NovelToon NovelToon
Adik Tiri Kesayangan Si Kembar

Adik Tiri Kesayangan Si Kembar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hazelnutz

Sejak bayi, Eleanor Cromwel diculik dan akhirnya diasuh oleh salah satu keluarga ternama di Kota Olympus. Hidupnya tampak sempurna dengan dua kakak tiri kembar yang selalu menjaganya… sampai tragedi datang.

Ayah tirinya meninggal karena serangan jantung, dan sejak itu, Eleanor tak lagi merasakan kasih sayang dari ibu tiri yang kejam. Namun, di balik dinginnya rumah itu, dua kakak tirinya justru menaruh perhatian yang berbeda.

Perhatian yang bukan sekadar kakak pada adik.
Perasaan yang seharusnya tak pernah tumbuh.

Di antara kasih, luka, dan rahasia, Eleanor harus memilih…
Apakah dia akan tetap menjadi “adik kesayangan” atau menerima cinta terlarang yang ditawarkan oleh salah satu si kembar?

silahkan membaca, dan jangan lupa untuk Like, serta komen pendapat kalian, dan vote kalau kalian suka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

“Ela, naik sama aku.” Suara Daniel terdengar kalem, tapi tegas.

“Udah jelas motor gue lebih cepet. Ayo, jangan keras kepala,” sela Dominic dengan nada sok santai.

Eleanor berhenti sejenak. Tangannya gemetar ketika merogoh tas dan mengeluarkan ponsel. Kedua kakaknya menatap penuh tanya, tapi tanpa menjawab satu pun kata, Eleanor menekan nomor yang sudah familiar.

“Pak Anton, bisa jemput saya sekarang? …Iya, di depan gerbang sekolah.”

Hening beberapa detik. Tatapan Daniel melembut, jelas kecewa tapi ditahan rapat. Dominic justru mendengus sambil nyelipin tangan ke saku celana.

“Serius, lo lebih milih si Pak Tua daripada gue?” sindirnya.

Eleanor menunduk, menahan nafas. “Aku cuma… nggak mau ribut lagi.”

Tak lama, mobil hitam keluarga Cromwel meluncur pelan ke depan gerbang. Pak Anton turun, wajahnya tenang, lalu membukakan pintu. “Mari, Nona Ela.”

Tanpa menoleh sedikit pun ke arah kakaknya, Eleanor masuk ke dalam mobil, membantu Bella duduk nyaman di sampingnya. Pak Anton menutup pintu perlahan, lalu beranjak ke kursi kemudi. Dari kaca jendela, ia masih bisa melihat kedua kakaknya berdiri di depan gerbang, sama-sama menatap mobil yang mulai berjalan.

“Bagus, Dan. Lo terlalu kaku makanya dia kabur,” celetuk Dominic sambil melirik tajam.

Daniel menghela napas berat, suaranya datar tapi dingin. “Atau mungkin karena lo terlalu norak, Dom.”

“Tch, ngomong aja seenaknya. Nanti juga dia balik milih gue.” Dominic mendengus, lalu dengan gaya santainya melompat ke atas motornya.

Daniel hanya menatap adiknya sekilas sebelum masuk ke mobil hitam elegannya. Tanpa sepatah kata lagi, keduanya pergi dengan arah berbeda—menyisakan jalanan sekolah yang kembali riuh oleh bisikan para siswa yang masih belum percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.

Di dalam mobil, suasana agak canggung. Eleanor menatap keluar jendela, sedangkan Bella bersandar di bahunya. Pak Anton sesekali melirik dari spion.

“Nona Ela baik-baik aja, kan? Wajahnya pucat sekali.”

Eleanor tersenyum tipis, berusaha menenangkan. “Saya nggak apa-apa, Pak.”

Bella malah nyelutuk dengan suara serak, “Ya ampun, Lala… lo tau nggak, lo kayak princess rebutan pangeran kembar tadi.”

“Bel, jangan mulai lagi…” Eleanor menghela nafas, tapi wajahnya memerah. Pak Anton cuma geleng-geleng kecil, pura-pura nggak dengar tapi senyum samar tersungging.

Mobil berhenti sebentar di depan rumah Bella. Ibunya Bella langsung keluar, wajah panik melihat anaknya pucat.

“Bella! Aduh, kenapa ini?”

“Tenang, Tante, cuma pingsan sebentar,” Eleanor cepat-cepat menjelaskan. Bella sempat melambai pelan sebelum masuk ke rumah.

