" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertamu kerumah RT
Siang itu Antika lekas, pergi kerumah ibu Andini tempatnya dia bekerja, menyelesaikan pekerjaan yang sebelumnya, sampai di rumah ibu Andini lekas masuk melalui pintu dapur.
" Assalamualaikum...maaf Bu, saya baru sampai." ucap ku dengan sopan bercampur takut-takut.
" Walaikumsalam mba, masuk mba, bantu saya siapkan ini semua ya mba." ucap ibu Andini ramah.
" Siap Bu, " Jawabku, lekas ku bantu ibu Andini aku ambil alih tugasnya tadi, belum juga selesai menata kue, mertua ibu andini masuk dan langsung memakiku.
" Bagus ya kamu di gaji itu untuk bekerja, ini kerjaan belum selesai malah menghilang, kamu Andini potong gaji dia jangan mau kamu di manfaatin sama babu mu." Ucap marah mertua ibu Andini dengan menunjuk-nunjuk wajahku, aku hanya tertunduk diam tak berani mengajar wajahku, ibu Andini pun tak luput kena semprotnya.
" Dan kamu ...kerjakan semua sampai selesai jika belum selesai jangan harap kamu pulang." Bentaknya, aku dan ibu Andini tersentak karena nada suaranya meninggi.
Setelah puas mengomel terhadap Andini dan Antika, mertua ibu andini pergi meninggalkan dapur, tak lupa suara grutuannya masih terdengar oleh mereka berdua.
" Maafkan mertua saya mba, Sini biar saya bantu biar cepat, kalo mba sendiri bisa malam nanti baru pulang." Tawar ibu Andini melihat ku masih menunjukan wajah.
" Gak usah Bu, benar kata mertua ibu, saya di gaji untuk kerja, jadi biar saya yang ngerjainnya gak apa." Tolak ku bersikeras agar majikanmu tak ikut terlibat, nanti bisa jadi masalah baru jika mertua majikannya melihatnya.
Tak terasa waktu sudah sore, sangking sibuknya karena pekerjaan yang tak biasa, biasanya jam 12 siang sudah pulang, namun hari ini ada acara jadi jam pekerjaan pun bertambah, akhirnya Antika bisa membereskan semua pekerjaannya yang hampir tiada henti.
" Mba, ini bawa pulang untuk keluarga mba, maaf ya mba seharusnya mba pulang jam tiga sore ini malah mendekati Maghrib." Ucap ramah ibu Andini, memberikan bingkisan yang tadi sudah di siapkan ibu Andini sebelum ibu mertuanya ada di dapur.
" Terimakasih Bu, gak apa-apa Bu ini sudah kewajiban saya, saya pamit dulu Bu terimakasih." Jawabku dengan sungkan ku terima bingkisan itu, sebelum pergi meninggalkan rumah ibu Andini.
Sepanjang jalan pulang antika memilih mampir ke toko baju yang buka di malam hari, Antika memilah milih baju untuk anak -anak termasuk baju untuk Adam dan panji agar tidak ada rasa iri yang tumbuh, Antika tetap membelikan baju dua anak itu lebih karena emang tak ada baju yang mereka bawa.
Anak-anak Antika masing-masing dua pcs, sedangkan untuk panji dan Adam memiliki lebih masing-masing empat pasang baju, Antika sadar itu hak mereka karen agar tak ada rasa iri anak-anak Antika, tetap Antika belikan dengan menambah uang gajinya, tidak sepenuhnya uang milik panji dan Adam.
" Aduh...ternyata sudah malam." Lekas ku langkahkan kakiku keluar toko, setelah membayar semua belanjaan ku.
" Assalamualaikum...." ucap ku Salma sambil ku ketuk pintu rumah yang sudah tertutup.
" Walaikumsalam..." Sahut suara dari dalam rumah.
" Loh mas, Anak-anak mana?" tanya ku pada suami yang kini sudah di hadapanku.
