NovelToon NovelToon
Daniel & Hana

Daniel & Hana

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Duda / Percintaan Konglomerat
Popularitas:848
Nilai: 5
Nama Author: Arashka

Welcome to the sequel of You're Mine Brianna

Perjalanan seorang Hana Elodie Brown menghindari Ayahnya yang otoriter terhadap dirinya. Berbagai cara ia lakukan agar hidupnya bisa terbebas dari aturan yang menurutnya tak sesuai dengannya. Sampai pada suatu ketika, Hana dipertemukan oleh takdir dengan seorang pria yang tak pernah ia inginkan semasa hidupnya, Daniel Leonardo Smirnov. Seorang mafia yang dunianya penuh dengan kegelapan melebihi tempat tergelap di dunia. Mampukah Hana menjadi penerang bagi Daniel dan akankah Daniel mampu memberikan kehidupan yang diinginkan oleh Hana? Simak terus kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Terjebak

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Semyon kepada Edmon, dokter pribadi Daniel. 

"Lukanya tidak parah, hanya tergores di bagian bahu. Tinggal menunggu dia sadar. Dia terlalu banyak menghirup chloroform, tapi jangan khawatir aku sudah memberikan obatnya." jawab Edmon menjelaskan. 

"Siapa wanita itu, Semyon?" 

"Entahlah, tapi yang pasti wanita itu menyaksikan kejadian semalam di Pelabuhan." jawab Semyon.

"Rasanya tidak semudah itu, Semyon. Daniel tidak akan memasukkan wanita sembarangan ke dalam mansion utamanya." sanggah Edmon.

"Ya kau benar, dia satu-satunya wanita yang dibawa Daniel setelah mantan istrinya. Bahkan Daniel sendiri yang menggendong tubuh wanita itu." jawab Semyon. 

"Semoga dia bukan ancaman bagi Daniel." 

"Ya, semoga saja."

*** 

Daniel memandang kosong ke arah taman di belakang rumah Dimitri dan Belinda. Mereka adalah kedua orang tua dari Daniel yang selalu saja memintanya untuk segera menikah lagi. Tapi kali ini yang mengganggu pikirannya bukanlah itu, melainkan suara anak kecil yang memanggil Hana dengan sebutan Mommy.

"Apa dia sudah menikah?" gumamnya sembari menghisap rokok yang berada di tangannya. 

"Apa yang kau pikirkan, Son?" Dimitri tiba-tiba saja bersuara dari arah belakang.

"Dad.." Panggil Daniel lalu ia memeluk tubuh Dimitri. 

"Bagaimana kabarmu?" tanya Dimitri berbasa-basi.

"Aku tahu apa yang akan Daddy ucapkan setelah menanyakan kabarku." sahut Daniel. 

"Hahaha.. Kau memang anakku." 

"Yes i'am.."

"Kau masih menutup hatimu rupanya." 

"Aku tak mau membahas ini lagi Dad. Biarkan saja semuanya mengalir seperti ini." jawab Daniel. 

"No, aku tak akan membiarkanmu hidup sendiri hingga tua nanti. Kau akan kesepian, Daniel. Aku ingin menimang cucu darimu." jawab Dimitri.

"Daddy mu benar, sayang." Sahut Belinda yang kini ikut bergabung. 

"Mom..." Daniel mendekat lalu mencium kedua pipi serta kening sang ibu. 

"Kau semakin tampan dan gagah. Aku tak percaya tak ada wanita yang mau padamu." ujar Belinda. 

"Semua wanita ingin menjadi penghangat ranjangku." sahut Daniel percaya diri.

"Tapi kau membutuhkan yang lebih dari itu, Son." jawab Belinda. 

"Lihatlah, aku sudah mendapatkan beberapa kandidat untuk kau ajak kencan buta. Mereka adalah anak dari beberapa rekan kerjaku. Kau bisa melihatnya terlebih dahulu, dan mereka semua tinggal di Moskow." Dimitri menyerahkan satu berkas berisi data lengkap dengan fotonya. 

Dengan malas Daniel menerima berkas tersebut dan melihatnya satu per satu. 

"Baiklah aku akan mencobanya." sahut Daniel mengiyakan meski sebenarnya entah akan ia lakukan atau tidak. 

"Keputusan yang tepat, Daniel." 

*** 

"Dimana dia?" Daniel bertanya kepada Semyon saat ia baru memasuki mansion sekembalinya dari Zurich. 

"Dia di kamar, Tuan. Sudah dua hari ini dia tak memasukkan apapun ke dalam mulutnya." Jawab Semyon. 

"Dia ingin mati konyol sepertinya." sahut Daniel. 

