NovelToon NovelToon
Hanya Sebuah Balas Dendam

Hanya Sebuah Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hazelnutz

Wu Lan Cho, adalah sebuah Negeri yang sangat penuh dengan misteri, pertumpahan darah, perebutan kekuasaan. salah satu kekaisaran yang bernama Negeri Naga yang di pimpin oleh seorang Kaisar yang sangat kejam dan bengis, yang ingin menguasai Negeri tersebut.

Pada saat ini dia sedang mencari penerusnya untuk melanjutkan tekadnya, dia pun menikahi 6 wanita berbeda dari klan yang mendukung kekaisarannya. dan menikahi satu wanita yang dia selamatkan pada saat perang di suatu wilayah, dan memiliki masing-masing satu anak dari setiap istrinya.

Cerita ini akan berfokus kepada anak ketujuh, yang mereka sebut anak dengan darah kotor, karena ibunya yang bukan seorang bangsawan. Namanya Wēi Qiao, seorang putri dengan darah gabungan yang akan menaklukan seluruh negeri dengan kekuatannya dan menjadi seorang Empress yang Hebat dan tidak ada tandingannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Guru Dan Murid

Langkah-langkah berat bergema di atas tanah berbatu lapangan ujian. Para peserta yang berhasil lolos tahap pertama mulai ditarik mundur ke sisi lapangan, sementara para tahanan yang kalah dibelenggu kembali oleh penjaga bersenjata tombak. Bau darah dan besi bercampur debu memenuhi udara—aroma khas medan perang yang baru saja berakhir.

Di tengah hiruk-pikuk itu, tubuh Wēi Qiao yang tergeletak menjadi pemandangan yang mengundang perhatian. Bajunya koyak, noda darah mengering di lengan dan bahu, beberapa robekan kulitnya masih mengeluarkan darah segar. Namun, di wajahnya masih tersisa senyum kecil yang mengundang tanya, seolah dia telah memenangkan sesuatu yang hanya dia sendiri yang tahu.

Dari balik kerumunan, dua penjaga berperawakan besar menghampiri.

“Masih hidup?” salah satu bertanya sambil menendang pelan bagian kaki Wēi Qiao dengan ujung tombaknya.

Penjaga lainnya berjongkok, mendekatkan telinga ke dada gadis itu. “Masih... tapi napasnya lemah. Cepat, angkat dia!”

Dengan gerakan yang terlatih, mereka mengangkat tubuhnya dan membaringkannya di sudut lapangan, jauh dari keramaian. Beberapa peserta lain yang terluka parah juga diletakkan di sana.

Di atas atap, mata penjaga ketiga tak pernah lepas dari pemandangan itu. Dia menghela napas panjang, lalu mengusap dagunya.

“Dia pingsan... tapi aku yakin, bukan karena kelemahan semata, aku akan memeriksanya.”

Sekilas, seolah dia bisa merasakan ada sesuatu yang Wēi Qiao sembunyikan sesuatu yang tidak dimiliki peserta lain.

Namun, di balkon kastil, Wēi Xiaolán, kakak keempatnya—terus memperhatikan dari kejauhan. Jemarinya mengetuk pagar batu dengan ritme tak sabar.

“Kenapa kau masih bernapas, Wēi Qiao? Kenapa nasib berpihak padamu lagi?”

Sorot matanya tajam seperti pisau yang siap menusuk. “Tak apa... ujian berikutnya akan lebih mematikan. Kali ini, aku akan pastikan darah kotormu mengotori tanah ini untuk terakhir kalinya.”

Sementara itu, di dalam kegelapan pikirannya yang mulai kabur, Wēi Qiao berada di antara sadar dan tak sadar. Suara samar terdengar dari Micro Bots di kepalanya, suara itu... halus, terukur, tapi membawa rasa hangat yang aneh.

— Tetap tenang. Luka-lukamu akan kutahan sebisanya tanpa terlihat. Jangan bergerak sampai waktunya.

Meski tak mampu menggerakkan bibirnya, Wēi Qiao membalas dalam hati,

— Jangan obati. Jangan sampai mereka curiga.

Senyum tipis yang tersisa di wajahnya hanyalah refleksi dari kepuasan batin. Dia tahu, apapun yang terjadi hari ini hanyalah awal dari sesuatu yang lebih besar.

Langit malam akhirnya turun sepenuhnya, menelan cahaya terakhir matahari. Di Kastil Kaki Naga Langit, ujian pertama berakhir dengan darah, keringat, dan intrik yang mulai terjalin di balik bayangan.

