NovelToon NovelToon
Aplikasi Penghubung Dunia

Aplikasi Penghubung Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Menjadi Pengusaha / Kultivasi Modern / Toko Interdimensi
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Arzhel hanyalah pemuda miskin dari kampung yang harus berjuang dengan hidupnya di kota besar. Ia terus mengejar mimpinya yang sulit digapai.nyaris tak

Namun takdir berubah ketika sebuah E-Market Ilahi muncul di hadapannya. Sebuah pasar misterius yang menghubungkan dunia fana dengan ranah para dewa. Di sana, ia dapat menjual benda-benda remeh yang tak bernilai di mata orang lain—dan sebagai gantinya memperoleh Koin Ilahi. Dengan koin itu, ia bisa membeli barang-barang dewa, teknik langka, hingga artefak terlarang yang tak seorang pun bisa miliki.

Bermodalkan keberanian dan ketekunan, Arzhel perlahan mengubah hidupnya. Dari seorang pemuda miskin yang diremehkan, ia melangkah menuju jalan yang hanya bisa ditapaki oleh segelintir orang—jalan menuju kekuatan yang menyaingi para dewa itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10 Raja Meja Judi

Pagi itu juga.

Matahari menembus sela-sela awan dengan cahaya hangat, burung-burung berkicau riang di atas kabel listrik, dan udara terasa lebih segar dari biasanya. Arzhel menarik napas panjang, seolah paru-parunya dibersihkan oleh dunia.

'Apa karena pil penyegar pikiran itu?' pikirnya. Biasanya, setiap pagi hanya terasa muram, suram, dan melelahkan. Tapi hari ini… entah mengapa semuanya terlihat indah.

Ia melangkah keluar dari kosan, ransel hitam disampirkan di bahunya. Jalanan kota masih ramai dengan hiruk-pikuk para pekerja. Ia menunggu sebentar di halte, lalu menaiki sebuah bus kota yang penuh sesak.

Suasana di dalam bus pengap, tubuh orang-orang saling menempel. Jika beruntung ada kursi kosong, maka penumpang bisa duduk sebentar. Tapi kali ini, Arzhel hanya bisa berdiri, tangannya menggenggam tiang besi sambil menjaga keseimbangan.

Di luar jendela, pemandangan kontras terlihat jelas. Mobil-mobil pribadi melaju bebas di jalur tengah, sementara bus tua yang ia tumpangi berguncang setiap kali melewati jalan berlubang.

Arzhel menatap mobil-mobil itu, sebuah keinginan kecil menggelitik hatinya. 'Aku harap bisa membeli mobil pribadi jika aku sudah menghasilkan banyak uang nanti..."

Namun bibirnya melengkung tipis. “Untuk sekarang… sabar dulu.”

Bus berhenti di halte berikutnya. Arzhel turun, melangkah melewati trotoar yang padat, hingga sebuah bangunan besar dengan papan neon berkilau tampak menjulang di hadapannya.

Golden Serpent Club. Tempat hiburan judi paling terkenal di kotanya.

Dari luar saja, auranya sudah berbeda. Pintu masuk dijaga dua pria berbadan kekar dengan setelan hitam. Di dalamnya, suasana gemerlap menyeruak. Lampu-lampu gantung kristal berkilau memantulkan cahaya emas. Suara dentingan koin, gulungan mesin slot, dan sorakan orang-orang bercampur menjadi simfoni kebisingan.

Di satu sisi, meja roulette dipenuhi wanita-wanita berpakaian glamor yang tertawa sambil menaruh taruhan. Di sisi lain, meja poker dihuni pria-pria muda dengan wajah penuh percaya diri. Aroma parfum mahal bercampur dengan bau rokok yang tebal di udara.

Arzhel melangkah masuk, menatap setiap meja permainan dengan mata yang berkilat. Jantungnya berdegup pelan tapi mantap.

“Baiklah, permainan apa dulu yang harus kucoba untuk permulaan.” gumamnya.

Pandangan matanya jatuh pada sebuah meja pojok. Sekelompok pria paruh baya duduk di sana, wajah mereka penuh keriput lelah, tapi tangan mereka terus merogoh kantong dan melempar uang di atas meja.

Mereka bermain dadu tiga mata, permainan sederhana tapi bisa membuat orang ketagihan. Suasana di meja itu penuh desah frustrasi, umpatan kecil, dan tawa getir. Jelas, kebanyakan dari mereka sedang kalah.

Arzhel tersenyum tipis. “Bagus… tempat pemanasan yang sempurna.”

Arzhel menukar lembaran uang lusuh yang ia bawa di loket penukaran. Sang kasir menyerahkan kepadanya sekotak kecil berisi chip warna-warni.

Ia berjalan santai menuju meja kartu yang ramai. Di sana, lima pria paruh baya sudah duduk dengan wajah letih bercampur gelisah. Meja itu penuh dengan gelas kosong bir dan puntung rokok, jelas mereka sudah menghabiskan waktu berjam-jam tanpa hasil.

“Anak ingusan, kau mau ikut main juga?” salah satu pria mendengus sambil menatap sinis.

Arzhel hanya tersenyum tipis. “Chip milikku sah, bukan? Kalau begitu, mari bermain.”

