NovelToon NovelToon
Marry Or Kill: My Husband

Marry Or Kill: My Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Balas dendam pengganti
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nadinachomilk

Dikhianati suami dan sahabatnya sendiri, Seraphine Maheswara kehilangan cinta, kepercayaan, bahkan seluruh harta yang ia perjuangkan. Malam itu, ia dijebak dalam kecelakaan maut oleh Darian Wiranata dan Fiora Anindya.

Namun takdir memberinya kesempatan kedua untuk kembali ke masa lalu. Kini, Seraphine bukan lagi wanita naif, melainkan sosok yang siap membalas dendam kepada paraa pengkhianat.

Di tengah jalannya, ia dipertemukan dengan Reindra Wirajaya, CEO muda yang perlahan membuka peluang takdir baru.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadinachomilk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 PURA PURA

"Udah Clarissa,Nadya dan Tania ga usa ganggu Sera bisa ga sih"Fiora memarahi ketiga orang itu.

"Fio harusnya lo tuh ga usa temenan sama orang kayak Sera yang mau harta lo aja"kata Clarissa menjelaskan.

"Udah sih sa lagipula Sera kalau beli ga pernah mahal mahal"

"Baguslah kalau gitu harus tau diri,walau lo tuh temanan sama orang kaya tapi lo harus sadar kalau uda dibeliin mereka" Nadya menatap tajam ke arah Sera.

Sera hanya diam karena ia harus berpura pura takut di depan Darian dan Fiora agar mereka tidak curiga.

"Udahlah kalian pergi toh mereka ga keberatan"Sera akhirnya membuka suara.

"Yauda lah Fio,Darian. Aku ga jadi ikut daripada mereka besok malah ngehina aku lagi" kata Sera.

"Tapi Sera..."Fiora agak memelas.

"Sadar diri juga lo"kata Tania,lalu mengajak Clarissa dan Nadya untuk pergi dari sana dan duduk dikursinya dibelakang.

"Aku ga ikut aja deh,kalian aja berdua beneran aku ga apa apa kalau kalian mau bareng cari pakaiannya" jelas Sera dengan senyuman tipis di wajahnya.

Fiora cemberut, Darian masi membujuknya terus.

"Ga ada yang bayarin ya makanya ngerengek"batin Sera sudah muak dengan tingkah dua orang itu.

Dosen sudah datang pelajaran dimulai seperti biasanya. Hingga jam terakhir pun tiba. Fiora dan Darian segera menarik tangan Sera untuk keluar dan masi membujuknya agar mau jalan jalan membeli pakaian untuk pemilihan duta kampus, tetapi Sera masi menolak.

"Yauda Ser kalau lo ga ikut bisa kasi kita uang ga?"kata Fiora.

"Cihh"batin Sera.

"Yauda nih buat kalian jajan"Sera memberikan kartu black card miliknya.

"Makasih ya Seraa"Fiora memeluk Sera lalu segera mengajak Darian pergi.

"Aku duluan dulu ya sayang" kata Darian mencubit pipi Sera.

Sera mengelap pipi bekas cubitan Darian,lalu mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

"Pak,karu black card saya tolong diblokir. Saya mau ganti yang baru"

"Baik non,akan saya beritahukan kepada sekertaris pak Rangga"

Tutt! Telepon dimatikan.

Sera segera keluar dari gedung itu tetapi saat baru membalikkan badan untuk melangkah pandangnnya melihat ke arah dalam kelas disana ada Reindra yang sedang membereskan buku bukunya. Tanpa pikir panjang Sera segera menghampiri pria itu.

"Reindra"sapa Sera.

"Oh,hai Sera belum pulang?"tanya Reindra yang masi fokus menata bukunya.

"Belum,oh ya Reindra kamu ikut pemilihan duta kampus ya"ajak Sera memelas.

"Aku tidak punya pakaian bagus"kata Reindra.

"Ya sudah ayo kita sekarang belanja"ajak Sera tanpa pikir panjang ia segera menarik tangan Reindra dan mengajaknya keluar dari kampus itu.

"Ayo Rei masuk"ajak Sera menarik tangan besar Reindra masuk ke dalam mobilnya.

"Eh ga apa apa ini?"tanya Reindra.

"Ga apa apa"Kata Sera bersemangat.

"Pak ke mall luxury ya"pinta Sera ke sang supir.

"Baik non"sang supir itu segera melajukan mobil mewah Sera menuju ke mall pilihan Sera.

Di perjalanan, Sera bersandar sambil melirik Reindra yang duduk dengan tenang di sampingnya. Mobil melaju mulus, melewati jalanan kota Neon yang ramai.

"Rei"panggil Sera.

"Ada apa Ser?"tanya Reindra menatapnya.

"Kok aku ga pernah ngeh ya kalau kita satu jurusan bahkan satu kelas"

"Kamu kan terlalu fokus dengan kedua temanmu itu"kata Reindra.

Perkataan itu seolah tamparan kepada Sera.

"Iyaa aku bodoh sekali lebih memilih mereka dan tidak memperdulikan teman yang lain"batin Sera.

"Lalu kamu beneran nggak punya pakaian bagus?" Sera melirik ke arah kemeja sederhana yang dikenakan Reindra.

 "Padahal wajah kamu cocok banget kalau pakai setelan elegan. Serius, kamu bisa jadi model"

Reindra tertawa kecil, suaranya rendah dan hangat.