Tapi di tempat yang tak terlihat, pion-pion permainan ini mulai bergerak... dan Wēi Qiao baru saja menjadi bidak yang paling diperhatikan di papan.

Wēi Qiao pun di bawa ke ruangan tabib. Udara di ruang tabib itu terasa pekat, seolah menyerap semua suara dari luar. Aroma obat-obatan herbal bercampur darah memenuhi hidung, membuat siapa pun yang berada di dalamnya merasa berat. Wēi Qiao berbaring di atas ranjang kayu rendah dengan kasur tipis, tubuhnya penuh perban, bercak merah darah merembes di beberapa titik.

Dua bawahan guru yang membawanya masih berdiri di dekat pintu, napas mereka berat. Tabib tua berambut putih, janggut panjang, dengan mata sipit yang setengah tertutup, sedang memeriksa luka di bahu kiri Wēi Qiao. Tangannya cekatan, jarum perak di jari bergerak tanpa ragu.

“Seberat itu ujian tahap pertama?” tanya sang tabib tanpa mengalihkan pandangan dari lukanya.

Kedua bawahan itu hanya saling berpandangan, lalu mengangguk pelan. Tidak ada kata-kata yang keluar—mungkin karena terlalu letih, atau mungkin karena mereka juga masih shock melihat seorang anak tanpa tenaga dalam bisa bertahan hidup di ujian gila itu.

Tabib menghela napas panjang. “Hm… tidak banyak yang bisa bertahan dalam keadaan seperti ini. Apalagi tanpa dasar bela diri… aneh.” Matanya menyipit lebih tajam seolah sedang menimbang sesuatu.

Sementara itu, di dalam pikirannya, Wēi Qiao sedang bertengkar hebat dengan Micro Bots yang terus-menerus bersuara.

Micro Bots: “Tuan, izinkan kami memperbaiki luka-luka Anda. Data menunjukkan tingkat pendarahan internal mencapai—”

Wēi Qiao: Tidak! Jangan! Kalau mereka curiga, semuanya berakhir.

Micro Bots: “Namun, jika dibiarkan, fungsi tubuh Anda akan—”

Wēi Qiao: Aku bilang jangan! Kau mau aku dicap iblis atau monster di sini? Sembuhkan yang dalam saja, tapi jangan ada bekas di luar. Mengerti?!

Micro Bots: “…Mengerti, Tuan. Menahan fungsi perbaikan eksternal.”

Tabib selesai menjahit luka terakhir di punggungnya, lalu menempelkan sehelai kain yang dibasahi ramuan hitam pekat. “Jangan banyak bergerak. Biarkan ramuan ini bekerja.” Katanya sambil membereskan jarum perak dan benang hitam.

Beberapa menit setelah tabib merapikan semua peralatan, suara BRUKK!! menggema di ruangan. Pintu ruang tabib terhempas keras, membuat angin dingin menyapu masuk. Kayu pintu bergetar, engselnya mengeluh.

Sosok tinggi berbalut pakaian gelap berdiri di ambang pintu, matanya setajam pedang yang baru diasah. Aura dinginnya merayap seperti kabut es di musim dingin. Penjaga Ketiga.

“Han…” Tabib tua tidak menoleh, hanya membalik halaman buku yang ia baca. Suaranya tenang, tapi penuh peringatan. “Ini bukan tempatmu bermain-main.”

Penjaga ketiga sama sekali tidak merespons. Langkah kakinya berat, mantap, dan setiap pijakannya terdengar jelas di lantai kayu. Tok… tok… tok…

Matanya menatap lurus ke arah Wēi Qiao yang tampak terlelap.

Tabib menghela napas, kali ini sambil menatap Han dengan sorot dingin. “Jangan ganggu pasienku.” Namun setelah itu, ia hanya kembali membaca. Ia tahu, jika Han sudah punya tujuan, menghentikannya hanya akan membuang waktu.

Han berdiri di sisi ranjang. Ia memiringkan kepalanya sedikit, memperhatikan napas Wēi Qiao. “Mau sampai kapan kamu pura-pura tidur?” suaranya rendah, tapi tajam.

Tidak ada jawaban.

Han mendengus. Lalu, tanpa aba-aba, ia meletakkan telapak tangannya di dada Wēi Qiao dan mengeluarkan sedikit tenaga dalam. Tubuh Wēi Qiao tiba-tiba bergerak seperti boneka, dari posisi rebah menjadi duduk tegak sempurna. Otot-ototnya terkunci, ia tidak bisa menggerakkan satu jari pun.

