NovelToon NovelToon
MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

Status: tamat
Genre:Spiritual / Duniahiburan / Reinkarnasi / Matabatin / Sistem / Tamat
Popularitas:739
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Dengan sisa-sisa tenaganya, akhirnya Anggapala berhasil membuat tempat untuk berteduh. Ia menyekah keringatnya dengan sebuah kain lusuh. Dalam kondisi seperti itu, terdengar dari samping suara langkah beberapa orang yang mendekatinya.
Mereka akhirnya hidup bersama dengan tujuan membangun sebuah tatanan kehidupan yang pada akhirnya banyak orang-orang yang hidup di daerah itu. Hingga dalam beberapa bulan saja, daerah itu menjadi tempat persinggahan para pedagang yang hendak ke arah Barat.
Pada akhirnya daerah itu sekarang menjadi sebuah daerah yang mempunyai banyak unsur seni dan budaya, bahkan daerah Cikeusik atau Gegesik mendapat julukan Kampung Seni.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB V ALAS KODRA SIGRANALA

   Dalam benak Ki Bugulun terpikir tentang kedamaian dalam hidup , ketenangan dalam berkarya serta kenyamanan dalam bermasyarakat tentu sangat dibutuhkan sebuah sarana untuk bermunajat kepada Sang Pencipta. Ki Bugulun duduk seorang diri di belakang rumah , tatapanya memandang ke sekeliling hamaparan sawah yang menguning yang siap dipanen beberapa waktu lagi. Dalam kesendiriannya itu , terdengar suara ketukan daun pintu , " Sampurasun Ki , saya Mahdi dan Bulhun ," kata orang yang mengetuk pintu tadi. Dengan sigapnya , Ki Bugulun atau Ki Dukuh menuju ke ruang depan , " Rampes ," katanya. Selanjutnya kedua tamu dipersilahkan untuk masuk dan duduk di hamparan tikar di ruang tamu. Ki Bugulun menyuruh pembantunya untuk menyajikan hidangan. Beberapa saat kemudian , tampak di ruang itu telah tersaji hidangan untuk sarapan. Sambil menyeduh teh manis Ki Bugulun berkata , " Oh iya....tadi aku sempat terbersit pemikiran tentang hutan di sebelah Selatan , nanti siang kalian temani ya, aku mau melihat kondisi tanahnya di sana.

   Sambil meletakkan gelas teh manis , Bulhun menjawab , " siap Ki , nanti saya sama Mahdi sekalian mengajak beberapa orang untuk mengangkut kayu bakar , lalu akan membuat saluran air supaya mengalir kesisi alas itu. Urusan Titisara yang kita bahas semalam sedang dijalankan Ki , tadi saya suruh Soma dan Tarkim untuk mendata.

   Obrolan mereka berlangsung hingga matahari tinggi sepenggalah , aktifitas masyarakat berjalan sesuai kehidupan yang amat harmonis , banyak kreatifitas warga yang menambah suasana menjadi hidup. Di sawah , di ladang tampak warga bekerja dengan antusias , banyak asap-asap dari tiap dapur rumah menghias pedukuhan menandakan betapa nyamannya pedukuhan Cikeusik yang warganya hidup dalam kebersamaan. Suara tertawa lepas anak-anak begitu menambah keceriaan , mereka bermain gobak sodor , kandang kawuran , glatikan , juga beberapa mainan anak yang lain. Ki Bugulun berjalan sambil menyambangi warganya , mereka tampak hidup dalam kemakmuran. Beliau setiap kali berbincang-bincang dengan warganya , terkadang membantu mereka yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan sesuatu , juga Beliau ikut membuat barang kerajinan bersama warganya, kadang juga mengajarkan cara belajar menulis dan membaca.

   Tiba-tiba dari belakang terdengar suara sapaan , "Maaf Ki , saya Pandanala , ingin mengusulkan , bagaimana kalau di sini dibentuk tempat untuk belajar anak , kebetulan di tempat saya ada ruangan kosong Ki , saya mohon petunjuknya ," katanya. Sambil menyekah keringat , Ki Dukuh menatap orang itu , kemudian berkata , " Hmmmm...ide bagus kisanak , oh iya...boleh aku lebih mengenalmu?" tanyanya. Dengan tenang Pandanala menceritakan tentang dirinya dari awal sampai akhir. Setelah mendengar semuanya , Ki Bugulun tersenyum bangga.

   Siang itu saat matahari tergelincir ke arah Barat , tampak beberapa orang berjalan menuju ke Selatan , mereka menuju ke Alas Kodra. Sosok yang di depan tampak berbincang-bincang dengan tiga orang tiada lain Ki Bugulun , Mahdi dan Bulhun , di belakang beberapa orang mengikutinya. Beberapa saat kemudian , Ki Bugulun berdiri di sebuah gundukan tanah , beliau berkata ," Nanti di sini kita buat tempat untuk pengukuhan ilmu kanuragan , jadi ......bagi mereka yang sudah siap dan mampu mempelajari ilmu kanuragan dan ilmu pengetahuan yang lain , maka di tempat ini kita uji , kalau lolos dari ujiannya , maka ia lulus dengan ilmunya , Sigranala ....." tutur Ki Bugulun. Setelah mengatakan itu , beliau kemudian memerintahkan warganya agar dari arah Barat dibuat saluran air yang menuju ke Timur.

   Sambil mengawasi warganya membuat saluran , Ki Bugulan bersama Mahdi , Bulhun , Pandanala dan Antenan duduk di gubuk yang terbuat dari atap jerami. Beliau membuka pembicaraan , " Untuk mencerdaskan warga pedukuhan , aku tunjuk Pandanala dan beberapa temannya mengajarkan cara menulis dan membaca , jadi ....nantinya mereka yang belum bisa membaca dan menulis akan dididik , tempatnya di rumah Pandanala , bukankah begitu kisanak " tanyanya. " Betul Ki ," jawab Pandanala , nanti saya bersama Antenan , Mesti dan saudara Warga juga Demang akan mengajar mereka , tuturnya.

