NovelToon NovelToon
Rindu Di Bawah Atap Yang Berbeda

Rindu Di Bawah Atap Yang Berbeda

Status: tamat
Genre:Keluarga / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Terlarang / Romansa / Cintapertama / Cinta Murni / Tamat
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Berawal dari sebuah gulir tak sengaja di layar ponsel, takdir mempertemukan dua jiwa dari dua dunia yang berbeda. Akbar, seorang pemuda Minang berusia 24 tahun dari Padang, menemukan ketenangan dalam hidupnya yang teratur hingga sebuah senyuman tulus dari foto Erencya, seorang siswi SMA keturunan Tionghoa-Buddha berusia 18 tahun dari Jambi, menghentikan dunianya.

Terpisahkan jarak ratusan kilometer, cinta mereka bersemi di dunia maya. Melalui pesan-pesan larut malam dan panggilan video yang hangat, mereka menemukan belahan jiwa. Sebuah cinta yang murni, polos, dan tak pernah mempersoalkan perbedaan keyakinan yang membentang di antara mereka. Bagi Akbar dan Erencya, cinta adalah bahasa universal yang mereka pahami dengan hati.

Namun, saat cinta itu mulai beranjak ke dunia nyata, mereka dihadapkan pada tembok tertinggi dan terkokoh: restu keluarga. Tradisi dan keyakinan yang telah mengakar kuat menjadi jurang pemisah yang menyakitkan. Keluarga Erencya memberikan sebuah pilihan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Video call pertama itu mengubah segalanya. Hubungan Akbar dan Erencya seakan telah melewati sebuah inisiasi, naik ke tingkat keintiman yang baru dan mendebarkan. Kini, tidak ada lagi keraguan atau bayangan ideal yang mereka ciptakan di benak masing-masing. Mereka telah saling melihat dalam keadaan paling sederhana—di kamar tidur, dengan rambut yang tidak tertata sempurna, mengenakan pakaian rumah yang nyaman. Dan entah bagaimana, versi mentah itu justru terasa jauh lebih indah.

Panggilan suara dan video menjadi menu utama komunikasi mereka. Teks hanya menjadi pengantar atau selingan di kala sibuk. Kini mereka bisa saling melihat ekspresi lelah di penghujung hari, atau binar semangat di awal pagi. Erencya menyukai cara alis Akbar sedikit terangkat saat ia menemukan ide baru untuk skripsinya. Akbar gemas melihat cara Erencya tanpa sadar menggigit bibir bawahnya saat sedang berkonsentrasi pada cerita. Detail-detail kecil inilah yang membangun jembatan di antara mereka, membuat jarak terasa semakin maya.

Namun, Akbar mulai merasakan sebuah kegelisahan. Sejauh ini, Erencya lah yang telah memberinya akses penuh ke dunianya. Ia melihat kamar Erencya yang nyaman dan tertata apik, mendengar cerita tentang kafe-kafe yang gadis itu kunjungi bersama teman-temannya, melihat sekilas mobil papanya saat Erencya sedang dijemput. Erencya telah berbagi dunianya yang berwarna. Sementara Akbar, ia merasa baru berbagi dunianya dalam bentuk cerita dan pemikiran. Erencya belum pernah benar-benar 'merasakan' dunia Akbar yang sederhana.

Sebuah ide mulai terbentuk di benaknya suatu sore, saat ia sedang membantu ibunya membungkus pesanan rendang kering untuk seorang pelanggan di luar kota. Rendang. Itu dia. Ini bukan sekadar makanan. Ini adalah identitasnya, kebanggaan keluarganya, representasi dari tanah kelahirannya. Ini adalah sesuatu yang bisa ia bagikan, sesuatu yang nyata dan bisa dirasakan oleh Erencya.

Malamnya, saat mereka sedang melakukan panggilan video, Akbar mengutarakan niatnya.

"Ren," katanya, mencoba terdengar sesantai mungkin. "Aku... punya ide aneh."

