NovelToon NovelToon
Ibu Susu Bayi Sang Duda

Ibu Susu Bayi Sang Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Ibu Pengganti / Pengasuh / Menikah Karena Anak
Popularitas:39k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Hari yang seharusnya menjadi momen terindah bagi Hanum berubah menjadi mimpi buruk. Tepat menjelang persalinan, ia memergoki perselingkuhan suaminya. Pertengkaran berujung tragedi, bayinya tak terselamatkan, dan Hanum diceraikan dengan kejam. Dalam luka yang dalam, Hanum diminta menjadi ibu susu bagi bayi seorang duda, Abraham Biantara yaitu pria matang yang baru kehilangan istri saat melahirkan. Dua jiwa yang sama-sama terluka dipertemukan oleh takdir dan tangis seorang bayi. Bahkan, keduanya dipaksa menikah demi seorang bayi.

Mampukah Hanum menemukan kembali arti hidup dan cinta di balik peran barunya sebagai ibu susu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. pelakor harus di lawan biar nggak ngelunjak.

“Tuan, proyek di cabang Surabaya butuh tinjauan...” Julio membuka pintu ruangan Abraham dengan tergesa, membawa setumpuk berkas di tangannya. Ucapannya cepat, tapi kata-kata itu terhenti di udara.

Matanya membelalak, tubuhnya membeku. Berkas di tangannya terlepas, kertas-kertas berserakan di lantai. Pemandangan di hadapannya sungguh di luar dugaan. Sang bos yang terkenal dingin, tegas, dan hampir tidak pernah memperlihatkan sisi pribadinya, kini tengah mencium bibir istrinya.

Hanum sontak mematung, sementara Abraham cepat-cepat melepaskan ciumannya, wajahnya berubah tegang. Matanya langsung menatap Julio dengan sorot tajam, seolah ingin membekukan pria itu di tempat.

“Julio,” suara Abraham rendah, namun jelas bergetar menahan amarah. Julio, yang masih terperangah, buru-buru tersenyum kaku, mencoba mencairkan suasana.

“Maaf, maaf sekali, Tuan … saya tidak bermaksud mengganggu. Silakan lanjutkan saja … saya … saya pura-pura tidak melihat apa-apa.”

Hanum menunduk cepat, wajahnya memerah, jantungnya berdetak tak karuan. Sementara Abraham, tatapannya semakin dingin menohok Julio, membuat pria itu terdiam sejenak.

Namun bukannya menunggu instruksi, Julio justru dengan cepat memunguti berkas-berkasnya yang berserakan, lalu berjalan mundur ke arah pintu. “Saya … saya permisi dulu, Tuan.”

“Julio!” panggil Abraham, nada suaranya dalam dan memerintah. Namun pria itu sudah lebih dulu menyingkir, buru-buru keluar dari ruangan. Pintu tertutup kembali, menyisakan keheningan yang menekan.

Abraham mendengus kesal, jemarinya mengetuk meja dengan kasar. “Astaga…” desisnya, berdecak. Dia merasa wajahnya panas, bukan karena marah semata, melainkan juga malu. Baru saja ia kehilangan kendali di depan Hanum, dan sekarang malah tertangkap basah oleh tangan kanannya sendiri.

Hanum, yang sejak tadi menunduk, menggigit bibir bawahnya menahan rasa salah tingkah. Dia tidak tahu harus berkata apa. Perasaannya masih bergetar karena ciuman tadi, dan kini ditambah rasa malu karena ada orang lain yang melihat.

Abraham menyandarkan tubuhnya ke kursi, menarik napas panjang, lalu menutup wajahnya dengan satu tangan. “Sial…” gumamnya pelan. “Aku benar-benar tidak menyangka bisa sebodoh ini.”

Hanum menoleh lirih, suaranya nyaris seperti bisikan. “Mas … tidak apa-apa.”

