Menikah dulu... Cinta belakangan...
Apakah ini cinta? Atau hanya kebutuhan?
Rasa sakit dan kecewa yang Rea Ravena rasakan terhadap kekasihnya justru membuat ia memilih untuk menerima lamaran dari seorang pria buta yang memiliki usia jauh lebih tua darinya.
Kai Rylan. Pria buta yang menjadi target dari keserakahan Alec Maverick, pria yang menjadi kekasih Rea.
Kebenaran tanpa sengaja yang Rea dengar bahwa Kai adalah paman dari Alec, serta rencana yang Alec susun untuk Kai, membuat Rea menerima lamaran itu untuk membalik keadaan.
Disaat Rea menganggap pernikahan itu hanyalah sebuah kebutuhan hatinya untuk menyembuhkan luka, Kai justru mengikis luka itu dengan cinta yang Kai miliki, hingga rahasia di balik pernikahan itu terungkap.
Bisakah Rea mencintai Kai? Akankah pernikahan itu bertahan ketika rahasia itu terungkap? Apa yang akan terjadi jika Alec tidak melepaskan Rea begitu saja, dan ingin menarik Rea kembali?
Ikuti kisah mereka....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Konflik Batin
Keheningan menyelimuti tiap langkah Kai dan Jim dalam perjalanan mereka menuju ruang kerja yang berada di lantai atas. Keduanya bahkan masih tetap diam setelah mereka berada di dalam ruang kerja yang sengaja Jim kunci untuk berjaga-jaga.
Apa yang mereka lihat beberapa saat lalu tidak bisa mereka singkirkan dari pikiran. Untuk pertama kalinya, mereka melihat sisi lain dari Rea yang tidak pernah mereka berdua lihat sejak mengenal sosok wanita muda itu.
Beberapa saat lalu, mereka tiba di lokasi di mana Rea berada tepat saat Alec menarik paksa Rea agar masuk ke dalam mobil pria itu. Jim bersiap keluar dari mobil untuk membantu, tetapi urung saat dirinya justru dikejutkan dengan bagaimana gerakan cepat Rea dalam mengunci Alec.
Keterkejutannya bertambah saat ia mendengar sendiri apa yang Rea ucapkan melalui earphone yang masih terpasang di telinganya. Kejelasan suara Rea yang terdengar membuat ia berkesimpulan bahwa ponsel Rea berada di saku celana yang wanita itu kenakan.
"Jiu-Jitsu?"
Jim bergumam pelan dengan mata melebar, tetapi cukup untuk didengar Kai yang duduk di sampingnya.
Pandangan Jim kini terkunci pada Rea. Cara bagaimana wanita itu mengunci Alec hanya mempertegas bahwa Rea bukanlah amatir. Terutama beladiri Jiu-Jitsu terkenal dengan kuncian yang sulit untuk dipatahkan jika sudah menguasai bagian dasarnya yang bahkan bisa dilakukan oleh seseorang yang memiliki tubuh lebih kecil dari lawan seperti Rea.
Semua percakapan Rea dan Alec pun terdengar di telinga keduanya. Bagaimana Rea merobek kertas yang mereka berdua ketahui sebagai surat perjanjian yang pernah mereka baca tanpa sepengetahuan Rea seakan ingin menekankan bahwa kali ini Rea tidak lagi berada di jalan yang sama dengan Alec.
"Bukankah istriku layak untuk mendapatkan kesempatan kedua, Jim?" Kai bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari istrinya, tersenyum tipis dengan kelegaan yang terpancar dari sorot matanya.
"Kesempatan kedua?" ulang Jim mengerutkan kening, segera menoleh ke arah atasannya.
"Jangan bercanda, Tuan! Anda sudah berulang kali memberikan Nyonya kesempatan, tetapi Nyonya tetap saja memanfaatkan Anda untuk terus memberikan suntikan dana dan berakhir rugi,"
"Tapi, dia tidak meminta apapun setelah kami menikah," sanggah Kai.
"Nyonya hanya belum menunjukkan wajah aslinya,' sahut Jim.
"Kemungkinan Nyonya ingin membuat Anda lengah dengan cara membuat Anda merasa lega bisa saja terjadi, Tuan," lanjutnya.
Kai hanya menghembuskan napas panjang. Ia sadar, apa yang Jim katakan tetap bisa menjadi kemungkinan yang bisa terjadi.
