NovelToon NovelToon
Pernikahan Penuh Luka

Pernikahan Penuh Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Rima Andriyani

Aku tidak pernah percaya bahwa pernikahan bisa jadi sekejam ini. Namaku Nayla. Hidupku berubah dalam semalam saat aku dipaksa menikah dengan Reyhan Alfarezi, seorang pria dingin, keras kepala, dan kejam. Baginya, aku hanya alat balas dendam terhadap keluarga yang menghancurkan masa lalunya. Tapi bagaimana jika perlahan, di antara luka dan kemarahan, ada sesuatu yang tumbuh di antara kami? Sesuatu yang seharusnya tak boleh ada. Apakah cinta bisa muncul dari reruntuhan kebencian? Atau aku hanya sedang menipu diriku sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Tanganku gemetar. Ucapan Reyhan seperti pisau yang menyayat perlahan namun dalam. Luka yang berusaha kututup perlahan-lahan dibuka kembali, tanpa ampun.

Aku menatapnya, napasku berat dan tubuhku masih menegang. Tapi kali ini bukan karena takut. Melainkan karena aku tidak ingin tunduk lagi.

"Aku mungkin tinggal di rumahmu, Reyhan," suaraku bergetar, namun tegas. "Tapi aku bukan budakmu, aku istrimu. Dan kau tidak berhak memperlakukanku seperti ini."

Tatapan Reyhan tidak berubah. Dingin. Tak peduli.

Aku melangkah pelan ke meja kecil itu. Mengambil tasku. "Kalau kau pikir aku akan tinggal dan membiarkan diriku diinjak-injak, kau salah besar."

"Aku tidak memberimu izin keluar dari ruangan ini." Suaranya terdengar seperti perintah yang tak bisa dibantah.

Aku menoleh cepat. "Aku tidak butuh izin darimu."

Aku memutar tubuh dan berjalan ke arah pintu, tanganku sudah menggenggam kenop ketika suara Reyhan terdengar lagi, kali ini lebih keras, lebih gelap.

"Nayla!"

Aku tidak berhenti. Tidak menoleh. Aku membuka pintu dan melangkah keluar sebelum dia sempat menghentikanku lagi.

Para pegawai menoleh padaku saat aku melewati mereka dengan langkah cepat. Tapi aku tak peduli. Biarkan mereka menatap. Biarkan mereka berbisik. Aku hanya ingin keluar dari neraka itu.

Begitu keluar dari gedung, udara pagi yang sempat tertahan di dadaku akhirnya keluar dalam satu embusan panjang. Aku berhenti di trotoar, menarik napas panjang sambil memeluk tubuh sendiri.

Sakit. Hancur. Tapi juga... bebas. Meski hanya sesaat.

Aku berjalan ke arah halte terdekat, berharap bisa menenangkan diri, berpikir jernih. Tapi bahkan langkah kakiku terasa seperti ragu.

Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku mengeluarkannya dari tas. Satu pesan masuk.

Dari, Reyhan

'Kalau kau keluar dari tempat ini, konsekuensinya kau tahu sendiri.'

Aku terdiam lama. Lalu, tanpa berpikir, aku menghapus pesan itu. Tidak membalas. Tidak akan menuruti lagi ancamannya.

---

Sore harinya, aku baru tiba di rumah. Tidak ada Reyhan. Rumah sepi, hanya suara detik jam di ruang keluarga yang terdengar.

Aku masuk ke kamar, menyalakan lampu, dan melihat cermin di sudut ruangan. Di sana, ada sosok perempuan yang sudah terlalu sering berusaha kuat, terlalu sering menahan luka.

Air mataku akhirnya jatuh. Diam-diam. Tanpa suara.

Satu hari yang panjang, dan mungkin... baru awal dari semuanya.

Tapi kali ini, aku tidak akan mundur. Tidak lagi. Jika Reyhan pikir aku akan berarti, aku akan buktikan sebaliknya.

Dua harus tahu... bahwa aku bukan budaknya. Aku adalah luka yang tak bisa dia perbaiki, karena dia sendiri yang menciptakannya.

***

Pintu rumah terbuka dengan keras, membuat suara hentakan menggema di seluruh ruangan. Reyhan masuk dengan langkah lebar, jas kerjanya masih melekat rapi, tapi wajahnya, berbeda. Matanya gelap, rahangnya mengeras, dan sorot itu... sorot yang membuat udara di dalam rumah ikut membeku.

Aku yang sedang duduk di ruang tengah, segera berdiri. Jantungku berdetak kencang. Ada sesuatu yang salah. Sangat salah.

Reyhan menatapku sejenak. Mata itu masih membawa sisa emosi dari kantor. Lalu tanpa sepatah kata pun, dia berjalan menuju dapur dan mengambil sebotol air mineral, meneguknya dengan kasar.

Aku mendekat pelan, mencoba membaca situasinya. "Ada apa?"

Dia menoleh cepat. "Jangan sok peduli."

