Dengan diam Stevi kembali ke mode sedihnya.
"Bantu aku untuk melupakan Farhan Laras! Aku sudah berusaha sebisa mungkin melupakan rasa ini pada nya, tapi setelah mendengar niat nya kemaren aku merasa tidak sanggup!"
Laras duduk di depan Stevi yang masih terlihat sibuk mengusap air matanya.
"Bagaimana dengan Candy? Menurutmu apa Dia gadis yang baik dan pantas untuk dipertimbangkan?"
Mendengar pertanyaan Laras, Stevi berdiri dan berjalan menuju foto perdana Dia dan Candy. Dia pandangi wajah Candy dengan senyuman dan menyentuh setiap sisi foto wajahnya.
"Jika aku sebagai Stevi maka Candy adalah sainganku tapi kalau aku menjadi Aliando aku tetap tidak bisa mencintai Dia sebagai wanita yang akan aku perjuangkan. Laras rasa ini ke Candy sangatlah berbeda dengan rasa seorang pria lainnya. Aku tidak tahu kenapa kasih sayangku ke Dia seperti saudara dalam satu kandungan."
"DEG..! Laras menjadi ragu sendiri dengan ucapan Stevi. Dia mendekat ke arahnya dan memegang kedua tangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Mom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah mendekati umpan
Sejak Laras kerjasama dengan Caroline, popularitas Candy semakin menanjak. Kesibukan dan jam yang tidak sinkron dengan Farhan membuat mereka loscontack meskipun hanya bersebelahan kamar. Mengingat karakter Farhan yang gengsian dan Candy yang super cuek, membuat hubungan mereka jadi tak ada status.
Hampir setiap hari Stevi menjadi sopir pribadi Candy, sekaligus managernya. Banyak tawaran yang datang ke Candy, tapi dengan arahan dari Stevi hanya dunia fashion dan sedikit iklan yang diterimanya. Bukan berarti Laras lepas begitu saja ke Candy, Dia masih menggunakan Candy sebagai model utama di setiap karyanya.
Siang itu Candy dan Stevi baru pulang dari syuting iklan sabun mandi. Karena lapar mereka mampir ke warung bakso. Mungkin karena mereka ada hubungan darah, makanan favourit nya saja juga sama bakso.
"Can, kamu yakin mau makan di warung bakso itu?"
Stevi memastikan ke Candy dengan warung pilihannya.
"Iya Al, lagian aku sudah lama gak makan bakso pinggir jalan!"
Candy meyakinkan Stevi dengan senyum mengembangnya.
"Kalau nanti ada yang kenali kamu dan minta foto atau tanda tangan gak papa kan?"
Stevi kembali bertanya ke Candy.
Dengan semangatnya dan di dukung rasa lapar Candy menjawab dengan tegas.
"Gak papa Al, lagian kita dan mereka juga sama kan, cuma nasibnya saja yang beda!"
Akhirnya Stevi mengikuti kemauan Candy. Mereka turun dan masuk ke warung bakso pinggir jalan. Setelah memesan bakso favoritnya, mereka mencari tempat duduk di dekat cendela agar bisa melihat pemandangan luar.
Begitu pesanan datang mereka menikmati bakso dengan lahapnya. Seolah belum pernah makan satu abad. Di tengah mereka menikmati makannya, ada sepasang remaja yang duduk di dekat mereka. Tanpa Stevi dan Candy tahu, sepasang kekasih itu melihat ke arah mereka dan membandingkan dengan baliho yang terpajang di toko fashion depan warung bakso itu.
Stevi yang lebih tahu dulu kalau ada orang yang mengamatinya, Dia berbisik ke Candy.
"Can, kamu sudah memancing perhatian orang yang ada di depan meja kita."
Mendengar bisikan Stevi, Dia melemparkan pandangannya ke depan. Saat bertatapan dengan sepasang kekasih itu, Candy hanya bisa tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Stevi merasa kagum dengan keramahan Candy. Tanpa sengaja pula saat Dia mengikuti mata pengagum Candy yang terarah pada baliho berukuran besar di depannya, Stevi segera menepuk tangan Candy dan memberitahunya.
"Can koq aku baru sadar kalau muka kamu terpajang di depan dan gedhe lagi."
"Mana Al?"
Candy masih mencari gambar dirinya.
"Tuh di depan sana?!"
Stevi menunjuk ke arah baliho di depan toko fashion.
Anehnya pandangan Candy bukan ke gambarnya, tapi ke suatu tempat yang tidak jauh dari baliho itu terpasang. Dengan membelalakan matanya Candy memastikan lagi penglihatannya.
"(Bukannya itu wanita yang ku kejar saat di mini market, kenapa Dia berdiri di sana)"
Semakin di lihat lama, ternyata wanita itu juga sedang melihat gambar Candy yang ada di baliho. Dengan cepat Dia berdiri untuk menghampiri wanita itu.
"Al tunggu bentar ya!"
Melihat Candy yang tiba-tiba meninggalkan Stevi, Dia jadi terkejut dan segera membayar bakso mereka.
"Can mau ke mana, tunggu aku!"
Dengan cepat Candy jalan keluar dari warung bakso untuk menyeberang. Karena jalanan sangat ramai, jalan Candy terhalang kendaraan yang berseliweran.
Saat jalan sudah sedikit sepi, Candy berlari ke seberang jalan. Dia berdiri sambil memutar kepala dan kedua matanya.
"Kemana wanita tadi, aku gagal lagi mendapatkannya!"
Candy sempat berlari kecil sambil melihat sekitar. Stevi ngos-ngosan mengejar Candy. Sambil jongkok dan mengatur nafas, Stevi meminta Candy untuk berhenti.