“Besok nongkrong lagi ya, Lala! Jangan kabur sendirian!” teriak Bella sambil tersenyum nakal. Eleanor cuma bisa melambaikan tangan dengan senyum tipis.

Perjalanan berlanjut. Kali ini, hening. Eleanor menunduk sepanjang jalan, jari-jarinya memainkan ujung roknya. Hatinya berdebar, bukan karena kakaknya, tapi karena ia tau siapa yang menunggu di rumah.

Dan benar saja. Begitu mobil berhenti di halaman mansion Cromwel, seorang wanita sudah berdiri di depan pintu dengan senyum manis yang palsu.

“Oh… lihat siapa yang akhirnya pulang. Anak manja yang bikin heboh seisi sekolah,” ucap ibu tirinya dengan nada lembut yang menusuk.

.

“Apa yang kamu lakukan hari ini, hah?” suaranya bergetar, tapi bukan karena sedih, melainkan karena amarah yang ditahan. “Kamu bikin heboh seisi sekolah! Wajahmu sudah tersebar di mana-mana, media sosial penuh dengan gosip tentang keluarga ini!”

Eleanor kaget, tubuhnya kaku. “Ibu… Aku nggak berniat—”

Plaaakk!

Tamparan itu mendarat keras di pipinya. Suara jelas bergema di ruang depan, bikin seluruh tubuh Eleanor bergetar. Pandangannya langsung berkunang, pipinya terasa panas dan perih. Air matanya jatuh begitu saja, tanpa bisa ditahan.

“Kamu membuat keluarga ini MALU!” bentak Casandra, langkahnya maju setengah, menatap Eleanor seolah gadis itu sampah.

Belum sempat Eleanor menjawab, suara pintu mobil dibanting keras terdengar. Daniel baru saja tiba. Begitu melihat adiknya berdiri dengan pipi merah terbakar, matanya langsung melebar. Tanpa pikir panjang, ia berlari mendekat.

“Cukup, Bu!” suara Daniel berat, tegas, penuh wibawa. “Jangan pernah lagi tangan itu menyentuh Ela. Sekali lagi, aku yang akan mematahkan tangan mu Bu.”

Casandra tertegun sejenak, wajahnya menegang, dan memilih untuk melangkah masuk kedalam rumah, suara deru motor menggelegar di halaman. Dominic masuk dengan gaya santainya yang khas, tapi ekspresinya berubah begitu melihat keadaan di depan pintu.

Dia turun cepat, melepas helm. Tatapannya langsung tertuju ke Eleanor. Pipinya memerah jelas, sembab dengan air mata yang masih menetes. Dominic mendekat dengan wajah gelap.

“Apa yang terjadi sama lo, Ela?” tanyanya lirih tapi menekan.

Daniel menoleh sekilas, rahangnya mengeras. “Ibu menamparnya.”

Dominic membeku sepersekian detik. Rahangnya mengencang, matanya berkilat marah. Tanpa pikir panjang, dia melangkah ke arah pintu, jelas berniat menyusul ibunya ke dalam. Tapi sebelum ia bisa lebih jauh, tangan mungil Eleanor meraih pergelangannya.

“Kak… jangan,” suara Eleanor parau, bergetar. Dia menggeleng pelan, air matanya jatuh makin deras.

Dominic berhenti. Tangannya masih tegang, tapi tatapannya jatuh pada wajah sembab adiknya. Dia terlihat ingin meledak, tapi genggamannya melemah saat melihat Eleanor menahannya begitu erat.

“Aku mohon…” bisik Eleanor, hampir tak terdengar.

Daniel berdiri di sisi lain, pandangan matanya dingin menatap pintu tempat Casandra menghilang. Suasana terasa berat, menyesakkan dada.

Di halaman rumah itu, hanya tersisa tiga sosok: seorang gadis dengan pipi memar, dan dua kakak kembar yang sama-sama terbakar amarah, tapi terikat oleh tangisan Eleanor yang memohon mereka jangan menambah luka dengan pertengkaran baru.

Eleanor menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Pipinya masih terasa perih, tapi dia tidak ingin memperlihatkan kelemahannya lebih lama di depan kedua kakaknya.

“Aku… aku ke kamar dulu,” katanya lirih.

Daniel langsung menyahut, nada suaranya penuh kekhawatiran. “Biar Dan antar.”

Dominic menyusul, suaranya lebih keras. “Gue juga bisa antar lo, Ela.”

Eleanor menggeleng pelan. “Nggak usah. Aku bisa sendiri.”