" Mereka sedang makan ma." jawab suamiku, matanya melirik ke arah tas kain yang ku bawa.
" Ini baju anak-anak mas." Ucapku yang mengerti jika suamiku mau bertanya.
" Wah...lagi makan apa nih!!" tanya ku berseru riang, walau ku tau di atas meja hanya ada sisa masakan tadi siang sebelum aku kembali bekerja.
"' Wah mama sudah pulang." Lita berucap riang.
" Ini mama punya sesuatu, kalian makan lagi ya yang kenyang." lekas ku taruh bawaan yang tadi sempat ku beli, ku bagi rata ayang tepung itu, satu anak mendapatkan satu potong tanpa ingin membedakan semua ku bagi ayamnya pun ku belikan sama semua bagian paha.
" Mas yuk makan." Ajak ku, aku tau suamiku belum kan seperti biasa dia akan mengalah untuk anak-anak, setelah selesai barulah kami yang makan.
" Biarkan mereka selesai dulu ma," Ucapnya padahal suara perutnya sudah terdengar minta di isi.
Lekas Antika mengambil piring dan mengisinya, malam itu seperti biasa Antika mengurus keluarganya, dengan senyum yang tak luput dari wajah ayunya.
" Kita makan bersama," ucapku sambil mendekati suamiku yang duduk di atas kursi roda, aku membawakan piring yang sudah lengkap isinya.
" Biar mas makan sendiri, kamu makan lah juga." Tolaknya saat hendak ku suapi.
" Ya sudah, mama ambilkan air dulu tuk cuci tangan nya." ucapku tersenyum, aku bangkit dan mengambil uang ku butuhkan.
Setelah selesai mengurus keperluan suami, aku lekas ikut mengambil piring dan mengisinya, aku duduk di samping suamiku dan anak-anak ku biarkan makan bersama di lesehan depan tv.
Malam itu begitu berbeda, keluarga Antika terutama anak-anak Antika belum pernah terlihat begitu bahagia, apa lagi saat Antika mengeluarkan belanjaan dan membaginya rata, Adam yang masih kecil langsung memeluk Antika dan menciumnya Dengan sayang tak lupa pak Aldi pun mendapatkan cuman di pipi yang sama dengan Antika.
Mereka begitu bahagia, malam itu hingga esok hari, Antika dan suami sepakat akan ke rumah RT sebelah, sebelum pulang Antika sudah izin bahwa gak turun kerja hari ini, karena emang ada urusan.
" Mas , sudah siap.." tanya ku saat melihat suamiku sudah rapi.
" Sudah, anak-anak bagaimana ma?" tanya mas Aldi.
" Kita bawa mas, gak bisa kita tinggal gak ada yang mengawasi, mama malah takut-takut kalo mereka tinggal sendirian." Ucapku sambil ku dorong kursi suamiku pelan.
Di depan anak-anak sudah siap dengan baju baru mereka kecuali Reyhan, karena anak sulung Antika pergi sekolah tadi pagi.
" Wah...udah pada cakep-cakep dan cantik...sudah siap sayang." Ucapku sambil mengoda sedikit anak-anak yang berbeda hari itu.
" Sudah ma." Teriak senang Lita.
" Tapi kita jalan kaki gak apa ya nak! " Kataku sedikit gak tega sih tapi mau bagaimana lagi.
Akhirnya mereka berjalan beriringan Antika mendorong kursi suaminya, sedangkan Lita mengandeng adiknya Rio di depan ibu bapaknya termasuk Adam dan panji. Panji mengendong Adam di belakang.
" Assalamualaikum..." ucapku salam dari luar rumah.
" Walaikumsalam..." Jawab salam dari dalam sedikit teriak.
" Iya cari siapa mba, mas?" tanya wanita paru baya itu.
" maaf Bu, saya mau bertemu pak RT nya ada, ada yang mau saya bicarakan Bu." Jawab Aldi dengan ramah.
