____________________________
"Dar-Darian?" suaranya pelan dan nyaris tak terdengar.
"Iya, akhirnya aku bisa membalas kejahatan mu pada Nafisha, ini adalah balasan yang pantas," ucap Darian Kanny Parker.
"Kenapa?" tanyanya serak dengan wajah penuh luka.
"Kau tak pantas hidup Cassia, karena kau adalah wanita pembawa masalah untuk Nafisha," ujarnya dengan senyum sinis.
Cassia Itzel Gray, menatap sendu tunangannya itu. Dia tak pernah menyangka akan berakhir di tangan pria yang begitu dirinya cintai. Di detik-detik terakhir. Cassia masih mendengar hal menyakitkan lainnya yang membuat Cassia marah dan dendam.
"Keluarga Gray hancur karena kesalahan mu, Cassia! Aku lah yang membuat Gray bangkrut dan membuat kedua orang tuamu pergi, jadi selamat menemui mereka, Cassia! Ini balasan setimpal untuk setiap tetes air mata Nafisha," bisik Darian dengan senyum menyeringai!
DEG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjaku02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Arzhela mendengus kesal, sedangkan Rose hanya diam tanpa kata. Sebab sudah tahu sifat teman-temannya itu.
Semua diam, begitu seorang guru masuk kedalam kelas, mereka mendengarkan. Namun, pemandangan aneh menjadi gosip terbaru yang memanas.
Saat melihat Cassia yang terkenal malas dalam belajar dan hanya menjadi antagonis selama ini, begitu tekun melihat dan mendengarkan semuanya.
"Apakah sekarang sang Antagonis akan menjadi Protagonis?" salah seorang murid yang duduk tepat di belakang Cassia berbisik pada teman sebangkunya.
"Entah, tapi mungkin itu hanya untuk mencari perhatian!" salah satunya menimpali dengan nda sinis.
"Benar juga, dia itu penuh intrik dan tipu muslihat, sebab antagonis. Akan selamanya menjadi Antagonis," yang lain berbisik menyakitkan dan terasa memanas untuk telinga Arzhela.
Arzhela menoleh, dia menatap penuh kemarahan terpendam pada para gadis yang berbisik menyakitkan di belakang itu.
"Kalian, tunggu saja!" desisnya. Arzhela memberikan ancaman dan itu bukan omong kosong belaka.
Para gadis itu hanya memutar bola matanya malas, mereka semua tahu sekumpulan anak orang kaya itu hanya bisa mengancam dan itu hanya omong kosong belaka.
...****************...
Sekolah selesai tepat pukul tiga sore waktu Amerika. Semua murid berhamburan keluar kelas. Ada yang terburu-buru, ada juga yang jalan santai dengan ponsel di tangannya.
Cassia dan ketiga sahabatnya keluar dari kelas. Berjalan santai di tengah hiruk pikuk para murid yang berlarian seperti mengejar waktu.
BRAK!
BRUK!
Seseorang menabrak Cassia tanpa sengaja menyebabkan gadis cantik berambut Drak brown itu terduduk di lantai yang dingin. Dia menoleh dan matanya memicing saat melihat gadis itu. Nafisha.
Beberapa murid berhenti demi melihat sebuah drama, mereka yakin kali ini tak akan ada yang selamat. Entah itu Nafisha ataupun Cassia, mereka menunggu momen menegangkan antara mereka. Perselisihan dari api kecil akan membakar segalanya.
Belum sempat Cassia bicara dan berkomentar, seseorang mendadak menariknya kasar dan mendorong dia hingga membentur dinding.
Tak ada ringisan, ataupun rasa sakit. Dan hanya tatapan mata tenang dengan wajah tanpa ekpresi saat melihat Darian datang tanpa aba-aba seolah ini adalah kesengajaan.
'Oh, jadi ini kesengajaan?' batinnya dengan senyum sinis.
"Kamu, Lagi-lagi membuat masalah, kenapa kamu mendorong Nafisha?" seru Darian keras, suaranya menggelegar di lorong sekolah mewah itu.
"Kamu bicara apa?" tanya Cassia, ketenangan yang dimiliki Cassia membuat Darian agak terkejut.
"Jangan sok polos, Cassia! Aku tahu kamu selalu iri karena aku lebih mencintai Nafisha dari pada kamu, benarkan?" Darian menatap angkuh dan wajahnya menunjukkan sebuah ejekan.
Cassia tak menanggapi, ia hanya diam menatap wajah Darian yang membuat dirinya muak dan seakan seseorang berbisik untuk menghancurkan.
"Kenapa diam? Tahu kan sekarang kamu salah," bentak Darian, wajahnya memerah dengan urat yang menonjol pada area lehernya.
"Aku salah? Maka tanyakan pada mereka. Siapa yang menabrak siapa?" ucapnya dengan wajah tenang dan tak ada riak emosi di dalamnya.
