang membelai rambut perempuan itu tersentak saat matanya dan Maira bertemu pandang.
Maira mundur, ia meraih gagang pintu. Maira lari sekencang-kencangnya. Debora yang baru saja keluar dari toilet dan hendak masuk kembali ke dalam, tercengang melihat Maira. Lebih tercengang saat melihat pintu kembali terbuka dengan Bara yang sudah berlari mengejar Maira.
***
"Mbak Sis ..." Maira membuka suara saat Siska mengangkat teleponnya di malam buta.
"Mai?" Mbak Sis tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang Maira ucapkan karena nampaknya Maira sedang berada dekat sekali dengan hujan.
"Mbak Sis, aku mau pulang, Mbak," lirih Maira dengan tangis yang sudah bersatu dengan air hujan.
"Mai, kau dimana Mai? biar aku menjemputmu." Mbak Sis terdengar khawatir.
"Mbak Sis, aku mau pulang ..." Maira terisak. Ia terus berjalan di bawah guyuran air. Tidak peduli tubuhnya telah menggigil hebat.
"Iya, Mai, ayo pulang. Aku menunggumu ya." Mbak Sis berusaha menenangkan Maira.
Tidak berapa lama, suara pintu kostnya terdengar diketuk. Mbak Sis segera membuka pintu. Ia menemukan Maira di depan dengan kondisi basah kuyup.
Maira menatap mbak Sis, itu bukan hanya basah karena air hujan. Itu tangis Maira yang telah termanipulasi dengan sempurna oleh air hujan. Mbak Sis menarik Maira ke dalam pelukannya. Ia segera membawa Maira masuk.
"Mai ... apa yang terjadi?" tanya mbak Sis sambil mengeringkan wajah Maira dengan handuk.
"Mbak Sis, aku sudah salah langkah. Jatuh terlalu dalam pada orang yang hanya menganggapku tak lebih dari teman tidur," sahut Maira lirih. Mbak Sis menarik lagi Maira ke dalam pelukannya.
"Mai, sudahlah, aku memang tidak tahu apa yang telah terjadi padamu. Tapi, tinggalkan saja yang membuatmu terluka begini."
"Benar, Mbak, aku harus meninggalkan semua ini. Mbak, besok antarkan aku ke bandara ya, aku mau pulang ke surabaya."
Mbak Sis menatap Maira pilu. Namun ia mengangguk. Saat itu juga terdengar orang mengetuk pintu kostnya. Mbak Sis mengintip ke luar lewat celah tirai.
"Mai, orang-orang berbadan besar itu datang lagi."
"Katakan aku tidak ada ya Mbak." Maira seketika panik.
"Masuklah ke kamarku, Mai."
Maira segera masuk ke dalam kamar mbak Sis. Ia tegang sekali saat ini. Maira sengaja mematikan telepon, mencabut memori dan juga sim card. Agar tak ada yang bisa melacak kepergiannya.
"Maaf, cari siapa tuan?" Suara mbak Sis terdengar dibuat seolah baru saja terbangun dari tidur.
"Apa penghuni kost sebelah ini sempat pulang ke sini tadi?" tanya mereka pada mbak Sis yang pura-pura menguap.
"Sepertinya, tidak ada Tuan. Saya tidak mendengar apapun."
"Baiklah, terima kasih."
Maira menghembuskan nafas lega saat mendengar langkah kaki para pengawal sudah menjauh.
"Sudah aman, Mai." Mbak sis masuk ke dalam kamar.
Maira memutuskan untuk kembali ke Surabaya besok. Ia tidak peduli pada paman dan bibinya lagi. Maira beruntung, ia sempat menyelipkan atm dan juga kartu tanda pengenalnya ke dalam saku sebelum pergi ke club tadi.
"Mas Bara, aku salah telah jatuh cinta padamu. Aku pergi, Mas. Jangan pernah mencariku." Maira menutup sisa malam dengan hati yang sudah pecah berkeping-keping.
Sementara di rumahnya. Bara mengamuk, ia memaki para penjaga. Sofia tidak bisa berbuat apa pun. Ia juga tidak menyangka Maira nekat akan pergi menyusul Bara.
Bara melemparkan semua barang yang ada dalam jangkauan matanya.
"Mairaaaa! Aku akan mencarimu kemana pun. Kau tidak boleh meninggalkanku seperti ini!" Bara meraung. Sofia pilu mendengarnya. Untuk kedua kalinya Bara kehilangan orang yang ia cintai.
(Cerita kita memang tidak berjudul, Tuan Bara! ) Batin Maira pilu, di tempat persembunyiannya.
untungnya Kevin mati....kl ngga perang Baratayudha beneran
Tuhan pasti memberikan kebaikan yg terbaik dibalik kejadian yg menimpa kita.
teruslah berpikir positif atas segala kejadian.
memang tdk mudah...
semangat kak💪
othor keceh comeback again, apa kabare si Beben kak??????😂😂
masi kah pake pempers?????
ada notif langsung gassss.....
apa kabar mak, moga mak Julie yg cantik mem bahenol selalu sehat2 dan lancar semuanya Aamiin🤲
biar semangat up nya...🥰🥰🥰