B-Badan ku… dikontrol… pikir Wēi Qiao, matanya tetap terpejam. Gawat.

Han bersuara lagi, kali ini lebih dingin. “Kalau kau masih pura-pura tidur, akan kuhajar wajahmu sampai bengkak.”

MATI AKU! batin Wēi Qiao. Dalam sekejap, ia membuka matanya lebar-lebar. “Bagaimana… bagaimana bisa anda tahu kalau saya berpura-pura tidur?” tanyanya, agak ketus, tapi masih terdengar lemah.

Han tersenyum tipis. “Aku ini Penjaga tingkat Empu. Dari irama napasmu saja aku bisa membedakannya.”

Wēi Qiao terdiam, matanya menatap lantai. Kalau aku berlatih keras… mungkinkah aku bisa seperti dia? pikirnya.

Han menyilangkan tangan, lalu mulai berbicara panjang tentang penampilan Wēi Qiao di ujian tahap pertama. “Kau tidak punya tenaga dalam, tidak punya teknik bertarung… tapi kau bertahan. Bukan hanya bertahan—kau membaca medan, memanfaatkan celah, mengatur jarak. Kau bahkan menahan insting alami tubuhmu untuk bertarung penuh, demi menutupi kemampuan aslimu. Itu… luar biasa.”

Wēi Qiao merasa wajahnya panas. Kenapa aku jadi… malu begini?

Micro Bots: “Peningkatan suhu tubuh terdeteksi. Detak jantung naik 15%. Analisis: kemungkinan subjek merasa malu.”

Wēi Qiao: Diam!

Han menunduk sedikit, menatap matanya langsung. “Aku mau kau jadi muridku.”

Jantung Wēi Qiao langsung berdebar keras. “A… apa?” ia mengira tadi salah dengar.

Han mengulang, tegas. “Aku mau kau jadi muridku.”

Pikiran Wēi Qiao langsung dipenuhi kemungkinan buruk. Apa ini jebakan? Apa dia hanya mau memanfaatkanku?

Namun suara Micro Bots kembali terdengar.

Micro Bots: “Pemindaian wajah selesai. Deteksi kebohongan: nihil. Nada suara dan gestur menunjukkan ketulusan.”

“Kenapa… kenapa anda mau saya jadi murid anda?” Wēi Qiao bertanya hati-hati.

Han menarik napas pelan. “Karena aku suka tekadmu. Di medan seperti itu, 90% orang akan memilih menyerah atau mati terhormat. Tapi kau tidak. Kau memilih bertahan. Aku bisa membuatmu jauh lebih kuat, jika kau mau.”

Kata-kata itu menusuk dalam di hati Wēi Qiao. Ia teringat wajah ibunya, teringat penjaga Yue Lan yang pernah berkata padanya, "Masih ada orang baik di dunia ini, Wēi Qiao. Jangan pernah menutup hatimu."

Matanya sedikit berair, tapi ia cepat-cepat mengalihkan pandangan.

“Kalau kau setuju,” lanjut Han, “aku akan mulai melatihmu begitu kau bisa berjalan lagi. Dan… kalau kau menolak, aku tidak akan memaksa. Tapi jangan harap ada kesempatan kedua.”

Keheningan melingkupi ruangan. Hanya suara lembut daun pintu yang bergoyang terkena angin malam. Wēi Qiao menelan ludah. Dalam hati ia berkata pada dirinya sendiri, Ini mungkin satu-satunya kesempatan. Jika aku mau melindungi diriku… jika aku mau membalas semua penghinaan… aku harus menjadi kuat.

Ia menatap Han. “Baiklah. Aku… akan jadi muridmu.”

Senyum tipis kembali muncul di wajah Han. “Bagus. Mulai hari ini, kau akan belajar dari seorang Empu. Siapkan dirimu, karena aku tidak mengenal kata ‘kasihan’ dalam latihan.”

Micro Bots: “Peringatan: Potensi penderitaan fisik meningkat drastis.”

Wēi Qiao: Ya, ya, aku sudah tahu…

Tabib yang sedari tadi pura-pura tidak mendengarkan, menutup bukunya dan berdiri. “Kalau kalian mau latihan, tunggu sampai dia sembuh total. Jangan bikin pasienku mati sebelum waktunya.”

Han hanya terkekeh. “Tenang saja, Tabib tua. Aku tahu batasnya.”

Namun Wēi Qiao tahu, batas versi Han mungkin saja berarti setengah mati. Dan entah kenapa, hal itu justru membuat semangatnya membara.