Cassia menantang dengan senyum miring, dia mendorong pelan saat Darian tak lagi bicara. Gadis itu menunjuk Darian dan berujar, "Cari tahu masalahnya dan jangan asal menuduh jika tak ingin malu!" Cassia berlalu meninggalkan Darian dalam kemarahan.
Darian mengepalkan tangannya, dia berdecak pelan dan terlihat riak emosi tak tertahankan dari wajah tampan itu.
"Kak," hingga tepukan tangan lembut, membuat kemarahan itu sedikit mereda. Darian menoleh dan menemukan Nafisha menatapnya sendu.
"Naf, kamu tidak apa, kan?" tanya Darian, dia tampak khawatir dan berusaha mengecek semuanya demi memastikan Nafisha baik-baik saja.
"Aku tidak apa, ayo kita pulang!" ajaknya, suara lembut dan wajah polos tanpa dosa itu menjadikan Nafisha terlihat seperti gadis baik-baik dan seperti tak ada keburukan.
Namun, tidak ada yang tahu sifat asli seseorang. Sebab banyak orang yang bisa menutup kebusukannya dari balik wajah polos dan cantik tanpa celah.
...****************...
Gerungan motor Sport milik Cassia terdengar meraung di jalanan kota yang ramai. Tak ada jalanan sepi, semua ramai oleh para pejalan kaki dan kendaraan. Mereka sibuk kembali ke rumah setelah seharian ini berada di luar rumah.
Motor Cassia berhenti mendadak, saat dia melihat sekumpulan anak berandalan sedang mengganggu seorang gadis yang Cassia tak begitu kenal. Berbekal kisah masalalu, Cassia akan mengulang momen penting dan merubah yang buruk demi kebaikan ia dan keluarganya, tak akan ia biarkan mereka hancur karena kebodohannya sendiri.
"Beraninya kalian dengan anak perempuan!" Cassia berseru kencang. Jalanan itu agak sepi karena ini adalah jam dimana beberapa orang malas untuk keluar rumah.
"Waw, ada mangsa baru, kau juga perempuan, kan?" salah satu dari mereka berusaha menyentuh Cassia. Namun, tak ada yang bisa menyentuh wajah keturunan Gray itu secara Sembarangan.
PLAK
KRAK!
Suara pukulan keras pada lengan pria itu dan suara tulang yang terdengar patah begitu mengilukan. Teman-teman dari pria itu meringis dan tanpa aba-aba menyerang Cassia secara bersamaan.
"Sekarang terlihat, bahwa seorang pria juga bisa menjadi pecundang!" hinanya sebelum dia membantai mereka semua.
Cassia pintar bela diri. Di kehidupan dulu. Ia selalu mengikuti perintah Darian, salah satunya adalah bela diri dan Cassia sangat berterima kasih karena itu berguna sekarang. Walaupun di kehidupan dulu semuanya terasa sia-sia.
Di balik helm hitam bermotif abstrak itu. Seseorang mengawasi, dia tadinya berniat membantu. Hanya saja melihat bagaimana lihainya gadis muda ber-masker itu.
Cassia memang menggunakan masker, jadi tidak akan ada yang tahu wajahnya. Dan untungnya motor miliknya juga terparkir agak jauh.
"Kira-kira bagaimana wajahnya?" pria yang duduk di atas motor itu merasa penasaran.
Mata tajam di balik helm fullface itu terus mengintai bak predator yang siap menerkam. Kali ini buruannya bukan rusa melainkan sang singa betina."Akan aku temukan kamu nanti!" ucapnya pelan. Dia melihat motor Cassia dan menghapal plat motornya sebelum berlalu dari sana.
"Pergi kalian! Atau kalian akan merasakan yang lebih berbahaya lagi," ancamnya dengan wajah menahan amarah dan deru napas yang terdengar berat.
Mereka semua berlarian tak tentu arah meninggalkan Cassia yang bak banteng mengamuk sebab menghajar dengan penuh emosi yang membakar.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Cassia, dia membantu gadis itu untuk bangun.
"Terima kasih," ucap gadis itu dengan air mata menetes dan rasa takut.
"Sama-sama, aku Cassia, siapa nama-mu?" tanya Cassia, dia mengulurkan tangannya.
Walaupun sebenarnya dia tahu nama dari gadis itu. Namun, ia harus kembali memastikan bahwa tebakannya tak meleset.
"Veronica," jawabnya dengan cepat.
Tepat sasaran. Veronica Samantha adalah seorang pembuly mematikan dari sekolah lain, dan di kehidupan yang dulu. Nafisha lah yang menolong Veronica dari kejaran para pria berandalan itu. Dan sebagai balas Budi. Veronica membantu Nafisha membuly dan menghancurkan siapapun termasuk dirinya.