Termasuk dalam series Terpaksa Menikahi Tuan Muda (TMTM)
Sekretaris Han, bisakah dia jatuh cinta?
Kisah hidup Sekretaris Han, sekretaris pribadi Tuan Saga, sekaligus tangan kanan dan pengambil keputusan kedua di Antarna Group.
Dia meneruskan sumpah setia mengabdi pada Antarna Group, hidupnya hanyalah untuk melihat Tuan Saga bahagia. Bahkan saat Saga mengatakan dia bahagia bersama Daniah, laki-laki itu tidak bergeming, dia yang akan memastikan sendiri, kebahagiaan tuan yang ia layani.
Hubungannya dengan Arandita memasuki babak baru, setelah gadis itu dipecat dari pekerjaannya sebagai pengawal pribadi Nona Daniah.
Bagaimana hubungan mereka akan terjalin, akankah usaha Aran mengejar dan meraih Sekretaris Han membuahkan hasil.
Simak kisahnya hanya di novel Lihat Aku Seorang (LAS) 💖💖
ig : @la_sheira
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Kesalahan Han (Part 2)
Han ikut mendengarkan cerita Daniah tentang kejadian di pelataran mall siang tadi, dia duduk di sofa. Saat diizinkan masuk Saga hanya menunjuk sofa tanpa bicara. Membuatnya akhirnya tidak mendekat dan duduk diam mendengarkan.
Tuan Saga duduk bersandar, sementara Nona Daniah melingkarkan tangan serta bersandar di dadanya. Mengalirlah cerita dari mulutnya.
“Kejadiannya cepat sekali.” Daniah merasakan suasana siang itu lagi saat memikirkannya. “ Aku sedang melihat foto-foto di hp. Saat mendongak kemana orang-orang di sampingku pikirku. Mereka sudah bangun dan mundur kebelakang. Aku hanya melihat beberapa kursi yang terjungkal. Dan ada beberapa teriakan orang.”
Saat itulah pikiran Daniah buyar karena mendapat serangan panik.
“Maaf. Kau tidak perlu mengatakannya kalau itu membuatmu takut.” Saga mengusap ujung mata Daniah. Yang entah kenapa memang keluar airmata. “Maaf karena aku tidak ada di sampingmu tadi.”
“Sekarang aku sudah tidak apa-apa.”
Aku harus mengingat-ingat semuanya dengan jelas kan, supaya semuanya tidak disalahkan.
Daniah melirik Han yang duduk membelakangi mereka, apalagi urusannya jadi penting untuk laki-laki itu.
Jangan-jangan Aran sudah dimarahi sama dia.
“Niah, kau mau tidur saja?” Saga masih merasa bersalah dan cemas, walaupun Daniah sudah tenang dalam pelukannya. Kondisi bayinya juga sudah stabil. Dokter dan perawat yang sudah mengecek setelah makan malam tadi mengatakan semuanya sudah normal. Tapi tetap saja laki-laki itu masih khawatir saja.
“Aku tidak apa-apa.”
Sekarang menceritakannya melarutkan rasa takutnya. Apalagi sedari tadi suaminya terlihat tidak marah. Tidak, dia sudah berjanji untuk tidak marah gumam Daniah. Walaupun Daniah tahu Saga berusaha keras untuk menahan amarahnya. Gadis itu menggenggam tangan suaminya erat.
“Diantara suara-suara antara teriakan dan suara musik,” ujarnya melanjutkan. “Aku cuma mencari Aran, karena dengan melihatnya pasti semua akan baik-baik saja.” Cukup dengan melihat Aran, pikir Daniah kala itu. “Aku mundur akhirnya mengikuti orang-orang karena tidak melihat Aran. Dan entahlah karena tidak menemukannya aku menjadi panik lagi dan bergerak tanpa arah. Sampai aku tidak tahu kapan tanganku terluka. Disaat aku panik, untunglah ada yang datang menghampiriku.”