Nada suaranya tajam. Aku mundur setapak. Nafasku tercekat. Tapi aku menahan diri. Aku tak ingin memperkeruh suasana.

"Kalau kamu mau marah, marahlah... tapi jangan seperti ini."

"Aku marah karena kamu!" bentaknya. "Kamu pikir kamu masih punya harga diri setelah semua yang kamu lakukan?"

Aku terdiam. Kata-katanya seperti cambuk yang menyayat kulitku tanpa ampun.

Dia melangkah mendekat. "Kenapa kamu pergi dari ruangan tadi? Kamu malu? Atau marah karena kamu melihat wanita lain di pangkuanku?"

"Reyhan, aku istrimu..."

"Istri?" Dia tertawa sinis. "Kamu pikir status itu masih berlaku?"

Aku menunduk, menahan perih yang menggigit hati. Tapi aku tak ingin menangis. Tidak sekarang. Tidak di depannya.

"Aku cuma ingin bekerja, Reyhan. Aku cuma ingin sedikit ruang untuk diriku sendiri. Apa itu terlalu sulit?"

"Kalau kamu ingin bebas, kamu salah pilih suami." Reyhan mencengkeram lenganku dengan kuat, membuatku meringis. "Kamu milikku. Sampai kapan pun. Dan aku akan pastikan kamu tahu tempatmu."

"Tempatku? Di bawah kakimu?"

Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. "Di manapun aku ingin kamu berada."

Aku menarik napas dalam. Air mataku nyaris jatuh, tapi aku mengedip cepat. Tidak. Jangan.

Tiba-tiba, dia melepaskan cengkeramannya dan berbalik, berjalan menuju tangga.

"Besok kamu tetap kerja di ruanganku. Jangan coba-coba kabur. Kalau kamu berani, aku pastikan hidupmu lebih hancur dari yang pernah kamu bayangkan."

Langkahnya menghilang di lantai atas, menyisakan keheningan yang menusuk.

Aku terduduk di lantai, menahan isak yang akhirnya pecah juga. Tanganku gemetar. Hatiku hancur. Tapi aku tahu… aku tidak boleh terus seperti ini.

Jika ini awal dari semua penderitaan, maka aku harus menemukan jalan keluar.

Apa pun caranya.

Ponselku berdering pelan di atas meja. Layar menunjukkan nama Mama. Jantungku langsung berdegup tak karuan. Sudah lewat jam sembilan malam, Mama jarang menelepon selarut ini.

Aku segera menjawab.

"Halo, Ma?"

"Nayla..." suara Mama bergetar, panik. "Kamu lagi di mana sekarang, Nak?"

"Aku di rumah. Kenapa, Ma?" tanyaku cepat, tubuhku langsung menegang.

"Nayla... barusan ada beberapa orang datang ke restoran. Mereka, mereka merusak semuanya. Meja dibalik, kaca depan dipecahkan. Papa kamu hampir dipukul kalau tidak cepat lari ke dapur. Semua karyawan panik."

"Apa?! Siapa yang—"

"Aku tahu kamu tidak akan suka mendengar ini..." Mama terisak. "Tapi Mama yakin pasti Reyhan yang melakukannya."

Aku terdiam. Rahangku mengatup erat.

Tentu saja itu Reyhan. Dia satu-satunya yang cukup kejam dan punya kuasa untuk melakukan hal ini… hanya untuk menghukumku.

"Nayla..." Mama melanjutkan dengan suara lemah, "Mama mohon... jangan melawan dia. Apapun yang Reyhan minta, kamu turuti saja dulu. Jangan buat dia semakin marah."

"Tapi Ma... dia tidak bisa terus-terusan mempermainkan hidupku begini. Dia nyakitin aku... nyakitin kita…"

"Kami bisa tahan sedikit. Tapi kamu tidak akan kuat kalau dia benar-benar marah, Nak. Reyhan bisa menghancurkan kita semua. Kamu tahu itu. Kamu tahu dia punya kekuatan itu."

Aku mengusap wajahku yang basah oleh air mata.

"Ma… aku lelah… aku tidak sanggup terus hidup begini…"

Mama terdiam sejenak, lalu suaranya pelan, lirih, hampir seperti doa, "Sabar ya, Nak. Mama tahu kamu kuat. Tapi untuk sekarang… lindungi Papa kamu dulu. Lindungi kita semua."

Telepon terputus, menyisakan sunyi yang menyesakkan.

Aku duduk lemas di lantai, mataku menerawang kosong. Reyhan sudah menyerang keluargaku. Dan itu baru permulaan.

Aku sadar… selama aku tetap mencoba menolak, dia akan terus melibatkan orang-orang yang kucintai. Dan sekarang, aku tak punya pilihan lain.

Aku harus tunduk.

Demi Mama.

Demi Papa.

Demi menjaga sisa-sisa yang belum hancur dari hidupku.

Tapi sampai kapan aku bisa terus bertahan… tanpa benar-benar kehilangan diriku sendiri?

1
Hendri Yani
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!