NovelToon NovelToon
49 Days

49 Days

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Angst / Penyeberangan Dunia Lain / Hantu
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Suri baru menyadari ada banyak hantu di rumahnya setelah terbangun dari koma. Dan di antaranya, ada Si Tampan yang selalu tampak tidak bahagia.

Suatu hari, Suri mencoba mengajak Si Tampan bicara. Tanpa tahu bahwa keputusannya itu akan menyeretnya dalam sebuah misi berbahaya. Waktunya hanya 49 hari untuk menyelesaikan misi. Jika gagal, Suri harus siap menghadapi konsekuensi.

Apakah Suri akan berhasil membantu Si Tampan... atau mereka keburu kehabisan waktu sebelum mencapai titik terang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Paw

Memungut binatang dari jalanan seperti ini adalah kali pertama bagi Suri. Kendati begitu, ia tunjukkan kesungguhan dan tekadnya yang bulat untuk merawat kucing temuannya--yang kini diberi nama Paw. Keterbatasan yang Paw miliki pun tidak menjadi masalah. Suri menganggapnya sebagai sebuah jalan istimewa, untuk dirinya memberikan lebih banyak perhatian dan kasih sayang, untuknya memiliki kesempatan menjadi angel bagi Paw yang malang.

Sehabis memandikan Paw dengan air hangat, Suri dengan telaten mengeringkan bulu Paw dengan hair dryer. Telinga Paw yang tuli adalah keuntungan lain, membuat sang makhluk halus tidak mereog mendengar bisingnya suara hair dryer.

Beres mengeringkan bulu, Paw digendong ke kasur. Di sana, Suri memperlakukan Paw selayaknya anaknya sendiri. Paw diperbolehkan tidur di sana, tubuh melingkar, kepala rebah di bantal yang sehari-hari Suri gunakan. Dengkur halus terdengar beberapa saat setelah Paw tertidur. Menunjukkan betapa nyamannya makhluk halus itu di sekitar Suri dan Dean.

"Oh ... dia gemas sekali."

Tak berhenti bibir Suri berkata demikian. Binar matanya tidak kunjung redup bahkan setelah berjam-jam. Seakan Paw begitu berharga, dan Suri benar-benar senang akan kehadirannya.

"Kau juga harus tidur," kata Dean dari ambang pintu.

Sejak Suri sibuk mengurusi Paw, Dean memilih menyingkir sejenak. Pikirannya masih dipenuhi pertanyaan tentang apa maksud yang di atas mendatangkan Milk ke sini. Ah, Dean bahkan bingung sekarang, harus memanggil kucing tuxedo imut itu sebagai Milk atau Paw.

"Aku belum mengantuk." "Besok kau harus sekolah," balas Dean. Akhirnya dia beranjak dari ambang pintu, mendekat ke arah ranjang.

Ranjang Suri sebenarnya cukup besar untuk ditiduri hanya satu orang. Jika mau nakal, Dean bisa saja menyelinap masuk dan berbaring di sana selagi Suri terlelap. Namun, karena kini Paw (baiklah, Dean akan memanggilnya Paw saja mulai sekarang) tidur di tengah-tengah, ruang yang tersisa di kanan dan kiri jadi terlihat tanggung. Tubuh Suri yang kecil tetap tidak bisa masuk kalau sang gadis tidur terlentang. Mau tidak mau, harus miring ke kiri atau ke kanan.

"Singkirkan dulu di ke pinggir."

Kata singkirkan sampai ke telinga Suri dengan nada ofensif. Sang gadis jadinya menoleh cepat ke arah Dean, lalu melotot antagonis.

"Paw bukan barang yang perlu disingkirkan." Nada suaranya sungguh-sungguh, bagai sedang berjuang mempertahankan kedaulatan negara.

"Maksudku ... Ah, sudahlah. Cepat tidur. Minta Paw tersayangmu itu sedikiiiittt bergeser supaya kau bisa rebahan." Ketika mengatakan sedikit, jari telunjuk dan ibu jari Dean saling bertemu, memperagakan gerakan mencubit garam ala-ala Chef terkenal.

