Paksaan sang ibu sukses merubah 'Status Hidup' Nadilla menjadi bertunangan.
Awalnya Nadilla punya rencana untuk membatalkan pertunangan karena si pria sudah mempunyai kekasih.
Semua situasi itu berubah saat mengetahui sisi baik pria yang ingin membahagiakan kedua orang tua melalui prestasi yang akan pria itu lakukan sendiri di sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 05. Sekolah (Revisi)
Nadilla dalam keadaan gabut, waktu luang itu ia tumpukkan dengan menulis buku diary yang ia miliki sejak smp.
Saat sedang asik menulis, tiba-tiba ibunya berteriak dari arah dapur.
Nadilla menoleh ke arah pintu kamar "Iya mah" Jawabnya dengan teriakan, kemudian Nadilla menyimpan buku diary ke laci nakas dan pergi dari kamar.
"Kenapa kamu masih belum pakai seragam sekolah Dilla?"
"Maaf mah, tadi Dilla habis nulis sesuatu di buku diary"
"Oh begitu, buku-buku, pensil, pulpen, penggaris sudah kamu siapkan semua?"
"Udah mamah sayang"
"Nah begitu dong rajin, mama minta saat ada di sini jangan bawa kebiasaan buruk kamu selama di bandung"
Nadilla menggeleng kepala "Janji nadilla bakal berubah disini"
"Ini baru anak gadis mamah" Karena senang, Bu Gita langsung mencium pipi kanan dan kiri anak gadisnya itu.
"Mamah kok belum beli sarapan?"
"Disky nanti kesini bawa makanan"
"Loh" Nadilla kaget.
"Kenapa Dilla?" Tanya Bu Gita.
"Gak apa-apa mah, tapi Dilla saranin jangan selalu sering ketergantungan sama keluarga Disky aja mah"
"Mamah juga maunya seperti itu Dil"
"Sudah cukup korbanin Dilla sebagai tunangan nya saja, selain itu jangan berharap apa pun lagi ya mah" Pinta Nadilla.
"Ga bisa, kita masih butuh bantuan dari keluarga Pak Handoyo, selagi beliau masih peduli kenapa engga"
"..."
"Tau gak dulu beliau teman baik ayah kamu, mulai dari mereka sekolah sampai ayah kamu meninggal, sampe mamah sekarang di ajak kerja di perusahaan nya"
Sehabis Bu Gita berbicara, ketukan pintu rumah pun terdengar.
Nadilla semula terdiam menyimak ibunya berbicara langsung pergi meninggalkan sang ibu untuk membuka pintu.
Disky datang lebih awal, lengkap dengan seragam sekolah putih abu-abu nya.
Dengan membawa nasi kotak untuk sarapan Nadilla dan Bu Gita.
"..." Disky mengerut kening, bingung mau berkata apa setelah melihat penampilan Nadilla yang masih pakai baju tanpa lengan.
"Kenapa?" Tanya Nadilla.
"Kamu mandi belum?" Tanya Disky.
"Siapa?" Tanya balik Nadilla untuk memastikan.
"Kamu, terus sapa lagi?"
"Udah dari habis subuh"
"Kok masih pakai baju tidur?"
"Mana ada, tanktop ini buat baju rangkap dalam saya, terserah saya mau pake baju apa juga, jangan protes"
"Yaudah, tapi cepat kamu ganti seragam"
Nadilla mengerut kening "Kok kamu jadi ngatur sih?! Ini masih jam enam!"
"Lebih cepat datang ke sekolah lebih baik, saya gak mau nanti masuk ke kelas terlambat cuma gara-gara ngawal kamu untuk ketemu wali kelas"
"Siapa suruh ngawal saya? Saya gak nyuruh kamu buat lakukan itu oon!"
Disky lakukan hanya untuk menuruti keingan ayah nya saja, Alih-alih tak ingin berdebat panjang, Disky langsung memberi makanan kepada Nadilla.
"Apa ini?"
"Sarapan. Satunya buat mamah kamu"
"Oh gitu" Nadilla mengambil makanan itu dari tangan Disky, kemudian pergi menghampiri Bu Gita.
"Pagi-pagi sudah berantem lagi aja" Kata Bu Gita.
"Ya, dia dulu mah. Masih jam segini disuruh cepat-cepat ke sekolah, mana Nadilla belum sarapan kan?"
"Turutin aja, mungkin aja ada hal penting di sekolah"
"Hal penting apa coba mah, paling perkenalan lingkungan sekolah aja"
"Udah jangan dipikiran, yang penting sekarang cepat pakai seragam, sarapan, terus langsung berangkat ke sekolah, jangan buat Disky nunggu lama" Titah Bu Gita.
"Yaudah iya" Nadilla menurut dan lekas bersiap diri.
Dua puluh menit kemudian...
Makanan yang dibawa Disky sudah Nadilla habiskan, kemudian gadis itu meminta Disky untuk bersiap-siap.
Tanpa menjawab, Disky langsung bangun dari tempat duduk, kemudian beralih pandangan untuk berpamitan kepada Bu Gita.
"Hati-hati ya Disky, jangan ngebut kalau bawa anak ibu" Pinta Bu Gita.