Han berdiri tegap di sisi ranjang, matanya yang tajam memandangi Wēi Qiao seakan menilai setiap inci tubuhnya. Namun, alih-alih melanjutkan interogasi, ia merogoh ke dalam jubah hitamnya, lalu mengeluarkan selembar kertas kuning kecokelatan yang sudah terlihat usang di ujungnya. Kertas itu dilipat rapi, namun dari celah lipatannya tampak garis-garis rumit dan simbol kuno yang berkelok layaknya aliran sungai.

“Ini,” kata Han sambil meletakkannya di pangkuan Wēi Qiao, “adalah formasi dasar pengendalian Nei Li — tenaga dalam. Bukan sekadar jurus, tapi pondasi. Hafalkan setiap garisnya, setiap titiknya. Besok pagi-pagi sekali aku akan kembali untuk mengajarkanmu bagaimana membuatnya hidup di tubuhmu.”

Nada suaranya datar, tapi ada sedikit tekanan yang membuat Wēi Qiao paham: ini bukan sekadar perintah, tapi ujian yang akan menentukan apakah dia layak menjadi murid Han atau tidak.

Wēi Qiao menatap kertas itu. Pola-pola rumitnya seakan berdenyut perlahan, seperti memanggil. Dia mengangkat kepalanya, lalu memberi hormat dengan kedua tangan saling menangkup, tubuhnya sedikit condong ke depan. “Terima kasih atas kepercayaan ini. Saya bersumpah, sebelum fajar menyingsing, saya sudah menghafalkan seluruh formasi ini di luar kepala.”

Han hanya mengangguk tipis, lalu berbalik menuju pintu. Tapi sebelum melangkah keluar, ia menoleh sedikit, separuh wajahnya tertutup bayangan. “Jangan buang malam ini. Tapi juga… jangan sia-siakan tubuhmu. Kau akan butuh kekuatan penuh besok.”

Begitu langkah Han menghilang di balik pintu, suasana ruangan menjadi lebih tenang, meskipun aura yang ia tinggalkan masih terasa. Wēi Qiao menatap kertas di tangannya, jemarinya meraba tekstur kasar yang penuh dengan aroma debu dan tinta tua.

Tabib yang sejak tadi hanya mengamati sambil duduk di kursinya, menutup bukunya perlahan. Suaranya keluar lembut, namun penuh wibawa. “Anak muda… jangan memaksakan dirimu. Luka-lukamu belum benar-benar pulih. Bahkan jika kau tidak merasakan sakitnya sekarang… itu bukan berarti tubuhmu tidak merintih.”

Wēi Qiao menoleh. “Tabib, ini kesempatan yang tidak datang dua kali. Saya tidak bisa membuangnya hanya karena sedikit rasa sakit.”

Tabib tersenyum tipis, matanya menatap seakan melihat lebih dalam dari sekadar daging dan tulang. “Rasa sakit memang bisa kau abaikan… tapi ingatlah, luka yang tidak diurus dengan benar akan menjadi kelemahan. Dan kelemahan di medan pertempuran adalah undangan bagi kematian.”

Di dalam kepalanya, suara Micro Bots terdengar lirih namun jelas. "Tuan, saya menyarankan untuk menurunkan beban tubuh malam ini sebesar 32%, menjaga agar pemulihan alami dan proses hafalan berjalan seimbang."

Wēi Qiao menghela napas dalam hati. “Kamu saja yang terlalu cerewet,” pikirnya, meski dia tahu Micro Bots itu benar.

Dia menatap kembali formasi tenaga dalam di kertas itu, jemarinya mulai mengikuti garis-garisnya seakan ingin meresapi makna yang tersembunyi. Di sudut bibirnya muncul senyum tipis. “Baiklah… malam ini, kita lihat siapa yang akan menyerah dulu… aku, atau kertas ini.”

1
aurel
hai kak aku udah mampir yuk mampir juga di karya aku
Nanabrum
Gila sejauh ini gw baca, makin kompleks ceritanya,

Lanjuuuuutttt
Mii_Chan
Ihhh Lanjuuuuutttt
Shina_Chan
Lanjuttt
Nanabrum
LANJUUUT THOOOR
Nanabrum
Uwihhh Gilaaa banget
Shina_Chan
Bagus, Tapi harus aku mau tunggu tamat baru mau bilang bagus banget
Gerry
karya nya keren, di chapter awal-awal udah bagus banget, semoga authornya bisa makin rajin mengupload chapter-yang bagus juga kedepannya
Gerry
Sumpaaah kereeeeen
Gerry
Gilaaakk
Teguh Aja
mampir bang di novel terbaruku 😁🙏🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!