Erencya, yang sedang menyandarkan kepalanya di bantal, menatapnya dari layar. "Ide aneh apa, Kak?"

"Aku ingin mengirimimu sesuatu," kata Akbar. "Sesuatu dari sini, dari Padang. Sesuatu yang... yah, sesuatu yang mewakili duniaku."

Erencya langsung terduduk, matanya berbinar penasaran. "Wah, apa itu?"

"Rahasia," jawab Akbar sambil tersenyum misterius. "Tapi untuk itu, aku butuh alamat lengkapmu. Apakah... tidak apa-apa?"

Pertanyaan itu membuat Erencya terdiam. Alamat. Itu adalah sebuah informasi yang sangat konkret. Memberikannya berarti mengizinkan Akbar untuk melangkah keluar dari layar ponsel dan masuk ke dalam lingkungan fisiknya. Ia teringat nasihat papanya untuk berhati-hati. Namun, hatinya menepis semua keraguan itu. Pria di layar ini adalah Kak Akbar, orang yang selama beberapa minggu terakhir telah menjadi pendengar terbaiknya, penyemangatnya, dan sumber kebahagiaan barunya.

"Tentu saja boleh, Kak," jawabnya dengan keyakinan penuh. "Sebentar, aku ketik di chat ya."

Dua hari kemudian, dapur kecil di rumah Akbar terasa lebih sibuk dari biasanya. Ibunya bersikeras untuk memasak rendang khusus untuk "teman jauh" Akbar itu.

"Kalau untuk dikirim ke Jambi, dagingnya harus kualitas nomor satu. Bumbunya juga harus lebih banyak," kata Ibu sambil dengan terampil mengaduk kuali besar berisi potongan daging yang berbaur dengan santan kental dan dedaunan aromatik. "Ibu tidak mau nanti kamu malu kalau rasanya tidak enak."

Akbar tersenyum, hatinya menghangat melihat antusiasme ibunya. "Terima kasih banyak, Bu. Ini jadi merepotkan Ibu."

"Tidak ada yang merepotkan untuk kebahagiaan anak," sahut ibunya, matanya melirik Akbar dengan tatapan penuh arti. "Sepertinya 'teman jauh' ini spesial sekali, ya?"

Pipi Akbar terasa sedikit panas. Ia hanya bisa mengalihkan pembicaraan dengan membantu ibunya menyiapkan kemasan vakum agar rendang itu awet dan aman selama perjalanan. Proses memasak rendang hingga benar-benar kering memakan waktu berjam-jam, sebuah proses yang menuntut kesabaran dan cinta. Dan selama jam-jam itu, Akbar merasa sedang menuangkan sebagian dari dirinya, dari keluarganya, ke dalam masakan itu.

Keesokan harinya, Akbar dengan hati-hati membungkus paket itu. Di dalamnya, selain beberapa bungkus rendang kering buatan ibunya, ia menyelipkan sebuah surat yang ia tulis tangan di atas kertas HVS biasa.

Di Jambi, penantian Erencya terasa begitu mendebarkan. Setiap kali ada suara motor kurir berhenti di depan rumahnya, jantungnya berdebar. Akhirnya, di suatu sore yang cerah saat ia baru saja pulang sekolah, sebuah mobil van dari jasa ekspedisi berhenti tepat di depan gerbang rumahnya.

"Paket untuk Erencya!" seru kurir itu.

Erencya berlari kecil keluar, jantungnya berdegup kencang. Ia menandatangani bukti terima dan membawa kotak berukuran sedang itu masuk ke dalam rumah.

"Paket apa, Ren?" tanya Mamanya dari ruang tengah.

"Oh, ini buku, Ma! Aku pesan online buat referensi tugas sekolah," jawabnya, sebuah kebohongan putih yang meluncur begitu saja.

