Bagian Kedua Kembar Pratomo dari Generasi Ke Delapan
Mandaka Pratomo adalah seorang arsitek jenius yang hobi berpetualang ke daerah konflik untuk membangun rumah sakit sesuai permintaan Opanya, Mamoru Bradford. Hingga suatu hari, Mandaka hendak menyelesaikan satu tugas lagi di pinggiran negara Sudan, mobilnya terkena tembakan roket. Mandaka dan pengawalnya dari Black Scorpio, Carole Laurent selamat dan mereka harus berjibaku untuk bisa kembali ke markas. Perjalanan keduanya tidak mudah apalagi mereka tidak pernah akur dari awal bertemu. Siapa sangka, lama-lama mereka saling tergantung satu sama lainnya.
Generasi Kedelapan Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tetap Tidak Percaya
Carole masuk ke dalam kamarnya dan merasa tidak nyaman. Carole memang gadis tangguh tapi dia punya kelemahan ... Hantu! Carole sangat penakut soal hantu bahkan anti film horor. Saat tugasnya yang terakhir, dia bersama dengan Luna, tentara berdarah Spanyol jadi dia ada temannya.
Tapi sekarang? Dia harus sendirian!
Carole rasanya ingin mengutuk Mandaka yang tadi sempat-sempatnya bilang ada hantu! Rasa geram Carole membuncah hingga dirinya ingin ke kamar Mandaka dan menghajar pria itu. Tapi dia urungkan karena dia sudah merasa gerah.
Carole pun mandi dan perasaannya mengatakan, ada yang mengawasi dirinya. Carole pun cepat-cepat menyelesaikan mandinya dan berpakaian. Gadis itu tahu bahwa di kamar hotel sering ada kamera tersembunyi dan dia tidak mau ada orang yang main ngintip-ngintip.
Carole memakai kaosnya dan celana cargo lalu mengambil senter canggihnya. Dia mulai menginspeksi setiap jengkal kamarnya. Carole terkesiap saat melihat ada kamera kecil di dekat wastafel. Dia juga menemukan diatas toilet.
"Siapa juga mau lihat orang bertapa!" omelnya kesal.
Carole melihat sekelilingnya dan dia yakin pasti akan banyak kamera disana. Gadis itu menoleh saat mendengar suara ketukan di pintu. Carole pun menghampiri pintu kamarnya dan membukanya. Tampak Mandaka berdiri di depannya.
"Saviez-vous qu'il y a une caméra cachée dans votre chambre d'hôtel ( apa kamu tahu ada kamera tersembunyi di dalam kamar kamu )?" tanya Mandaka cemas.
"Oui. J'ai trouvé trois caméras dans la salle de bain. J'en cherche un autre ( aku menemukan tiga kamera di kamar mandi. Ini aku sedang mencari lainnya )," jawab Carole. "Est-ce pareil dans ta chambre ( apa di kamar kamu juga sama )?"
Mandaka mengangguk. "Sedang dibereskan oleh trio B. Aku kemari untuk membantu kamu."
"Iya. Aku memang butuh bala bantuan. Sayang nya tadi sepertinya sudah sempat mendapatkan video aku mandi ...." Carole pun berbalik.
"Whoah! Mereka sempat melihat tubuh kamu?" goda Mandaka. "Padahal aku terakhir lihat, badan kamu masih model papan setrikaan, belum maju depan belakang."
Carole pun berhenti dan berbalik. Gadis itu langsung mendekati Mandaka yang tersenyum usil. "Dengar perampok!"
"Lho nenek moyangku seorang pelaut ... harusnya perompak," jawab Mandaka jahil.
"Pantas kalau begitu! Dasar perompak dan itu sudah mendarah daging di kamu!" Carole menatap sengit ke Mandaka sedikit mendongak karena pria itu lebih tinggi darinya.
"Oke Carole, Mon chéri ( sayangku ). First of all, jangan main goda aku karena aku tidak yakin akan diam saja tanpa mencium bibirmu. Second of all, kamu kenapa sih selalu menuduh aku perampok lah, tukang pencuri ciuman, playboy ... Dengar Carole, aku tidak punya pacar ...."
"Sekarang! Tapi dulu ... Kamu main cium aku padahal kamu sudah punya pacar! Aku kira kamu gentleman tapi ternyata sama saja bosoknya dengan Dylan !"
Mandaka melongo. "Oke ... Kalau Dylan memang playboy karena kan dia anak Italiano. Tapi aku tidak Carole!"
"Kamu itu kan waktu menolong aku di danau ... Kamu habis telepon sama cewek kan?" Carole menyipitkan matanya ke Mandaka.
Mandaka tertegun lalu tertawa terbahak-bahak. "Iya benar, menelpon seorang cewek."
"Tuh kan!"
