NovelToon NovelToon
Pesona Dokter Duda Anak Satu

Pesona Dokter Duda Anak Satu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: My Starlight

"Itu hukuman buat kamu! Jangan sampai kau melanggar lagi aturan sudah yang aku buat. Kalau tidak …." Kalimatnya menggantung.

"Kalau tidak apa, Kak?" tanya Lyana mulai berani.

"Sesuatu yang lebih buruk dari ini akan terjadi." Anggara berlalu dari hadapan Lyana. Aliran darahnya mulai memanas.

"Hah, sesuatu yang buruk? Bahkan kakak sudah mencuri ciuman pertamaku, menyebalkan." Kini giliran Lyana yang marah. Dia membuka dan menutup pintu kamar dengan keras. Sirkuasi udara di dalam kamar seolah berhenti seketika.

"Ciuman Pertama? Hah, pandai sekali dia berbohong."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Starlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Minggu Ceria

Kembali lagi ke meja makan.

Dua manusia itu seolah mengulangi hari pernikahanya lagi dengan suasana yang berbeda.

Anggap saja, sekarang mereka seperti pengantin baru.

"Mau pakai sambal enggak kak?" tanya Lyana pelan.

"Boleh. " jawab Anggara singkat.

Selang beberapa menit Reno keluar dari kamarnya, yang dlihat pertama kali jelas Lyana. Reno langsung berlari menghampiri Lyana dan memeluknya. Lyana mengusap lembut rambut Reno . Menuntun anak kecil itu duduk di kursi makannya.

"Ayah, kenapa duduk di situ? itu kan tempat duduk Reno. " kalimat yang pertama kali Reno ucapkan dengan wajah cemberut.

"Ah iya. Ya sudah sini tukeran. " Anggara menggeser piring makanya ke depan. Sekarang sudah duduk di hadapan Lyana.

"Kamu udah sembuh sayang?" Lyana membantu Reno duduk di di sebelahnya. Kursi makan itu masih terlalu tinggi untuk seusia Reno.

"Udah dong tante. " Reno tersenyum senang.

Suasana di meja makan itu sekarang lebih normal dari biasanya. Kegelisahan Bi Nina semalam tak ada artinya, dari kejauhan dia pun tersenyum senang.

Kembali ke rutinitas masing-masing.

Hari ini Anggara ada wawancara dengan salah satu Stasiun Televisi ternama. Katanya si mau membahas perihal vaksin TBC yang sedang viral karena di danai oleh pengusaha paling kaya dari negara berkuasa.

"Bekerja samalah denganku super hero. Kita selamatkan manusia penduduk bumi." Ngeng , reno menggerakan robot itu kesana kemari. Namun tiba-tiba berhenti karena melihat sosok yang dia kenal di layar berukuran 32 inch itu.

"Wah ... ada Ayah."

"Tante lyly, Bi Nina sini Ayah masuk TV." Reno berteriak girang. Sementara Lyana yang sedang memberi arahan kepada tim produksinya melalui sambungan telepon itu terdiam. Anggara duduk berhadapan dengan pembawa berita Liputan siang XXTV. Memberikan tanggapanya mengenai Vaksin TBC yang sekarang beredar adalah kelinci percobaan si pengusaha kaya itu.

"Kalau lagi mode kerja gini kenapa tampan sekali. " gumam Lyana pelan.

"Lihat, kenapa suka sekali Dia menggulung kemeja nya begitu. Mau pamer apa?otot tanganya itu. Eh Dia pamer cincin." Anggara memilin cincin berwarna silver itu di jarinya sambil mendengar pendapat pembawa berita itu. Sekarang tengkuk Lyana yang merinding. Beberapa adegan semalam bersliweran di kepalanya.

"Kak, gimana? Bagian lengan mau pakai pake karet saja atau kancing," Suara Tika mengehentikan adegan yang sedang berputar di kepalanya.

"Eh Iya maaf Tik, tadi ngomong apa?."

"Ih Kak Lyly pagi-pagi udah melamun. Tadi Tika bilang mau pake karet atau kancing." Tika menjelaskan detail pekerjaanya dengan Lyana.

Tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Jam di dinding sekarang menujukan pukul empat sore. Lyana menutup Laptop dan merapihkan beberapa buku di meja kerjanya. Salah satu ruangan di dalam rumah itu adalah milik Lyana untuk membesarkan Brand Naurah. Anggara sengaja membuat Lyana bisa tetap produktif walaupun berada di dalam rumah .

"Mandi, dan bersiaplah sebentar lagi aku pulang."Begitu isi chat Anggara.

"Baik kak." Baru saja selesai dia mengetik panggilan video muncul dari Anggara.

"Kenapa lama sekali membalas pesanku." Langsung nyerocos.

"Baru mau aku kirim Kak Gara memanggil." Lyana cemberut.

" Jangan cemberut, sebentar lagi aku pulang." Anggara memperlihatkan wajahnya sambil menggeser kamera menunjukan dia sudah dijalan pulang.

" Ya sudah aku mandi dulu kak." Lyana menekan tombol merah pada layar ponselnya dan segera bersiap.

"Hah. makin berani kamu sekarang Ly. Awas saja sampai rumah belum siap." Anggara menyugar rambutnya kebelakang dan siap mengemudi. Dua puluh menit jarak yang harus Anggara tempuh untuk sampai ke rumahnya namun di pangkas menjadi Lima belas menit. Beruntung jalanan belum seramai kaya bisasanya. Anggara bisa menambahkan kecepatan mengemudinya tak sabar ingin bertemu Lyana.

Bukanya langsung masuk kamar mandi Lyana justru berdiri di atas balkon sambil mengihirup udara segar. Menikmati suara lirih angin menerpa pepohonan. Dari balkon itu Lyana bisa melihat taman dengan rumput hijaunya dan beberapa pohon buah yang menjulang tinggi menutupi kolam ikan dalam pandangan Lyana yang melihat semua itu dari atas tempatnya berada. Semilir angin menyapu beberapa helai rambut Lyana sehingga menutupi sebagian wajahnya. Suara deru kendaraan terdengar memasuki halaman rumah.

"Aaa Kak Gara udah pulang! Cepat sekali sampainya. "

Lyana berlari menuju kamar mandi. Membuka baju dan mengguyur seluruh badanya dengan shower. Seketika aroma sabun mewangi memenuhi udara di kamar mandi itu.

"Harumnya.." Lyana mencium tanganya sendiri yang di penuhi banyak busa.

Namun tiba-tiba suara knop pintu terdengar. Klik ! Anggara sudah berada di kamar. Gemercik air terdengar dari tempatnya dia membuka kancing atas kemeja yang Dia kenakan.

Seringgai muncul di bibirnya. Lyana yang baru keluar dari kamar mandi itu terkejut, Anggara sudah menyambutnya di di depan pintu. Deg. Handuk diatas kepalanya terjatuh.

"Kak Gara !" Lyana masih sempat mengambil handuk yang tadi terjatuh.

"Lyana Putri Hardianto ! kau mau menggodaku?" Anggara berjalan cepat ke arah Lyana sambil melepaskan dasi berwarna Navy itu. Membuang ke sisi kanan Anggara, sesaat kemudian tanganya beralih menarik leher jenjang Lyana dan menciumya tepat di bawah telinga.

"Kak ." Lyana merinding sebadan-badan. Puas menciumi lehernya kini beralih melumat habis bibir kecil Lyana. Nafas keduanya tesengal, Anggara menginginkan lebih.

.

.

.

.

Jangan lupa like dan follow ya teman-teman. Terimakasih.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!