"Aku bukan anak orang kaya, Sera. Aku hanya anak dari keluarga biasa, hidup pas-pasan. Bisa masuk kampus ini saja aku sudah bersyukur berkat beasiswa dari keluarga terkaya"

Sera memandangnya lama. Ada rasa kagum, sekaligus heran.

"Tapi kamu nggak pernah terlihat minder. Malah terkesan tenang, kayak orang yang sudah terbiasa mengatur banyak hal"

Sekilas sorot mata Reindra berubah tajam, tapi cepat ia sembunyikan dengan senyum.

"Aku terbiasa menghadapi kenyataan. Kalau aku terlihat tenang, mungkin karena aku tahu hidup bukan soal siapa yang punya uang paling banyak, tapi siapa yang bisa bertahan"

Kata-kata itu membuat dada Sera berdebar. Ada sesuatu pada Reindra sesuatu yang berbeda dengan pria-pria lain, termasuk Darian.

Ia menunduk sebentar, lalu kembali memberanikan diri bertanya.

Kalau kamu anak beasiswa berarti kamu kerja juga kan buat tambahan biaya hidup?"

Reindra menoleh sekilas, matanya memancarkan kesungguhan.

"Ya, aku kerja di cafe"

Sera menatap pria itu dengan tatapan kagum tetapi ia merasa bodoh menanyakan privasi orang.

"Aku juga kerja di cafe"kata Sera berpura pura.

"Kamu kerja di cafe mana?"tanya Reindra.

"Hmm"Sera berpikir sejenak lalu teringat dengan cafe miliknya itu"

"Di cafe Mawar"Kata Sera bersemangat.

"Loh aku juga baru mendaftar kerja di situ,hari ini baru mau bekerja" kata Reindra.

"Oh ya aku juga baru mau kerja disana"

"Kenapa kamu bekerja,bukannya kamu anak orang kaya?"tanya Reindra menatapnya lalu bergantian menatap mobil yang ia tumpangi"

"Eh ga aku ga kaya,ini kan punya bos ayahku,iyakan yah"Sera menatap supirnya itu.

Supirnya agak terkejut,mendengar perkataan Sera tetapi iya mengiyakan seolah mengikuti skenario yang dibuat Sera untuk tetap pura pura miskin.

"Ah,seperti itu maaf ya pak aku tidak tahu kalau bapak ayahnya Sera"

"Sudahlah nak tidak apa apa"

Pak supir pun segera melajukan mobil itu ke mall luxury,hingga mereka sampailah di mall itu.

"Yah aku turun dulu ya"Kata Sera.

"Eh iya sayang"Pak supir itu agak kikuk.

"Yauda ayo kita segera masuk"kata Sera segera menarik Reindra.

Merekapun segera memasuki mall Luxury.Sera dan Reindra langsung disambut oleh pendingin ruangan yang menampar lembut kulit mereka. Lampu-lampu kristal berkilau di langit-langit, memantulkan cahaya ke toko-toko branded yang berjajar anggun.

Reindra mengusap tengkuknya yang terasa kaku.

"Sera ini beneran kita mau belanja di sini? Dari luar aja aku udah bisa tebak, harga bajunya bisa bikin aku ga makan sebulan"

Sera terkekeh kecil, menoleh pada Reindra sambil melipat kedua lengannya.

"Rei, santai aja. Kebetulan aku habis dapat bonus dari bosku kemarin. Jadi tenang, kali ini aku yang traktir. Anggap aja hadiah karena kamu mau ikut pemilihan duta kampus"

"Tapi aku tidak enak denganmu masa wanita yang membayari pria"kata Reindra.

"Kamu menolak kebaikanku Rei?"Sera cemberut.

"Ah bukan begitu maksutku Sera,aku tidak enak saja apalagi kamu rela menghabiskan bonusmu untukku. Apalagi toko ini tok mewah" Reindra mendengus jelas tidak enak hati.

"Pria ini memang keren,tidak seperti Diandra yang suka dibayarin seprang wanita" batin Sera.

Sera menepuk bahunya pelan.

"Ya ampun, Rei. Kamu tuh cocok pakai baju branded. Badan kamu bagus, tinggi, gagah. Coba deh, sekali-kali tampil keren. Lagian, kalau kamu kepilih jadi duta kampus, masa iya pakai kemeja lusuh"

Reindra menunduk, seolah kalah debat.

"Kamu bisa aja ngomongnya. Oke deh, tapi jangan yang terlalu mahal, ya. Aku nggak enak sama kamu"

"Deal!" Sera tersenyum lebar. Ia segera menarik Reindra masuk ke salah satu butik branded.

Seorang pegawai butik menyambut mereka dengan senyum sopan.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

"Ada kak" jawab Sera penuh percaya diri.

"Kami lagi cari setelan formal, tapi tetap stylish. Buat acara kampus"

Reindra buru-buru menambahkan dengan wajah canggung,

"Tapi kalau bisa yang harganya yang standar aja ya mbak"

Pegawai butik nyaris tidak bisa menahan tawa, tapi tetap menjaga wibawa. Sera malah cekikikan melihat wajah panik Reindra.

"Tenang aja, Rei. Liat nih"Sera mengambil sebuah blazer hitam slim fit dengan potongan rapi, lalu meraih kemeja putih bersih.

"Coba ini, aku yakin kamu bakal kelihatan gagah dan tampan pakek ini"

1
Intan Marliah
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!