Abraham menurunkan tangannya, menatap Hanum yang masih tersipu. Matanya menajam, seolah berusaha membaca isi hati istrinya. Namun semakin ia melihat, semakin ia merasa tidak mampu mengendalikan diri di dekat wanita itu.

“Hanum…” ucapnya pelan. Wanita itu langsung mengangkat kepalanya, dan seketika mata mereka bertemu. Udara di antara mereka kembali terasa berat, seolah hanya menunggu waktu untuk kembali terbakar.

Namun kali ini Abraham menahan diri. Dia berdiri, berjalan mendekat, lalu menepuk bahu Hanum dengan lembut. “Kau tunggu di sini. Aku harus menyelesaikan urusan dengan Julio setelah ini.”

Hanum mengangguk cepat, masih menunduk malu, sementara Abraham melangkah ke pintu dengan wajah kaku dan sorot mata menyembunyikan rasa malu.

Setelah Abraham keluar meninggalkan ruangan dengan wajah kesal, Hanum masih duduk di kursi panjang dekat meja besar milik suaminya. Tangannya berusaha sibuk, membuka laptop, merapikan kertas, hingga akhirnya pandangannya jatuh pada setumpuk desain proyek yang terbuka di meja. Hanum menggulir lembar demi lembar, mencoba memahami garis-garis dan catatan yang tertulis di sana.

Dia tidak berniat lancang, hanya sekadar mengisi waktu agar tidak semakin canggung sendirian. Tetapi tanpa sadar, jemarinya mulai memainkan pensil, menarik beberapa garis tambahan, lalu menuliskan catatan kecil di tepi kertas. Pandangannya fokus, bibirnya bahkan berkomat-kamit, seolah tenggelam dalam dunia desain yang sudah lama ia sukai.

Pintu mendadak terbuka. Aroma parfum menyengat bercampur dengan suara hak tinggi beradu dengan lantai marmer terdengar jelas. Rania masuk, wajahnya penuh percaya diri. Kemejanya sengaja dia biarkan terbuka dua kancing di bagian atas, menonjolkan pesona yang selama ini ia gunakan untuk menjerat banyak pria. Senyum tipis terlukis di bibirnya.

“Abraham…” panggilnya dengan suara manja, “Aku ingin...”

Langkahnya terhenti mendadak. Senyum di wajahnya seketika lenyap. Matanya membelalak ketika mendapati bukan Abraham yang ada di ruangan, melainkan Hanum, duduk dengan santai di meja besar yang selama ini menjadi kebanggaan bos besar itu.

“Kau?!” Suara Rania meninggi, penuh kejengkelan. Aura manja dan menggoda yang tadi ia bawa langsung berubah menjadi amarah membara. “Apa yang kau lakukan di sini?!”

Hanum tidak menoleh cepat, hanya mengangkat wajah perlahan, tatapannya tenang. “Aku duduk.” jawabnya singkat, seolah kehadiran Rania bukan sesuatu yang penting. Jawaban sederhana itu justru membuat Rania semakin geram.

“Beraninya kau duduk di meja Abraham?! Itu tempat yang bahkan aku pun tidak sembarangan menyentuhnya!”

Hanum tersenyum tipis. “Kalau begitu, seharusnya kau sadar siapa aku. Aku istrinya. Kalau bukan aku, siapa lagi yang berhak duduk di sini?”

Rania tercekat, urat di lehernya menegang, tetapi ia cepat menutupinya dengan tawa sinis. “Istri, hah? Jangan bangga dulu, Hanum. Menjadi istri tidak menjamin posisimu aman. Dunia bisnis ini tidak mengenal kata belas kasihan. Kau hanya akan menjadi beban!”

Hanum memiringkan kepala, menatapnya dalam. “Beban?” Tangannya menunjuk desain proyek di atas meja. “Kalau aku beban, aku tidak mungkin bisa menyelesaikan sketsa yang bahkan tim desainmu sendiri tidak bisa rapikan.”