"Paw sedang nyenyak. Kalau aku geser, nanti dia terbangun."

"Lalu? Kau akan biarkan dia di sana, dan memilih tidak tidur?"

"Aku akan tidur."

Dean melipat kedua tangan di depan dada, alisnya naik sebelah. "Di mana? Di mana kau akan tidur jika tidak menggeser Paw sedikit?"

"Di sini."

Rahang Dean terasa kaku seketika. Sulit digerakkan saking terkejutnya pada keasbunan Suri yang tiada dua. Bayangkan saja, gadis itu baru saja menunjuk lantai kamarnya. Mengatakannya dengan senyum selebar telinga dan mata yang masih saja berbinar-binar bahagia.

"Kau akan tidur di lantai?"

Suri mengangguk semangat. Senyum bahagianya kini terlihat konyol di mata Dean. Suri yang sekarang, terlihat seperti remaja polos yang sedang dimabuk asmara. Rela melakukan apa saja demi sang terkasih, meski tak jarang tindakannya malah merugikan diri sendiri.

"Jangan aneh-aneh. Cepat geser Paw dan tidur. Ini sudah larut, Demi Tuhan."

"Aku akan tidur."

Mendukung kalimatnya, Suri ngeloyor menuju lemari pakaian, lalu kembali membawa kasur lantai tipis. Warnanya merah muda, sudah pudar dimakan usia. Gumpalan kapas di dalamnya pun pasti sudah tidak seempuk saat pertama kali dibeli. Lalu Suri akan tidur semalaman di atas kasur tipis itu? Apa tidak salah? Apa pinggang dan punggungnya akan baik-baik saja?

"Tolong minggir sedikit."

Dean terdorong menjauh oleh siku Suri. Detik berikutnya, sang gadis sudah sibuk menggelar kasur lantai tipis itu di tempat semula Dean berdiri. Saat hendak mengambil bantal dari kasur, tangan Suri menggantung di udara. Butuh waktu cukup lama untuknya akhirnya bisa mengambil satu bantal tanpa mengusik tidur Paw.

Dean yang melihat itu semua hanya bisa berkali-kali menghela napas jengah.

"Ya, ya, terserah."

Pada akhirnya Dean cuma bisa pasrah. Daripada Suri ngotot tidak mau tidur, lalu bangun kesiangan, lalu marah-marah. Dia juga yang pusing nanti.

"Kau," Suri sudah duduk di atas kasur lantai, menaikkan selimut sebatas paha. "Tetaplah di sini."

Dean yang sudah melangkah sampai pintu, terpaksa berhenti dan berbalik. "Kenapa?" tanyanya, dibubuh rasa curiga.

"Jaga-jaga, kalau nanti Paw terbangun dan butuh sesuatu. Paw kan tidak bisa mengeong. Aku juga kalau tidur suka tidak dengar apa-apa. Jadi, tugasmu untuk menjaga Paw."

Hantu macam apa yang tugasnya menjaga kucing, Suri?

"Dean! Kau dengar tidak, sih?"

"Ya."

Dean urung melanjutkan langkah. Balik badanlah dia, lalu menutup pintu kamar Suri perlahan. Setelahnya, Dean duduk di atas kursi meja belajar. Kaki dan kedua tangannya menghilang, punggungnya bersandar santai, tatapannya tak lepas dari sosok Paw yang tidur nyenyak di atas ranjang.

"Tidur sekarang," titahnya.

Suri mengangguk dengan senyum lebarnya. Setelah menunjukkan isyarat ok melalui jari, gadis itu merebahkan diri. Sekarang, dari posisinya, Dean tidak bisa lagi melihat sosok Suri yang menggelar kasur lantai di sisi ranjang yang lain. Dean hanya bisa mendengar embusan napasnya yang perlahan-lahan berubah teratur.