Saga menempelkan pipinya di pipi kanan Daniah. Sambil mengatakan maaf beberapa kali. "Maaf Niah, maaf, kau pasti takut kan. Seharusnya aku ada di sana menggenggam tanganmu. Maaf, maaf." Rasanya dari sekian banyak rasa bersalah, Daniah merasa kali inilah suaminya paling merasa depresi.
Isak tertahannya tadi siang di depan dokter membuat api kemarahan itu berganti penyesalan.
Kejadian siang tadi di pelataran mall.
Hiruk pikuk musik yang membahana tidak berhenti, nyanyian penyanyi nasional dan pacar Sofia membuat para penonton terbuai dan ikut berdendang keras. Teriakan para fans yang memicu keributan karena tiba-tiba meringsek ke depan. Membuat tim keamanan langsung sigap memecah kerumunan para penonton. Mengamankan stand para penjual juga. Serta orang-orang yang tidak terlalu tertarik bergerak kearah panggung. Yang memilih menepi ke arah stand penjual atau tetap asik menikmati jajanan.
Diantara itu ada seorang ibu hamil yang sedang berdiri kebingungan.
“Bereskan kursi-kursi itu!” Tim keamanan Antarna Group bergerak cepat di antara orang-orang yang lalu lalang.
“Ketua sebentar!” laki-laki yang mendapat perintah membereskan kursi-kursi yang terjungkal tidak langsung melakukan tugasnya. Dia berlari ke arah seorang wanita hamil yang terlihat panik dan kebingungan karena arus masa penonton.
“Ibu tidak apa-apa?” ujarnya pelan.
Tak ada jawaban.
“Maaf ya bu, ibu bisa pegang lengan saya kita berjalan ke stand yang sepi.”
Pikiran Daniah yang kebingungan saat itu membuatnya meraih lengan laki-laki asing di depannya. Dia hanya melihat kalau laki-laki itu tim kemanan dari seragamnya. Mereka masih melewati orang-orang yang berjalan meringsek ke depan panggung saat lagu kedua dimainkan.
Daniah sudah berdiri di depan sebuah stand yang tidak terlalu ramai. Saat itu ia mulai bisa menarik nafas tenang. Pandangannya pun mulai jelas. Apalagi saat laki-laki di hadapannya berdiri di depannya menghalangi pandangannya dari keramaian. Pikirannya semakin bisa diajak berkompromi.
Niah tenanglah semua baik-baik saja.
Nyut, Tiba-tiba perutnya berdenyut lagi. Pinggangnya juga. Ini kedua kalinya.
Tidak! Kontraksi lagi kah ini?
“Tangan ibu terluka?”
Deg. Daniah baru menyadarinya. Jadi nyeri yang ia rasakan karena tangannya terluka. Laki-laki itu meminta tisyu dari orang-orang yang berjaga stand lalu menyerahkannya pada Daniah.
“Anda pasti takut ya? Sudah tidak apa-apa? Apa ibu datang dengan suami?”
Hah suami? Suamiku Tuan Saga?
“Terimakasih.” Hanya menjawab begitu. Daniah mengusap lukanya. Menerima tisyu baru. “Saya datang dengan adik ipar dan teman, tadi dia sedang membeli es cream. Terimakasih sudah membantu saya Pak.”
Laki-laki itu terlihat mencari-cari, mungkin memastikan teman yang dimaksud Daniah.
“Istri saya juga sedang hamil bu, jadi saya bisa paham gimana perasaan ibu sekarang.”
Mungkin kalau istriku sudah menangis apalagi dia panikan.
“Nona!” Saat laki-laki itu mendengar sebuah suara keras, diikuti dengan seorang gadis berlari mendekat dia sudah merasa lega.
“Teman ibu sudah datang, saya permisi ya Bu.”
“Ia Pak.”
Alek, hanya itu yang dilihat samar Daniah di papan nama seragam laki-laki itu saat berbalik dan berlalu meninggalkannya.
Begitulah yang Daniah ingat, sampai Aran menemukannya sudah dengan raut cemas dan ketakutan. Daniah pun refleks mengatakan kalau dia baik-baik saja. Bahkan saat perutnya berdenyut lagi dalam perjalanan pulang dia hanya mengigit bibirnya dan bersandar pada kaca mobil.