Rania menoleh ke meja. Matanya melebar saat melihat coretan dan tambahan catatan di atas desain proyek yang memang baru setengah jadi. Garis-garis yang Hanum buat tampak rapi, terstruktur, dan lebih masuk akal dari rancangan awal. Bahkan ia, seorang profesional, harus mengakui secara diam-diam bahwa perbaikan itu lebih elegan.

“D-dari mana kau belajar ini?” suaranya tercekat.

Hanum menyandarkan tubuhnya ke kursi, menautkan jemarinya di atas meja. “Aku tidak perlu belajar dari siapa pun untuk sekadar menunjukkan bahwa aku bisa. Dan satu hal lagi, Rania ... jangan pernah meremehkan istri Mas Bian hanya karena kau tidak bisa mendapatkannya.”

Kata-kata itu menohok tepat di dada Rania. Wajahnya memerah, bukan karena malu saja, tapi juga karena rasa sakit tersinggung. Dia membuka mulut, ingin membalas, namun tidak ada kata yang keluar. Semua yang ingin ia katakan terasa mentah setelah mendengar jawaban Hanum yang tenang namun menusuk.

Dengan tatapan penuh kebencian, Rania akhirnya mendengus kasar, meraih tasnya dengan gerakan keras, lalu berbalik menuju pintu.

“Kita lihat saja sampai kapan kau bisa bertahan, Hanum.”

Pintu menutup keras di belakangnya. Hanum menarik napas panjang, lalu kembali menunduk ke arah desain yang masih terbuka. Senyum samar terlukis di bibirnya. “Aku tidak akan kalah darimu, Rania…” bisiknya pelan, penuh keyakinan.

"Aku akan belajar menghadapi ulat bulu sepertimu. Harusnya kamu malu mendekati suami dari temanmu yang sudah meninggal," lanjut Hanum melirik pintu ruangan yang baru saja tertutup.

1
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen 🥰🥰 terima kasih 😘
Kar Genjreng
cinta di tolak mbh dukun bertindak lampir
Rokhyati Mamih
Bian jangan lupa bawa istri mu yah ?
Hanum.bisa loh nakhlukin ranio
Ddek Aish
karna Julio ngeyel ngarap keuntungan yang besar akhirnya Abraham terima proyek ini dengan si pelakor berabe kan jadinya sekarang
Teh Euis Tea
awas bian waspada jgn ssmpe kena jebajan betmen😁
Ucio
Rania As Mak lampir mulai beraksi
waspada Abraham
IbuNa RaKean
ulet Keket😡😡
Lisa
Ciee Hanum & Abraham udh mulai mesra nih 😊😊 bahagia selalu y utk kalian bertiga..
Asri Yunianti
jangan ada peristiwa jebakan² ya kak🤭
Ani Basiati: lanjut thor
total 2 replies
IbuNa RaKean
aaahhhhh so sweet🥰🥰
Mbak Noer
bagus ceritanya seru
Lusi Hariyani
pasangan ini bikin gemes aja dech
Fitria Syafei
Kk cantik kereeen 🥰🥰 terima kasih 😘
Kar Genjreng
tersenyumlah Abraham agar dunia semaksimal n damai,,,wajah kaku kulkas lima pintu,,,mulai banyak senyum di hadapan hanum ❤️❤️lope lope sekebon mangga 😁😁
ken darsihk
Sadar kan kamu Bian , Hanum istri mu pantas di bangga kan
Istri mu nggak kaleng2 Biiii 👏👏👏
ken darsihk
Lanjuttt ❤❤❤
ken darsihk
Akhir nya es itu mencair juga 👏👏👏
Kar Genjreng
Qu kirim vote Yo Ben tambah semangat Mas menggarap Hanum 🤩❤️
Lisa
Seneng banget bacanya akhirnya Abraham benar² merubah sikapnya dan lebih menghargai Hanum apalagi Hanum mempunyai bakat design..
Ucio
Mantap dpt bonus Kiss Num,wkwkek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!