Bandar—seorang pekerja klub dengan rompi merah dan wajah datar—mulai membagikan kartu. Permainan yang mereka mainkan sederhana: High Card Draw, masing-masing mendapat tiga kartu, lalu boleh menukar satu kali sebelum taruhan final. Pemenang ditentukan dari kombinasi tertinggi—straight, flush, atau jika beruntung, three of a kind.

Ronde pertama berjalan tegang. Lawan sempat tertawa puas saat hampir meraih flush. Tapi ketika taruhan terakhir diletakkan, Arzhel mengangkat kartunya pelan.

♣️10, ♣️Jack, ♣️Queen.

Senyum sinis terukir di bibirnya. "Straight flush, ucapnya dengan penuh kemenangan.

Meja mendadak hening, lalu meledak dengan umpatan.

“Tidak mungkin!” teriak salah satu pria sambil memukul kepalanya sendiri.

Arzhel hanya menggeser chip kemenangan ke arahnya tanpa peduli apapun.

Ronde demi ronde berlalu, dan seolah-olah dewi fortuna menempel pada bahunya. Sesekali wajahnya dibuat frustasi pura-pura, lalu membalik keadaan dengan kartu yang lebih tinggi.

– Dua pasang lawan dikalahkannya dengan three of a kind.

– Hampir kalah dengan straight rendah, tapi ia menang dengan straight lebih tinggi.

– Lawan sudah tersenyum lebar merasa yakin menang dengan flush, hanya untuk dihancurkan oleh full house milik Arzhel.

Sorakan dan umpatan bercampur di meja. Sepuluh kali berturut-turut hingga chip-chip menumpuk di depan Arzhel.

Pria berkumis tebal yang paling banyak kalah akhirnya meledak. Ia menggebrak meja keras-keras, gelas kosong sampai jatuh berderak.

“Kau curang, brengsek! Tidak mungkin ada orang yang bisa menang terus!”

Bandar segera angkat tangan. “Tidak ada kecurangan. Saya yang mengawasi langsung. Pemuda ini bermain bersih. Skill dan keberuntungannya saja yang sangat bagus.”

Namun pria itu tidak puas. Matanya merah, urat leher menegang. “Kalau memang sehebat itu, kenapa kau tidak main di meja kalangan atas?! Kenapa harus datang ke sini dan merusak nasib kami?!”

Arzhel menatapnya tajam, senyum sinis muncul di bibirnya kian jelas. “Kau… tipe orang yang selalu menyalahkan orang lain atas kebodohanmu sendiri. Kau tidak pernah belajar. Tidak pernah mengakui kelemahanmu. Jadi, jangan salahkan aku. Salahkan kemampuanmu yang kurang itu.”

Pria itu semakin marah, ia melompat hendak memukul Arzhel. Tapi dua penjaga bersetelan hitam bergerak cepat, menahan lengannya sebelum sempat mengenainya.

Arzhel sama sekali tidak peduli. Ia hanya berdiri, meraup semua chip miliknya, lalu berjalan menuju loket penukaran. Suasana seakan terbelah dua: sebagian menatap iri, sebagian kagum.

Saat chip ditukar, kasir menyerahkan segepok uang tunai dengan wajah profesional. “Total kemenangan anda adalah 30.000 dollar.”

Arzhel menatap uang itu, bibirnya melengkung puas. 'Hanya dengan modal beberapa ratus saja aku bisa menghasilkan sebanyak ini...'

Ketika ia berbalik, matanya sekilas bertemu dengan seorang pria tua berjas hitam elegan, duduk tenang di area VIP. Wajahnya penuh wibawa, rambut putihnya tersisir rapi, sebuah cerutu menyala di jarinya.

Pria tua itu menatap Arzhel dengan pandangan penuh minat. Tatapan seorang predator sekaligus seseorang yang menemukan permata langka.

Nama pria tua itu adalah Sebastian Krüger, seorang legenda hidup di dunia pertaruhan. Puluhan tahun namanya melambung di balik meja-meja judi kelas atas sampai orang-orang menjulukinya The Iron Gambler—karena wajahnya tak pernah berubah, entah saat kalah maupun menang.

Sebastian tetap duduk dengan tenang di kursinya, dikelilingi cahaya lampu gantung kristal yang membuat auranya kian berwibawa. Ia tidak bangkit, bahkan tidak menoleh. Hanya mengangkat tangan pelan, lalu asistennya—seorang pria muda berjas putih—melangkah cepat ke arah Arzhel.

“Bapak Sebastian mengundang Anda untuk bergabung di mejanya,” ucap sang asisten dengan suara datar, namun nada yang jelas tidak memberi ruang penolakan.

1
Jujun Adnin
kopi dulu
Depressed: "Siapa bilang Iblis itu tak punya hati? Temukan kisahnya dalam Iblis Penyerap Darah."
total 1 replies
Redmi 12c
lanjuuttt
y@y@
🌟👍🏻👍🏾👍🏻🌟
El Akhdan
lanjut thor
Caveine: oke bang👍
total 1 replies
REY ASMODEUS
kerennn 2 jempol untuk othor🤭🤭🤭
REY ASMODEUS
siap nona bos kecil
Redmi 12c
kreeeenn
Redmi 12c
anjaaaiii dewa semproolll🤣🤣🤣🤣🤣🤣
REY ASMODEUS
Thor up banyak ya, ini karya dengan tata bahasa simple tapi masuk akal....
REY ASMODEUS
dewa kuliner dewa gila rasa /Smirk//Smirk//Smirk/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!