"But I called my twin sister, Darling. Aku punya saudara kembar cewek di New York dan namanya Mandasari. Aku juga punya adik cowok bernama Mavendra. Dengar, Carole, aku tidak punya pacar sama sekali. Tidak juga di jaman kuliah karena aku sudah suka sama seseorang yang sayangnya, dia sudah membenciku teramat sangat!" senyum Mandaka.
"Itu akal-akalan kamu kan? Bilang kalau cewek itu saudara kembar kamu! Biar aku malu!" balas Carole.
Mandaka mengusap wajahnya. "Carole, Mandasari itu memang saudara kembar aku! Kandung! Serius! Sekarang dia sudah menikah dan punya anak kembar di Jakarta!"
"Bull!"
"Ya Allah ... Eh tunggu. Are you jealous? Es-tu jaloux ? Kamu cemburu?" tanya Mandaka sambil mendekatkan wajahnya ke Carole yang reflek mundur dua langkah.
"Non ... Aku tidak cemburu!" elak Carole.
"Carole ... Kamu tidak jujur, mon chéri." Mandaka semakin mendekat ke Carole.
"Sekarang kita cari dulu kamera tersembunyi!" Carole pun berjalan ke sudut kamarnya.
"Carole ... Mau sampai kapan kamu seperti ini?" kekeh Mandaka sembari membantu mencari kamera tersembunyi di kamar gadis itu.
"Sampai kiamat!" balas Carole judes.
Mandaka terbahak. "Ya ampun, kamu galaknya macam Sari saja."
"Siapa itu Sari?" Carole langsung menoleh judes.
"Mandasari. Saudara kembar aku. Ingat?"
"Hah! Seolah-olah saja kamu!"
Mandaka menggelengkan kepalanya. "Chagiya, ajigdo jiltuhani ( sayang, kamu masih cemburu)?"
Carole menatap Mandaka bingung. "Kamu ngomong apa?"
"Bahasa Korea."
"Artinya?"
"Cari tahu saja sendiri."
Carole semakin sebal dengan Mandaka. Keduanya pun tidak saling berbicara sampai mendapatkan semua kamera tersembunyi di kamar gadis itu.
"Ampun deh!" gerutu Mandaka sambil menaruh kamera-kamera itu ke dalam gelas yang diisi air panas.
Carole langsung sibuk mencari jaringan mana yang dipakai untuk kamera-kamera ini lewat laptopnya.
"Putain!" umpat Carole membuat Mandaka menaikkan sebelah alisnya.
"Apakah kamu menemukannya?" tanya Mandaka.
"Meja resepsionis!" Carole lalu mengambil Glocknya dan diselipkan ke punggungnya.
Oke. Dia bakalan ngamuk! - batin Mandaka.
"Aku ikut!" Mandaka berjalan mengikuti Carole sambil membawa card key kamar gadis itu.
***
Kamar Bilbao
"Brengseeekkkkk! Meja resepsionis!" umpat pria itu geram.
"Ayo kesana!" ajak Bixby.
"Aku disini saja karena nona Boss sudah marah," kekeh Boromir yang melihat pergerakan Carole dari ponselnya. "Dia bersama Mandaka."
"Kita harus turun Boromir! Aku tidak mau ada orang babak belur!" Bixby lalu menyeret pria berbadan besar itu.
***
Resepsionis Hotel
"Jadi kamu yang memata-matai kami, Hah!" bentak Carole sambil mencengkram kerah baju petugas resepsionis yang berusaha menghapus semua videonya tapi langsung dihalangi Mandaka.
"Berapa banyak korbannya?" tanya Mandaka tajam ke pria yang ketakutan itu. "Oke. Mana manajer hotel ini!"
Trio B pun datang sambil membawa kamera-kamera tersembunyi yang mereka kumpulkan.
"Apa maksudnya ini semua?" Bixby memperluas kantong berisikan kamera. "Kamu mau menjual video orang dan memerasnya ya!"
Resepsionis itu hanya bisa tergagap.
"Jawab Brengseeekkkkk! Atau aku colok matamu!" ancam Carole yang sudah mengarahkan jari telunjuk dan jari tengahya untuk mencolok mata pria itu.
"Sa ... Saya ... Memang ... Diminta untuk ... mencari gadis ber paspor ... Perancis ...." ucapnya tergagap.
"Kenapa?"
"Ka ... Rena ... gadis Perancis sangat ... Seksih ...."
Tanpa ba-bi-bu, Carole langsung membanting pria itu dengan bantingan judo.
Semua orang disana pun melongo. Carole pun langsung memberikan bogem ke pria meshum itu.
"Ouch!" ucap Mandaka sambil mengernyitkan dahinya namun matanya melihat rekaman terakhir saat rekaman Carole sedang mandi terlihat. Seksih juga anak ini.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
tnggl bls dndam sm mreka....
Manda mh lg stuasi ky gt jg msh aja gombal....🤭🤭🤭
kusajikan kopi dan mawar untukmu mbakku tersayaaang
semangat terus up'nya
gedubragan lagi...