Ia membawa paket itu ke dalam kamarnya dan mengunci pintu. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia membuka lapisan selotip dan kardus. Aroma pertama yang menyambutnya adalah wangi rempah yang begitu khas, kuat, dan menggugah selera. Di dalamnya, terbungkus rapi dalam plastik vakum, ada beberapa paket berisi potongan daging berwarna cokelat gelap. Dan di atasnya, tergeletak sepucuk surat.

Erencya mengabaikan rendang itu sejenak. Ia meraih surat itu, membuka lipatannya, dan mulai membaca tulisan tangan Akbar yang rapi dan sedikit miring.

Untuk Erencya,

Hai. Aneh ya rasanya menulis surat di zaman sekarang? Tapi entah kenapa, aku merasa ada hal-hal yang lebih baik disampaikan melalui tulisan tangan daripada ketikan di layar.

Aku harap paket kecil ini sampai dengan selamat di tanganmu. Mungkin kamu bertanya-tanya kenapa aku mengirimimu ini. Ini adalah rendang, masakan khas dari tanah kelahiranku. Tapi bagiku, ini lebih dari sekadar makanan. Ini adalah rasa dari rumahku, hasil dari tangan terampil ibuku, dan bagian dari duniaku yang paling jujur.

Selama ini, kamu sudah banyak berbagi tentang duniamu yang indah. Aku merasa belum cukup berbagi tentang duniaku. Aku belum bisa mengajakmu melihat senja di Padang, jadi kuharap aku bisa membuatmu merasakan kehangatan dapurnya. Rendang ini dimasak khusus oleh ibuku untukmu. Katanya, bumbunya harus lebih spesial untuk 'teman jauh' anaknya.

Maaf kalau ini bukan hadiah yang mewah. Ini hanya sebuah cara sederhana dariku untuk mengatakan bahwa aku ingin kamu mengenal aku seutuhnya, termasuk kesederhanaan yang menyelimuti hidupku. Kuharap kamu suka.

Dari teman jauhmu di Padang,

Akbar.

Saat Erencya selesai membaca baris terakhir, ia tidak sadar air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Ini bukan air mata kesedihan, melainkan air mata haru yang begitu meluap. Hadiah ini... jauh lebih berharga dari tas bermerek atau perhiasan mahal mana pun. Hadiah ini berisi cerita, usaha, ketulusan, dan yang terpenting, cinta dari seorang ibu untuk kebahagiaan anaknya.

Dengan jari gemetar, ia membuka salah satu bungkus rendang itu. Ia mengambil secuil kecil dan mencicipinya. Rasa gurih, pedas, dan kaya akan rempah langsung meledak di mulutnya. Itu adalah rasa terlezat yang pernah ia coba. Sambil mengunyah, air matanya akhirnya menetes, jatuh ke atas kertas surat yang masih ia genggam erat.

Saat itu, Erencya tidak hanya sedang memakan sepotong daging. Ia sedang merasakan kehangatan dapur Akbar, merasakan kasih sayang ibunya, merasakan ketulusan hati pria yang tinggal ratusan kilometer jauhnya. Jarak di antara mereka terasa lenyap seketika.

Malam itu, saat Akbar meneleponnya, Erencya tidak bisa berkata-kata banyak di awal. Ia hanya bisa berbisik, "Terima kasih, Kak. Terima kasih banyak," dengan suara serak menahan tangis.

Dan Akbar, di seberang sana, tahu bahwa paket kecilnya telah berhasil menyampaikan semua pesan yang tidak bisa diwakili oleh kata-kata di layar. Hadiah itu telah membangun jembatan paling kokoh di antara mereka, sebuah jembatan yang terbuat dari rasa dan ketulusan.