"Iya, siap bu"
"Ayo buruan" Kata Dilla tidak sabaran.
"Sabar napa, orang lagi pamitan juga"
Disky menyalimi tangan Bu Gita setelah Dilla memulai melakukan itu.
Selama perjalanan ke sekolah, mereka hening diam-diaman, hingga tiba di sekolah obrolan mereka hidup sesaat Nadilla menyuruh Disky tetap berada di sisinya.
"Ini orang-orang kenapa pada liatin ya?" Tanya Nadilla. Sedangkan orang yang ditanya hanya diam aja dan fokus berjalan.
"Ini gak apa-apa kan dis?" Kata Dilla lagi.
"Iya gak apa-apa, kamu tenang aja"
"Saya belum terbiasa sama suasana baru seperti ini" Kata dilla.
"..." Disky tak menjawab, ia fokus mengawal Nadilla berjalan ke ruangan kepala sekolah.
Tak hanya itu, Disky memantau saat Nadila di bawa ke ruang guru.
Tiba-tiba saja ada dua orang wanita datang menghampiri Disky yang sedang mengawasi di balik tembok.
"Sayang"
Disky balik badan menatap seseorang yang memanggilnya. "Iya Maurel"
"Kamu ngapain disini?" Tanya Maurel.
"Gak ngapa-ngapain" Jawab Disky.
"Lagi mantau siapa?" Tanya Maurel seraya menirukan gerakan Disky.
"Bukan urusan kamu, saya ke kelas duluan" Disky langsung pergi meninggalkan Maurel dengan culasnya.
"Dih malah ninggalin!" Kata Maurel sebal.
Hingga salah satu teman Maurel mulai curiga kepada Disky "Menurut saya pribadi, cowok kamu itu lagi mantau seseorang rel"
"Masa sih?.. Tapi kalau dipikir iya sepertinya sih, lalu siapa yang buat Disky penasaran seperti itu ya?"
"Mana saya tau rel, mungkin ada cewek yang lebih menarik perhatian makanya buat cowok kamu penasaran"
"Jangan nakutin Vivi!"
"Kenyataan emang seperti itu"
"Sudah yu kita ke kelas" Maurel mengalihkan pembicaraan.
Setelah bel masuk berbunyi, Nadilla masuk ke dalam kelas bersama wali kelas dua belas B.
Yang kebetulan kelas itu terdapat Disky dan Maurel di dalamnya.
"Perkenalkan saya Nadilla murid pindahan dari SMA Cakrabuana Bandung"
"Oke Nadilla, selamat datang di sekolah SMA Senja Utama Jakarta Selatan" Kata Wali kelas, kemudian beliau menyuruh Nadilla duduk di samping murid yang bernama Rahma.
Hingga pelajaran pun dimulai.
Nadilla merasa tenang belajar jika menatap papan tulis, tapi tidak untuk menatap samping kanan nya yang bersebrangan dengan tempat duduknya Disky.
Bukan karena tidak suka, hanya saja ia risih jika terus di lihatin pria itu.
"Please, biasa aja pantaunya" Pinta Nadilla dengan nada rendah.
Disky membuang pandangan ke arah papan tulis, fokus belajar hingga jam pelajaran pertama selesai.
Pelajaran kedua Nadilla adalah olahraga.
Gadis itu tidak ikut pelajaran karena tak membawa pakaian olahraga. Ia cukup melihat teman sekelasnya berolahraga.
Duduk tenang sambil menopang dagu, menatap lurus ke arah Disky yang sibuk medribble bola basket dengan lihai
Tarikan nafas Nadilla terbuang saat dengar Disky dikelilingi Maurel dan teman sekelas wanita lainnya.
'Seperti yang sudah-sudah terjadi' Batin Nadila menyindir seseorang yang ada di Bandung.
Seseorangpun tiba-tiba menghampiri Nadilla sehabis itu.
"Hay"
"Oh, hay" Jawab Nadilla seraya mendelik ke pria itu
"Boleh duduk?"
"Silahkan" Kata Nadilla, kemudian ia bergeser sedikit menjauh dari pria yang tiba-tiba datang menghampirinya.
"Gimana keadaan sekolah disini? Nyaman gak Dil?" Tanya pria itu.
"Iya lumayan" Jawab Nadilla seadanya.
"Hm baguslah, jangan khawatir dengan murid di kelas kamu yang baru, semuanya baik kok"
"Iya, oke"
"Kenalin saya Deon" Pria itu memperkenalkan diri sembari mengulur tangan.
"..." Dilla menghiraukan, fokus menatap ke arah Disky yang keadaannya masih di tempel oleh Maurel.
"Itu pacar saya yang lagi sama Maurel" Deon menunjuk Vivi.
"Oh gitu, tolong bilang sama teman nya pacar kamu jangan dekatin cowok yang di dekatnya ya" Nadilla mendelik kearah Deon sembari berdiri "Saya mau ke toilet dulu" gadis itu pun pergi menjauh dari lapangan sekolah seorang diri.
Sedangkan Deon mengerut kening "Disky kan yang dia maksut? ada apa sama orang itu?"