   Senja pun kian merambah , akhirnya mereka berjalan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang , Pandanala berkata , " Nanti akan saya bentuk pendidikan untuk mereka dan tempat saya akan jadikan sekolah buat mereka , KANDHAGA .....begitu kira-kira nama dari balai pendidikan di pedukuhan ini Ki. Mendengar ucapan Pandanala itu Ki Bugulun berhenti sejenak , dan memandang Pandanala dengan kagum , beliau menjawab , " Semoga tujuan kita akan berhasil dengan sempurna Nala.

   Akhirnya sampailah mereka di bangsal pedukuhan , beberapa saat kemudian datanglah pembantu Ki Bugulun membawa makanan dari dapur. Hidangan sudah tersaji , ada nisro , comro juga geblog , biskoci , talam. Sambil menikmati hidangan itu dengan minuman bandrek , Ki Dukuh membuka pembicaraan , " saudara-saudara , gagasan dan ide yang telah tertampung dalam rencana membangun , tinggal kita jalankan nantinya , urusan dan sesuatu yang akan kita hadapi nanti tentu membutuhkan banyak saran dan dukungan dari semua pihak , untuk itu , Pandanala dan kawan-kawan tugasnya mendidik membaca dan menulis , terus Soma dan Tarkim , mulai besok melanjutkan pembauatan saluran di alas Kodra , lalu tugas harian para Kerani sekiranya segera rampung" ujarnya.

   Di bangsal pedukuhan itu telah dirumuskan program pembangunan dari berbagai aspek. Hingga permasalahan secuilpun dibahasnya. Mereka berharap semua berjalan lancar. Dalam keheningan di bangsal itu , tiba-tiba terdengar suara dari luar ," tolong-tolong , ada bahaya , tolong Ki " teriak seseorang datang tergopoh-gopoh, " begini Ki , tadi ada cahaya api yang terbang di atap rumah dan menuju ke arah Selatan , hiiiiii...takut Ki ," rengeknya. Dengan tenangnya Ki Dukuh berkata , " itu namanya Tilub braja atau bisa juga dinamakan Banas pati, biasanya pertanda akan terjadi suatu bahaya , tenang kisanak, tak mengapa." ujarnya.

*Malam itu suasana yang tadinya tenang berubah menjadi rasa ketakutan Sementara itu orang-orang keluar dari bangsal pedukuhan , tampak Ki Dukuh dan beberapa orang memandang ke langit , kemudian Ki Dukuh dibantu beberapa orang mengambil posisi untuk Tiwikrama , tubuhnya begetar hebat dengan keringat membasahi tubuhnya , matanya terpejam , mulutnya komat kamit membaca suatu mantta , dan beberapa saat terdengar suara seperti ledakan.Tampak di arah timur seperti ada percikan api , orang-orang di depan bangsal itu lari menuju percikan api tadi. Tampak di depan sana Ki Dukuh sedang memeriksa bekas ledakan itu. " Hmmmmm..." gumamnya , " ini banaspati ,' katanya. Terus beliau berkata , " sebaiknya kita kumpul di bangsal lagi ," ajaknya*.

*Setelah sampai di bangsal, Ki Bugulun atau Ki Dukuh berkata , " tadi adalah banaspati , pertanda akan adanya bahaya penyakit di pedukuhan kita ini , kalau saja yang datang itu tilub braja mungkin ada rumah warga yanv terbakar , katanya. " Lalu bentuk apa itu Ki ," tanya seseorang. " Itu hanya teguran dari alam saja , tidak apa-apa , yang jelas kita harus lebih mensyukuri lagi , mantap dalam ibadah , karena rasa dari wujud syukur kita itu diantaranya ya ibadah , amal yang baik , mengkaji ilmu , juga tingkah laku kita yang mulia , itulah akhlak yang wajib kita miliki pada hati , rasa , karsa , serta jiwa yang suci, " tuturnya*.

" *Lantas , apa lagi Ki " , kata Bulhun sambil menyekah wajahnya. Ki Dukuh manjawab , " Begini .....selain dari banaspati dan tilub braja , juga ada istilah sendaru , biasanya sebuah tanda bahwa alam memberi isyarat supaya kita lebih mawasdiri , hati-hati dalam bertindak , selain itu ada istilah pulung , nah.......ini yang menandakan sebuah keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan , itu semua hanya bahasa alam , " katanya*.

" Berarti kita sesegera mungkin membuat tempat khusus untuk bermunajat Ki ," kata Bulhun.

" *Betul.......kita akan bangun Swantipura ," kata Ki Bugulun sambil mengambil kain untuk menyekah keringat. " Lalu dan kapan itu ? " tanyanya*.

1
ArtisaPic
Sebagai generasi muda perlu untuk mengenal sejarah, baik sejarah lokal maupun sejarah negara atau benua atau sejarah alam semesta. Dengan sejarah kita akan mengenal diri kita dengan norma-norma yang ada, tidak gegabah dan tidak rakus akan dunia. Hanya kedunguan yang menjadikan diri kita sebagai budaknya. Manusia bukan BUDAK DUNIA.
Jihan Hwang
salam kenal thor... yuk saling dukung
ArtisaPic
Gegesik kota asyik , Desa wisata , Gudangnya seni dan budaya.
Q.Sambling Gegesiklor
Cirebon
Jawa Barat
Kaylin
Bikin baper, deh!
ArtisaPic
ok , makasih , semoga sukses sll
Aiko
Hebat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!