" Sebentar ya mas, saya telpon dulu, tadi suami saya ke Empang sebentar, silahkan masuk dulu mba, mas." tawar wanita paruh baya itu dengan ramah.
" Ini di minum dulu, ini untuk adek-adek ya jangan berebut ya, " ucapnya ramah, sambil meletakan nampan berisi minuman, dan kembali lagi membawa aneka susu kota dan cemilan untuk ke empat anak kecil yang di bawa tamunya.
Tak lama wanita itu meletakan kudapan untuk tamunya, Pak RT yang di tunggu Antika dan Aldi datang menghampiri mereka berdua, tak lupa ibu RT juga ikut, ternyata wanita paruh baya itu istrinya pak RT.
" Assalamualaikum.., sudah lama kah menunggunya mas!" ucap pak RT, dia duduk di kursinya.
" Gak pak, baru aja kami datang." Jawab Aldi.
" Iya..iya..ada perlu apa mas? Tunggu seperti nya Saya pernah lihat sampean," Ucap pak RT mempertanyakan tujuan Aldi.
" Sampean bukannya teman kerja Burhan kah yang pemborong itu?" Lanjut pak RT bertanya.
" Benar pak, saya teman mas. Burhan pemborong yang tinggal di RT sini, kalo saya tinggal di RT sebelah pak, " Jawab Aldi sopan.
" Maaf yang kecelakaan kerja itu ya." Ucap iba dan tak enak, ketika melihat kondisi mas Aldi, namun mas Aldi tersenyum.
" Iya pak hehhe.." Jawab santai mas Aldi dengan senyum kecil.
" Ada perlu apa mas, mbanya datang ke sini?" " Akhirnya pak RT bertanya.
" Saya mau tanya pak, apakah bapak mengenal kedua anak ini? Dan ini Kartu keluarganya pak?" Mas Aldi bertanya dan aku pun memberikan kartu keluarga yang sengaja ku bawa, untuk mencari tau sanak saudara kedua anak itu.
Antika dan mas Aldi memperhatikan wajah serius pak RT dan ibu RT yang sesekali saling pandang, lalu mereka menatap kamu semua yang hadir bergantian.
" Kedua anak lelaki ini kah?" Tanya ibu RT.
" Iya Bu, benar, apakah mereka sebelumnya tinggal di sini?" tanyaku penasaran.
" Benar mereka warga sini, tapi ini maaf kemana keluarganya kenapa sama kalian, bukannya waktu itu mereka ikut kakek neneknya setelah ibunya meninggal?" tanya ibu RT serius menatap kami berdua.
" Saya tidak sengaja pak, bertemu mereka di jalan poros batuas bersama kakeknya, dan kakeknya menitipkan mereka kesaya, makanya saya ada kartu keluarga itu untuk saya tanyakan ke bapak apakah ada keluarga lain?" ucapku dengan yakin tanpa ragu.
" Tidak ada, hanya kakeknya bernama Wito dan neneknya benawa warni yang tersisa, yang kami tau hanya itu, mereka tinggal di RT sini juga setelah ibu panji meninggal, mengapa kakek mereka menitipkan ke sampean mba, mas?" Akhirnya aku menceritakan semua, pak RT dan ibu RT tersebut manggut-manggut mengerti.
" Untuk sementara biar kan kedua anak ini bersama kalian dulu, jadi mba Antika gak tau sekarang keberadaan kakek Wito?" Ucap pak RT, akhirnya bertanya.
" Iya pak, kemarin coba jalan ke jalan poros itu lagi sebelum kembali bekerja, tapi gak melihat beliau lagi, saya gak tau beliau ada dimana sekaran." ucapku jujur, ya kemarin Antika terlambat datang itu karena sempat jalan kembali ke jalan poros di mana dia bertemu kakek dan kedua anak itu, ternyata nihil gak ada.
lanjut thorrr...trus semangat..💪💪🥰
lanjuttt