"Kamu itu cuma anak haram, ayah kamu enggak tahu siapa dan ibu kamu sekarang di rumah sakit jiwa. Jangan mimpi untuk menikahi anakku, kamu sama sekali tidak pantas, Luna."
** **
"Menikah dengan saya, dan saya akan berikan apa yang tidak bisa dia berikan."
"Tapi, Pak ... saya ini cuma anak haram, saya miskin dan ...."
"Terima tawaran saya atau saya hancurkan bisnis Budhemu!"
"Ba-baik, Pak. Saya Mau."
Guy's, jangan lupa follow IG author @anita_hisyam FB : Anita Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ditolak
“Pak, Bapak kan bisa jelasin sebelumnya. Nyuruh saya seperti itu buat ngobatin kaki saya. Bapak kebiasaan bikin orang lain salah paham.”
Luna terus nyerocos sampai tidak sadar kalau untelan stocking tipisnya dia serahkan kepada Arsen dan pria itu sampai menggerakan alis, tapi anehnya, Arsen mengambil stocking tersebut lalu tanpa ekspresi, memasukkan stocking tipis berwarna kulit ke dalam saku celana hitamnya.
Arsen kembali berjongkok, jemarinya yang besar dan tegas menyentuh pergelangan kaki Aluna. Ia menekannya perlahan, seakan ia mengerti tentang hal ini lalu mencari tahu sumber rasa sakit.
“Awh, sakit, Pak.”
“Tahan sebentar.”
“Huemm ....”
“Luna,”panggil Arsen tanpa menoleh. “Kamu selalu perfeksionis. Selalu memastikan setiap detail berjalan sempurna. Jadi kenapa... akhir-akhir ini kamu berkali-kali melakukan kesalahan?”
“Saya... saya minta maaf, Pak. Ada beberapa masalah di rumah, jadi ....”
“Berhenti membuat alasan.” Arsen langsung memotong, menatapnya dengan dingin. “Saya tidak butuh permintaan maafmu. Kalau kamu seperti ini, bukan saya yang rugi. Kamu yang rugi. Banyak pekerjaan tertunda, perusahaan yang kena dampak paling besar.”
Aluna langsung terdiam, Urat di pelipisnya menegang, dadanya naik turun. Ia menggenggam ujung roknya erat, lalu menunduk, menatap Arsen dengan mata berkaca-kaca.
“Kalau memang begitu,” cicit Luna emosi , suaranya agak meninggi dari biasanya. “Saya akan mengundurkan diri, Pak! Tugas saya di sini juga sudah selesai, kan.”
Diam, keduanya sama-sama tidak ada yang bicara lagi. Bahkan, Arsen hanya menatapnya tajam.
Tatapan mereka bertemu, Aluna dengan sorot mata penuh amarah dan rasa lelah, Arsen dengan mata gelap yang sulit terbaca.
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Danar masuk dengan susah payah mendorong troli kecil. Di atasnya ada sebuah tudung saji khusus, dan saat masuk lalu pintu tertutup, tampaklah kue tart berlapis krim putih dengan lilin angka 26 yang belum dinyalakan, seikat bunga mawar merah segar, sebuah kotak kado berbalut pita emas, dan... sebuah kotak kecil beludru hitam.
“Happy birthday, Mbak Luna!” seru Danar dengan senyum lebar. Dia agak bingung saat hanya melihat kepala bosnya saja.
Di sisi lain, Aluna sontak menoleh lalu beranjak dari duduknya. Selain karena merasa tidak sopan sebab duduk di atas kursi CEO, dia juga ingin tahu apa yang Danar lakukan.
“Pak Danar, ini apa?” tanyanya semakin bingung.
Ia menatap kue itu, lilin angka dua dan enam membuat jantungnya berdegup aneh. Itu usianya. Apa mungkin?
Detik itu juga, Ia menoleh pelan ke arah Arsen yang kini sudah berdiri di sampingnya. “Pak ... Arsen?”
Arsen berdiri tegak dengan tangan dimasukkan ke saku celana, yang satunya masih menyimpan stocking Aluna.
“Selamat ulang tahun, Luna.”
Aluna terperangah. Ini kali pertama Arsen memberikan dia kue ulangtahun setelah mereka bekerja empat tahun.
“Pak Arsen ... Kenapa Anda ....?”
“Menikahlah denganku!”
“Apaaa?” kaget Aluna. Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba saja bosnya itu melamar dia. Ini benar-benar Arsen yang dia kenal atau pria di depannya adalah orang lain?
Suasana ruangan beku seketika. Danar, yang berdiri di samping kue, langsung menepuk jidat pelan dan memutar bola matanya.
“Astaga, Pak,” gumamnya lirih. Dia benar-benar kecewa melihat cara Arsen melamar sekretarisnya. “Saya sudah bilang, harusnya pakai kalimat yang manis. Kayak... ‘Luna, maukah kamu menjadi bagian dari hidupku?’ atau semacam itu. Bukan kayak orang lagi nagih utang.”
Sementara itu, Aluna masih terdiam, wajahnya pucat dengan mata merah. Ia menoleh ke arah Danar, lalu kembali ke Arsen.
“Pak Arsen, saya ....”
“Jawab. Ya atau tidak.”
Lagi-lagi mereka hanya saling menatap. Sulit bagi Arsen untuk melepaskan tatapan dari gadis di depannya. Dia dan Danar yakin kalau dia akan diterima. Namun, anehnya....
Aluna malah menarik napas panjang. Ia meremas roknya erat, lalu tersenyum tipis sedikit pahit. “Terima kasih, Pak. Terima kasih sudah memberikan perhatian sebesar ini, bahkan di hari ulang tahun saya. Tapi....”
Matanya berkaca-kaca, suara bergetar menahan sesak yang tidak bisa dia bendung.
“Saya tidak bisa menerima lamaran Pak Arsen.”
“Apa?”
Pria itu mundur setengah langkah secara spontan. Danar bahkan menjatuhkan tutup saji sampai menimbulkan suara nyaring yang sangat khas. Wajahnya melongo, saking tidak percaya pada apa yang baru saja dia dengar.
Jari jemari lentik Aluna membuka tasnya. Perempuan itu mengambil sesuatu dari sana, sebuah amplop putih yang sudah dia siapkan tadi malam.
“Saya benar-benar harus mengundurkan diri, Pak. Maafkan saya.” Perempuan itu mengulurkan tangan, menyerahkan surat pengunduran diri di hadapan Arsen. “Bapak sudah sangat baik, tapi saya membutuhkan pengalaman lain. Saya juga capek karena tanggung jawab saya di sini terlalu banyak.”
jadi maksudnya apa ya?????
berteman boleh royal bego mah jangan...😄😄😄🤭