"Can, siapa sebenarnya yang kamu cari!"
Candy menghampiri Stevi dan meraih kedua tangannya.
"Wanita itu Al, wanita mencurigakan yang pernah ketemu di mini market!"
Stevi semakin bingung dengan cerita Candy.
"Wanita apa Can dan siapa yang mencurigakan?"
Candy lupa kalau Stevi tidak tahu dengan rencana Dia dan Laras. Tidak mau membuat Stevi tambah curiga lagi, Candy mengajaknya kembali ke butik.
"Al, kita balik ke butik saja!"
"(aku tidak bisa cerita ke Aliando sekarang, kalau nanti benar-benar sudah ada titik terang baru aku akan cerita padanya)"
Mereka menyeberang jalan lagi sambil bergandengan. Dan segera masuk ke mobil untuk kembali ke Butik.
Sesampainya di Butik, Candy dan Stevi masuk ke ruangan Laras. Karena begitu sibuknya Laras, hingga tidak sadar kalau mereka sudah ada di depannya.
"Laras, apa kita bisa bicara sebentar?"
Stevi mengambil satu lembar sketsa desain Laras untuk menghentikan kerjanya.
"Oh Stev, ada apa?"
Laras berdiri dan mengajak Stevi duduk di kursi tamu.
Seperti konferensi Asia-Afrika saja, mereka bertiga duduk mengitari meja bundar kecil yang ada di ruang Laras.
"Ada apa, kenapa wajah kalian terlihat serius?"
"Kak, wanita mencurigakan yang pernah aku ceritakan dulu tadi muncul!"
Dengan antusias, Candy menceritakan kejadian tadi saat di depan warung bakso.
Sebenarnya Laras juga sudah mengantongi beberapa informasi, tapi Dia merasa belum waktunya untuk bilang ke Candy.
"Apa kamu sempat foto wajahnya?"
Candy terdiam, Dia sama sekali tidak ada fikiran ke arah itu.
"Kak, aku tadi benar-benar panik dan langsung mengejarnya. Karena yang pertama dulu aku sudah kehilangan jejaknya."
Melihat wajah Candy yang kecewa, Laras mengambil kertas dan menuliskan nomor telepon.
"Can, coba hubungi nomor ini. Beberapa hari yang lalu aku di telepon seorang wanita, Dia menanyakan tentang kamu!"
Stevi semakin tertarik dengan kisah hidup Candy.
"Apa kamu juga tanya tempat tinggalnya?"
"Hufft... sudah aku coba, tapi Dia tidak mau jawab. Mungkin Dia juga ingin memastikan dulu.
Dengan harapan petunjuk itu akan datang, Candy mengambil kertas dari Laras dan menelepon nomornya.
" Tut... Tut... Tut...! Sudah berulang kali nomor itu dihubungi, tapi sepertinya tidak aktif lagi.
Tidak sabar Stevi meminta kertas itu ke Candy dan ikut menghubunginya.
"Tut... Tut... Tut...! Tetap sama saja.
" Laras, apa kamu salah nomor, coba cek lagi!"
Laras membuka HP nya dan cek di riwayat panggilan. Bersama mereka mencocokan nomor di HP Laras dengan yang di tulis pada kertas itu.
Mereka bertiga saling berpandangan , seakan masalah ini benar-benar susah untuk di pecahkan.
"Can, pertama kali kamu ketemu wanita itu di mana?"
Tanya Stevi ke Candy.
Dia pun menjelaskan awal mula pertemuannya dengan wanita itu. Sambil memainkan rambutnya dengan jari Stevi memberi ide ke mereka.
"Bagaimana kalau kita tunggu wanita itu di sekitar mini market?"
Ide Stevi membuat Laras tertawa.
"Ha... kamu mau nungguin nya dari jam berapa sampai jam berapa? Belum tentu kan Dia akan kembali lagi ke sana, siapa tahu kemaren cuma mau beli minum tapi gak ada duit!"
"Berarti apa perlu kita juga tungguin wanita itu di depan toko fashion tadi?"
Karena sudah merasa buntu Candy dalam berfikir, Dia juga menimpali Ide Stevi.
Ketika mereka hening sejenak, tidak lama HP Stevi berbunyi. Terlihat di layar HP nomor tak di kenal. Sebelum mengangkat telepon itu, Stevi melirik ke Laras dan Candy.
"Nomor tak di kenal. Bagaimana aku angkat gak?"
"Angkat dan loudspeaker!" kata Laras.
Stevi pun mengikuti saran Laras.
"Halo!"
(Ya Halo, maaf tadi telepon ke nomor istriku kenapa ya?)
Mendengar kata istri pemikiran mereka adalah benar kalau nomor yang mereka hubungi tadi adalah wanita yang mereka cari. Candy yang memberi kode Stevi dengan kedua matanya untuk tetap menjawab telepon itu.
"OH... iya bener, saya yang telepon. Kemaren istri bapak sempat ke Butik untuk cari kerja, apa sekarang masih butuh?"
Mendengar jawaban Stevi ke penelepon itu Laras sampai melotot.
"(Stev gila, emang siapa yang butuh karyawan)"
Sebelum menjawab Stevi, telepon di matikannya.
"Tut... Tut...!"
"Apa sih maksut orang ini, benar-benar gak jelas!
"Candy , aku antar kamu pulang sekarang, besok aku jemput lagi cari informasi yang lebih valid!"
Mengingat sudah malam dan melihat Candy yang sehari sudah capek beraktifitas, Stevi memutuskan untuk mengantar nya pulang.