Barulah saat yakin Suri sudah tidur, Dean berpindah. Dia meninggalkan kursinya, mengendap-endap ke tempat Suri. Di sana, Suri tidur miring ke kanan, menghadap ranjang. Serela itu dia menghadapi kolong kasur, yang selama ini ditakuti, hanya demi tidak membelakangi Paw.

"Sedari dulu sampai sekarang, kau memang selalu lebih peduli pada yang lain."

Dean mengulurkan tangan, menyingkap helaian rambut Suri yang jatuh menangkup wajahnya, lalu menarik selimut sampai menutupi tubuh Suri hingga bahu. Kemudian, Dean duduk bersandar di sebelahnya. Kedua kakinya ditekuk, tangannya bertaut di antara kedua kaki tersebut. Dean tidak butuh tidur, tetapi malam itu ia ikut memejamkan mata bersama Suri.

Meski di dalam pejamnya, justru terdapat lebih banyak gambaran buruk. Potongan-potongan kejadian, detik demi detik, sebelum mobilnya oleng dihantam kendaraan lain.

Sampai sekarang pun, Dean masih mengingat dengan jelas betapa ketakutannya ia malam itu. Ia masih ingat jelas betapa frustrasinya ketika meminta pertolongan, namun tak satu pun orang mendengar teriakannya yang susah payah. Dean masih ingat dengan jelas, sebelum nyawanya dipisahkan dari tubuh, satu-satunya yang memenuhi kepalanya adalah kekasihnya; nama, wajah, aroma tubuh, segalanya.

Waktu akan memudarkan banyak hal, tetapi Dean akan mengingat segalanya tentang kekasihnya meski sudah lewat berabad-abad.

"Tapi, aku tidak ingin kau mengingatnya."

Dean tidak ingin kekasihnya mengingat bagian yang buruk. Sambil mengusahakan agar kekasihnya segera bangun, Dean harap kenangan tentang kecelakaan malam itu akan dihapus dari memori kekasihnya.

Cukup kekasihnya tahu apa yang terjadi, tanpa perlu mengingat setiap detail yang terlalu menyakitkan. Cukup kekasihnya tahu bahwa Dean pernah ada, dan menjadi seseorang yang sangat mencintainya. Tanpa mengingat betapa tragis cara Dean mati. Betapa jelek penampilannya saat dievakuasi.

Bersambung....

1
Zenun
Suri itu kekasih Dean, tapi lupa. Atau Suri ketempelan kekasih Dean
Zenun
Kasihan Dean gak tidur nanti😁
Zenun
Lah, berati yang dtemui Suri adalah milk
Zenun
apa ya kira-kira?
Zenun
Oh begindang, jadi kalu tidak boleh cuti lagi ya, Suri😁
Zenun
Suri mau ape nih?
Zenun
Nah itu dia yang ada dalam benaku
Zenun
mungkin itu petunjuk
Zenun
nama authornya Nowitsrain
Haechi
sukak kombinasi suri dean
Zenun
Dean, sesungguhnya kamu tahu apa? Coba ceritakan padaku? 😁
nowitsrain: Tau banyakkkk
total 1 replies
Zenun
Oh ternyata Gumaman Suri.. Jangan-jangan separuh yang masuk ke suri itu kekasihnya Dean
Zenun
Masa sih, ini ngomong Dean? Dean tahu darimana
nowitsrain: Dean itu...
total 1 replies
Zenun
Sekalian temenin mandi juga😁
Zenun: boleeee
total 2 replies
Zenun
Kalau tidurmu gak nyaman, Dean jadi gak nyaman
nowitsrain: Tetotttt. Kalau tidurnya nggak nyaman, nanti tantrum. Kalau tantrum, Dean pucing
total 1 replies
Zenun
Mungkin ini perbuatan kekasih Dean
nowitsrain: Hmmmm
total 1 replies
Zenun
kayanya ketiga hantu itu lagi ada misi juga dah
Zenun
Jangan diangkat Dean, biarkan dia posisinya begitu😄
Zenun
wah, jan baper, bahayul😄
Zenun
harusnya inisiatif kasih tahu duluan bang😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!