1
👣Sandaria🦋
jadi akhirnya Akbar login atau logout, Kak?🤔
kisah perjuangan cinta yg mesti aku hargai sebagai pembaca, Kak. meski dari tengah sampai akhir aku merasa authornya kehilangan "sentuhan" pada ceritanya. mungkin gegara mengubah ending dengan bermanuver terlalu tajam😂
Sang_Imajinasi: udah ada kok cuma belum dirilis mungkin akhir bulan ini rilis novel roman dengan banyak bab maybe 500 bab
total 8 replies
👣Sandaria🦋
selalu aneh dengar ucapan hati-hati di jalan bagi orang yg naik pesawat. macam dia aja yg nerbangin pesawat. harusnya kan "tolong bilangin ke pilotnya hati-hati di udara, jangan ngebut!"🙄🤣
👣Sandaria🦋
baca bagian ini, Bang@𝒯ℳ ada begitu banyak "kekayaan" di dunia ini, tidak hanya melulu soal uang. mungkin disayangi aku yg imut ini salah satunya🤔😂
👣Sandaria🦋: aku barusan tamat baca ini novel, Bang. cari tempat mojok lain lah. atau berantem lagi di novel Om Tua😆
total 8 replies
👣Sandaria🦋
asiik bener nama timnya 👍😂
👣Sandaria🦋
aku dulu pernah naik ini di pasar malam, Kak. pas di atas ketinggian itu terjadi ciuman ke-29 ku. kalau gak salah ingat 🤔😂
👣Sandaria🦋
yg bertemu diam-diam selama seminggu itu di bulan Juni, Kak. yg terjadi di bulan Desember mah nerakaa😆
👣Sandaria🦋
kadang aku ragu Erencya ini di cerita aslinya beneran masih SMA, Kak? tua kali pemikirannya. minimal anak kuliahan tingkat akhir lah😆
👣Sandaria🦋
kok mereka belum menyinggung keimanan ya, Kak?🤔
👣Sandaria🦋
jadi udah di tahap "pulang" aja nih. enggak datang lagi? jauh kali lompatan si Akbar😆
👣Sandaria🦋
untung gak kayak adegan Armageddon😅
👣Sandaria🦋
mengapa Akbar gak jalur darat aja ke Jambi nya, Kak? mungkin biar kelihatan dramatis ya efeknya kek di pilem pilem?😆
👣Sandaria🦋
kayak kita nih Bang@𝒯ℳ cinta yg kuat itu tumbuh di tengah percakapan percakapan saling maki, saling bully dan saling merendahkan diri🤦 sampai-sampai mengalahkan romansa cinta Ucup dan Anny😂🤣
👣Sandaria🦋: aduh Abang. pengen terjun ke laut aja nih aku, biar digulung ombak sekalian☺️😂
jadi pengen nge tag Bang Salman, Bang Zen dan Bang Asta. kali aja mereka rela muntahh berjamaah, Bang🤣🤣
total 2 replies
👣Sandaria🦋
kalau Erencya juga membangun jembatan dari sisi seberang, pasti sebentar lagi jembatannya nyambung itu. entah kalau ada preman preman yg nyolong bata dan besinya🤦
👣Sandaria🦋
jangan terlalu terbuai gombalan kalian. karena "semua akan preeet pada waktunya" begitulah kata-kata warga net yg berpikir logis🤣
👣Sandaria🦋
aku tidak menyangka perkara membangun jembatan ini bisa membuatku melankolis begini, Kak😭😂
👣Sandaria🦋
sebegini beratnya perjuangan cinta, siapa yg akan berani membakar jembatannya? bahkan authornya saja tidak berani😭😂
Sang_Imajinasi: baca nya sambil play musik tanpa cinta, sama seamin tapi tak seiman kak
total 1 replies
👣Sandaria🦋
kalau guru sejarah ku seperti Akbar. mungkin aku masih ingat siapa nama guru sejarah ku dulu. lebih parahnya aku saja lupa ada pelajaran sejarah😆
👣Sandaria🦋
memang begitu gaya dosen penguji sejak zaman purba 😂
👣Sandaria🦋
ini bener lagi. kalau udah mendekati waktu eksekusi, jangan ngapa-ngapain lagi. tunggu aja dor nya😆
👣Sandaria🦋
memang betul ini, kadang mules😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!