"Camorra juga menghubungi anda, Tuan. Mereka mengatakan narkotika jenis baru akan datang tengah malam nanti dengan kapal bernama Rosaline dari Indonesia. Tapi mereka mengubah rute dan tidak berlabuh di Novorossiysk, melainkan di  Murmansk."

"Mengapa melakukannya tiba-tiba?" 

"Pihak berwenang sedang menyisir wilayah Novorossiysk, Tuan." 

"Haahh, cukup menyita waktu. Apa kau bisa mengurusnya, Semyon?" 

"Saya sudah terlalu tua untuk terjun langsung ke lapangan, Tuan." Semyon menolaknya. 

"Yeah, kau benar. Seharusnya kau memang sudah berhenti dari kegiatan ini dan bersantai menikmati masa tuamu." sahut Daniel.

"Saya memilih untuk menghabiskan masa tua ini dengan bekerja di sini, Tuan." 

"Setidaknya kau tidak meninggalkanku, Semyon. Terimakasih." ujar Daniel.

Semyon membungkukkan tubuhnya, membiarkan Daniel melewatinya untuk berjalan menuju kamar yang ditempati Hana. 

BRAK

Daniel membuka pintu kamar Hana dengan kasar. Ia melihat sosok Hana yang terduduk di tepi ranjang dengan mata yang menyalang ke arah jendela. Hana menoleh dan segera beranjak lalu berlari ke arah Daniel.

"Daniel.. Ku mohon lepaskan aku. Aku tak bisa di sini." Hana merengek frustasi kepada Daniel. 

"Tenangkan dirimu, Hana. Sebaiknya bersihkan dirimu terlebih dahulu. Kau bahkan tidak mengganti bajumu sejak kemarin." ujar Daniel sembari melihat pakaian Hana yang masih sama saat pertama kali Daniel membawanya ke mansion dan menggantinya menggunakan kaos miliknya.  

"Tidak, Daniel ku mohon.." Hana tiba-tiba berlutut dan memeluk kaki Daniel. 

"Aku ingin pulang, Daniel.."

Daniel mensejajarkan tubuhnya dan melihat wajah Hana yang sudah sangat kusut dengan lingkaran hitam di bawah matanya.

"Patuhi aku maka kau akan baik-baik saja, Hana." 

Hana terdiam, ia tak ada lagi tenaga untuk memohon apalagi untuk melawan. Tubuhnya sangat lemah apalagi sejak kemarin Hana melakukan aksi mogok makan. 

Daniel tanpa aba-aba mengangkat tubuh Hana dan membawanya ke kamar mandi lalu mendudukkannya di dalam bathtub. Daniel tersenyum kecil melihat Hana yang terus menatapnya penuh kemarahan. 

"Kau bau, mandilah. Setelah itu temui aku di bawah."

Tak ada persetujuan atau penolakan dari Hana. Ia hanya terus menatap Daniel hingga pria itu keluar dan menutup pintu kamar mandi. Ada sedikit rasa bersalah dalam diri Daniel karena melihat kondisi Hana yang kacau akibat ulahnya sendiri. Mungkin jika Daniel mengetahui lebih awal, ia tak akan membuat Hana seperti ini. 

Sementara itu, Hana mulai membersihkan dirinya dan berendam di air hangat. Ia tak boleh menyerah agar bisa keluar dari mansion ini. Sekuat tenaga ia akan meyakinkan Daniel untuk percaya bahwa ia tak akan membocorkan kejadian kemarin pada siapapun. 

*** 

Hana, menuruni tangga satu per satu. Sesekali ia berpapasan dengan para pelayan wanita yang beberapa sudah berumur. Mereka nampak membungkukkan tubuhnya saat bertemu dengan Hana. Mungkin mereka mengira Hana kekasih dari Tuannya. 

"Duduk dan habiskan makananmu." Ucap Daniel saat ia melihat Hana yang baru muncul.

Hana duduk, tapi ia tidak memakan makanan yang ada di hadapannya. 

"Makan dan habiskan, Hana." tegas Daniel. 

Hana mendengus dengan kesal, pasalnya ia benar-benar muak terhadap Daniel. Sejak pertemuan pertamanya, Hana bersumpah tak pernah ingin bertemu lagi dengan pria itu. Tapi entah kenapa, pertemuan keduanya kali ini ia malah bertemu bahkan tinggal di kediaman milik pria buas itu. Hana tetap acuh dan tak mengindahkan perkataan Daniel. 

Daniel yang kesabarannya hanya setipis tisu dibagi tujuh, tak bisa menunggu lebih lama lagi. Akhirnya ia beranjak duduk di samping Hana, mengambil piring yang berisikan makanan dan menyendokkan makanan tersebut. 