Namun saat Daniel dan Dominic bersamaan melangkah mendekat, Eleanor buru-buru mengangkat kedua tangannya. Jemarinya meraih tangan kakak kembarnya itu, mempertemukan mereka di tengah. Kedua tangan itu kini saling bersentuhan, tergenggam karena Eleanor yang memaksa mereka.

Dengan senyum kecil yang samar tapi tulus, Eleanor menatap keduanya. Matanya masih basah, tapi ada kehangatan di sana.

“Aku tinggal ya, kakak-kakak sekalian…” ucapnya lembut, lalu perlahan melepaskan genggaman tangannya.

Daniel dan Dominic hanya bisa terdiam, membeku sejenak melihat punggung adiknya yang menjauh menaiki tangga. Suara langkah kecil Eleanor terdengar pelan, lalu menghilang di lantai atas.

Begitu sadar masih berpegangan, keduanya hampir bersamaan menarik tangan masing-masing. Daniel buru-buru membetulkan dasinya, mencoba menutupi rasa kikuk, sementara Dominic mengacak rambutnya sendiri, pura-pura cuek.

“...Tsk.” Dominic berdeham, lalu melangkah lebih dulu ke dalam.

Daniel menghela napas panjang, menatap sebentar ke arah tangga, lalu menyusul dengan langkah tenang.

Pintu kamar tertutup rapat. Eleanor bersandar di baliknya, tubuhnya perlahan meluncur ke bawah hingga ia terduduk di lantai. Tangannya menutupi wajah, suara isak yang ditahannya akhirnya pecah juga. Air matanya jatuh deras, membasahi pipi yang masih memerah bekas tamparan tadi.

Ia menarik lutut, memeluk dirinya sendiri seolah hanya itu yang bisa memberinya rasa aman. Dalam keheningan malam, kenangan-kenangan pahit kembali menghantam kepalanya.

“Cepat pel! Lantai masih kotor!” suara tajam Madam Casandra bergema di benaknya.

Di bayangannya, ia melihat dirinya yang masih kecil, lututnya lecet karena terus menggosok lantai marmer yang dingin dengan tangan mungil yang gemetar.

“Cuci piring ini sampai bersih, kalau masih ada noda, kamu yang saya hajar!”

Air sabun yang menempel di tangannya terasa nyata lagi. Jemarinya pernah memerah, bengkak, dan melepuh karena terlalu lama terendam air dingin.

“Baju keluarga ini jangan sampai kusut! Kalau rusak, Saya buat kamu Mengunyah baju-baju itu!”

Bayangan dirinya memeras tumpukan kain basah hingga tangannya gemetaran, lalu dilempar sapu ke arahnya karena ada noda yang terlewat.

Tamparan, bentakan, pukulan sapu—semua itu muncul satu per satu. Seakan tiap dinding kamarnya malam itu menyuarakan kembali rasa sakit yang ia pendam bertahun-tahun.

Eleanor menggigit bibirnya, suaranya bergetar saat ia mencoba menahan tangisnya.

“Kenapa…”

Suara itu lirih, hampir tidak terdengar.

“Kenapa harus aku…”

Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahunya terguncang hebat. Rasa sakit fisik memang membekas, tapi luka di hatinya jauh lebih dalam. Malam itu, hanya tangisnya yang menjadi saksi betapa rapuhnya seorang Eleanor Cromwel yang di mata dunia tampak sempurna.

1
Nanabrum
Ngakakk woyy😭😭
Can
Lanjuuutttt THORRRRR
Andr45
keren kak
mirip kisah seseorang teman ku
air mata ku 😭
Andr45
wow amazing 🤗🤗
Can
Lanjut Thor
Cikka
Lanjut
Ken
Semangaaat Authooor, Up yang banyakk
Ken
Udah ngaku ajaaa
Ken
Jangan tidur atau jangan Pingsan thor😭😭
Ken
Nahh kann, Mulai lagiii🗿
Ken
Wanita Kadal 02🤣🤣
Ken
Bisa hapus karakter nya gak thor🗿
Ken
Kan, Kayak Kadal beneran/Panic/
Ken
Apaan coba nih wanita kadal/Angry/
Vytas
mantap
Ceyra Heelshire
gak bisa! mending balas aja PLAK PLAK PLAK
Ceyra Heelshire
apaan sih si nyi lampir ini /Panic/
Ceyra Heelshire
wih, bikin novel baru lagi Thor
Hazelnutz: ehehe iyaa😅
total 1 replies
RiaChenko♥️
Rekomended banget
RiaChenko♥️
Ahhhh GANTUNGGGGG WOYYY
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!