“Saat melihat Aran aku benar-benar merasa lega, jangan memarahinya ya sayang, dia benar-benar tidak bersalah dia juga sangat takut dan cemas tadi.”
Selain tim keamanan, Aranlah yang membuatku kembali berfikir jernih karena merasa lega.
“Ia, Ia.” Mengusap-usap bahu. Menciumi pipi berulang kali. Memeluk semakin erat. “Maaf karena kamu melewati hal menakutkan ini sendirian.”
Syukurlah semua bisa selesai dengan baik gumam Daniah dalam pelukan Saga.
Jen dan Sofia bisa lepas dari hukuman dan Aran juga, semua baik-baik saja. Bayiku juga.
“Sekarang kau tidak akan merengek tentang keluar rumah lagi kan?”
Huaaaa, aku tidak akan berani lagi!
“Tidak! Aku cuma akan pergi keluar kalau bersamamu.”
Bahkan Daniah tak punya keinginan untuk pergi keluyuran kemanapun lagi. Dia akan menyerahkan persiapan perlengkapan untuk bayinya sepenuhnya pada Pak Mun. Sebulan lebih sebelum menuju tanggal prediksi dokter. Dia akan menyiapkan mental dan hati di rumah saja.
“Baguslah. Han, kau sudah dengar itu?”
Hah! Aku lupa kalau dia ada disini saking tidak ada suaranya.
Seketaris Han bangun dari duduk, mendekat ke tempat tidur. Dia mengalihkan pandangan setelah ada di samping tempat tidur.
“Baik Tuan saya akan membawanya besok ke ruangan Anda.”
Hah! Apa? Kamu mau bawa apa besok? Memang Tuan Saga minta apa?
Perasaan Daniah, Saga tidak bicara apa pun. Apa dia mau membawa Aran untuk dimintai pertanggungjawaban. Tidak, jangan seenaknya ya.
“Sayang.”
“Duduklah dengan tenang, kenapa.kau bergerak-gerak. Nanti kalau perutmu kontraksi lagi bagaimana.”
Aku kan cuma melepas tangan dari pelukanmu siapa yang bergerak-gerak! Aku cuma menggerakkan tangan.
Pelan Saga mengembalikan tangan Daniah untuk melingkar lagi dalam dekapannya.
“Sekretaris Han apa kau sudah bertemu dengan Aran.” Bertanya langsung daripada penasaran.
Saga yang menepuk-nepuk tangannya.
“Aku sudah berjanji tidak akan marah, jadi kau tidak perlu membahasnya lagi.” Menarik selimut, menutupi pinggang. Meletakan bahu Daniah dengan hati-hati. Mencium kening itu. “Sekarang istirahatlah, jangan bergerak-gerak. Jangan buat bayi kita kaget lagi.”
Jangan mulai aneh-aneh ya Tuan Saga.
Tunggu, apa keputusanku memecat Aran salah? Han mulai membaca situasi. Ketika Saga sama sekali acuh ketika nama Aran disebutkan oleh Daniah. Karena kalau marah dia pasti sudah mendapat perintah membawa Aran yang pertama. Bahkan sebelum Tuan Saga ingin bertemu dengan Alek untuk berterimakasih langsung.
Sepertinya aku salah membaca situasi. Sial! Ah, sial. Kenapa aku sampai melibatkan perasaanku kalau berhubungan dengannya.
“Sayang karena kau tidak marah, panggil Aran dan bicaralah padanya sebentar. Dia pasti sangat takut dan cemas. Kalau tidak biarkan aku meneleponnya dan bilang kalau semua baik-baik saja.” Mode merayu, memohon.
“Aiss.” Mendesah kesal karena berulang-ulang diingatkan untuk tidak marah. “Bawa dia kemari Han.”
Aku benar-benar sudah melakukan kesalahan.
Bersambung
apa si Arya mnjdi cerita kisah key dn Abian yah
sweet banget.