"Buka mulutmu."

Hana tidak menanggapi, ia malah menatap Daniel dengan tatapan penuh amarah. 

"Buka mulutmu atau..."

"Ya ya aku akan makan!" Bentak Hana sembari merebut sendok di tangan Daniel.

Daniel tersenyum puas lalu kembali ke tempat duduknya. 

Mereka makan dalam keadaan hening tanpa ada pembicaraan apapun. Hanya terdengar suara dentingan sendok serta garpu yang saling beradu. 

"Ayo, kita harus bicara." Daniel menarik tangan Hana setelah mereka menyelesaikan makannya. 

Daniel membawa Hana menuju ke ruang kerjanya. 

"Bagaimana kau bisa berada di Rusia?" tanya Daniel memulai pembicaraan. 

"Aku bekerja di sini. Dan aku sedang berlibur di Vladivostok, tapi sialnya aku malah melihat kejadian yang seharusnya tidak pernah ku lihat seumur hidupku." jawab Hana. 

"Kau sudah menikah?" 

Hana mengeleng pelan. 

"Lalu siapa anak laki-laki yang memanggilmu, Mommy?" 

"Dia anakku." jawab Hana jujur.

"Jangan berbohong padaku, Hana."

"Aku tak mungkin berbohong di depan orang yang jelas-jelas akan mengetahui semua faktanya tanpa bertanya sedikitpun." sahut Hana.

"Ya, kau pintar. Kau mulai memahami situasi, Hana." 

"Jadi, benar dia anakmu?" tanya Daniel sekali lagi memastikan. 

Hana tidak menjawab, ia hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar. 

"Kau tak perlu memastikannya sampai dua kali. Semua data tentangku yang kau dapatkan, itu benar adanya." jawab Hana.

Daniel terkekeh, " Bagaimana kau tahu aku mencari semua informasi tentangmu?" 

"Bukankah semua mafia akan melakukan hal yang sama, Tuan Daniel Leonardo Smirnov?" 

"Hahaha..." Tawa Daniel menggema memenuhi ruangan tersebut. "Sayangnya kau tak bisa pergi begitu saja dari sini."

"APA?! APA MAKSUDMU?!" 

Daniel memberikan selembar kertas perjanjian yang sudah ditanda tangani oleh Hana. Hana membacanya dengan seksama dan seketika matanya membola saat ia melihat tulisan bahwa ia harus bekerja sebagai pelayan di mansion tersebut selama satu tahun dan baru setelah itu ia akan di bebaskan. Jika tidak maka ia akan dibuat seolah-olah menghilang di telan bumi. 

"Brengsek! Kau sengaja melakukan ini padaku?!" teriak Hana.

"Bukan hanya padamu, Hana. Aku melakukan ini kepada semua warga biasa yang tidak sengaja melihat kegiatan eksekusi mafia." jawab Daniel datar. 

"Keparat! Kau menghancurkan pekerjaan bahkan hidup orang lain sialan! Semoga Tuhan mengampuni semua dosa-dosamu!"

Daniel terkekeh, "Tuhan tidak ada untuk orang-orang sepertiku, Hana." 

"Bajingan! Kau sama saja mengurungku! Masukkan saja aku ke penjara milikmu! Semua tak ada bedanya. Kau hanya bersembunyi di balik kata pelayan padahal sebenarnya kau menyandera mereka!"

"Kau yakin ingin masuk ke dalam penjara milikku?"

"Lagi pula apa bedanya?!" Pekik Hana dengan nada yang semakin meninggi.

"Kalau begitu kau harus siapkan fisik dan mentalmu. Karena besar kemungkinan kau akan di siksa di sana. Di kuliti, di tusuk, di tembak, atau bahkan dipaksa meledakkan kepalamu dengan tanganmu sendiri. Bagaimana?"

Hana terdiam, nafasnya tercekat. Ia kesulitan menelan salivanya.

"Semyon akan menyiapkan kamar serta pakaian untukmu. Bekerjalah dengan baik, jika kau melakukannya dengan benar dan sesuai dengan keinginanku, maka aku bisa saja mengeluarkanmu dengan cepat."

Hana terlihat menahan amarahnya, nafasnya menderu kasar, dadanya terlihat naik turun dengan cepat. Setelah ini, semua impian yang telah Hana susun dengan rapi sirna sudah. 

TBC

Gimana? Sejauh ini apakah kalian sudah tertarik dengan cerita ini? Jangan lupa like, komen, favorit atau hadiah juga boleh xixixixi ❤

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!