"Kalau begitu, kita lihat sampai acara pertemuan bisnis nanti. Apakah istriku akan membantu Alec atau akan tetap berada di sisiku. Semua akan terjawab di sana,"
Tepat setelah Kai menyelesaikan kalimatnya, saat itu jugalah mereka berdua melihat Rea berbalik pergi meninggalkan Alec serta bagaimana Alec meraih tangan Rea sekaligus menariknya hingga membuat tubuh Rea jatuh ke dalam pelukan Alec.
Namun, bagaimana Rea bereaksi justru membuat mereka berdua tercengang.
Ketika Alec melingkarkan satu tangannya di pinggang Rea dan mendekatkan wajah dengan tujuan ingin mencium bibir Rea. Lutut wanita itu bergerak ke atas dengan kecepatan yang tidak terpikirkan siapa pun. Hal terakhir yang Kai dengar dan lihat hanyalah Alec membungkuk sembari memegangi bagian intinya disertai suara erangan kesakitan.
Jim bahkan reflek merapatkan kakinya saat melihat apa yang baru saja terjadi dengan wajah pucat.
"Kita kembali!" Kai berkata tanpa ekspresi.
Jim mengangguk tanpa bantahan, segera menjalankan mobilnya untuk kembali ke mansion dan di sinilah mereka berdua saat ini. Duduk tanpa suara di ruang kerja Kai dengan ingatan yang masih segar tentang apa yang Rea lakukan. Setelah beberapa saat mereka hanya saling diam, Jim pamit meninggalkan mansion untuk mengurus pekerjaan lain yang tidak bisa ia abaikan.
Sementara Kai tetap bertahan di dalam ruang kerjanya lebih lama walaupun ia sudah mendengar dari pelayan bahwa Rea sudah kembali sesuai dengan apa yang dijanjikan wanita itu. Kembali sebelum gelap.
Meski demikian, Kai menahan diri untuk tidak segera keluar dari ruang kerjanya, duduk menunggu sampai di waktu yang ia tentukan untuk keluar.
.
.
.
"Lebih baik kau temui Alec sekarang! Dia akan mencari solusi lain sebelum si buta itu menyentuhmu,"
Kalimat yang kakaknya ucapkan tak bisa Rea lupakan begitu saja. Bahkan, meski dirinya sudah tiba di mansion dan masuk ke dalam kamar beberapa menit lalu, kalimat itu seakan masih terdengar begitu jelas di telinganya seakan ia masih berhadapan dengan sang kakak.
Rea duduk di lantai kamar, melipat kedua kakinya untuk menyembunyikan wajah di lutut dengan punggung menyentuh tepi tempat tidur. Kembali menangis tanpa suara.
Sosok kakak yang dulu sangat menyanyangi dirinya, kini untuk pertama kali ia melihat tangan sang kakak hampir menyakiti dirinya.
Entah sejak kapan Rea tidak menyadarinya, sosok Ryan berubah. Tak lagi peduli padanya, berulang kali menggunakan kata-kata kasar, dan sekarang hampir melayangkan pukulan jika ibunya tidak menghalangi. Sosok Ryan berubah menjadi penuh ambisi.
'Ceklek...'
Wajah Rea terangkat kala mendengar suara pintu kamar dibuka, tangannya bergerak cepat menghapus air mata yang membasahi pipinya menyadari siapa yang masuk ke kamar tanpa mengetuk.
Rea diam, tak segera berdiri melihat suaminya melangkah masuk dengan tongkat penuntun di genggaman tanpa ditemani Jim, detik berikutnya ia tersadar, hari sudah berganti sore.
'Apakah itu artinya Jim sudah pergi untuk pulang atau justru mengurus pekerjaan?' pikir Rea.
Kai tetap melangkah dengan tenang, bersikap seolah ia tidak tahu bahwa istrinya ada di dalam kamar. Meski dalam hatinya ia sangat ingin menghampiri istrinya sekaligus bertanya mengapa istrinya duduk di lantai dengan wajah sembab, tetapi ia menahan diri.
Namun tiba-tiba, dalam benaknya terlintas untuk melakukan sesuatu. Dengan langkah pasti, Kai membawa langkahnya menuju kamar mandi, meletakkan tongkat penuntun yang ada di tangannya ke samping pintu kamar mandi.
Kai menyeringai tipis, tidak mendengar suara apapun saat ia melepaskan t-shirt yang ia kenakan. Hingga, saat ia akan menurunkan celana panjangnya, saat itu jugalah Rea bereaksi.
"Paman! Stop!"
. . . .
. . . .
To be continued...
dia mungkin akan menukar dokumen palsu untuk diberikan pada freya