Soul-verse Beast adalah sebuah game MMORPG yg populer tidak hanya gamenya yang asik,tapi juga game ini memberikan akses kesempatan bagi para player untuk bermain secara realtime!
Soul-verse Beast,game yg berusia 2 tahun mengguncang dunia karena setiap update patch 2 bulan sekali,mereka melakukan pemilihan bagi semua player yg beruntung dapat bermain game Soul-verse Beast secara realtime. Dan pemeran utama dalam cerita ini Wazeng dan Vogaz,mendapatkan keberuntungan itu!
perjalanan dimulai apa saja yang akan mereka lakukan disana? dan apa mereka akan mendapatkan kehidupan yg lebih berwarna dalam dunia game? ikuti cerita mereka menjelajah dunia Soul-verse Beast!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MoonShape, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Keputusan
...----------------...
...(Malam benar-benar jatuh. Langit mendung tanpa bulan. Angin dingin membawa aroma tanah basah dan darah kering.)...
...(Langkah kaki Wazeng dan Vogaz menjejak tanah lembut hutan.)...
(Vogaz menggendong Hazuki yang pingsan dengan wajah pucat dan napas pendek.Dan Wazeng menggendong tubuh Eimi yg kelelahan di punggungnya.)
(Di depan, tenda base darurat mereka menjadi satu-satunya tempat hidup yang tersisa dalam dunia yang dingin ini. Tak besar, tapi cukup.)
(Vogaz menurunkan Hazuki perlahan di atas kumpulan rerumputan di sisi kiri tenda, Wazeng membaringkan Eimi di seberangnya, menyelimutinya dengan jubahnya.)
(Wazeng menatap api unggun kecil di luar yang mulai menyala lagi. Semuanya terasa lambat. Sunyi. Tapi... berat. Berat sekali.)
Vogaz: “Menurutmu... dia akan bertahan?”
(Wazeng menatap Hazuki yang tertidur dengan luka di tangannya): “Tubuhnya akan pulih. Tapi jiwanya...”
(diam sejenak)
“...tergantung apa yang dia putuskan saat bangun nanti.”
(Vogaz menoleh pada Wazeng): “Kalau dia ingin pergi, apa kamu akan izinkan?”
Wazeng: “Kalau dia pergi karena ingin lari... aku akan menahannya. Tapi, kalau dia pergi utk melanjutkan perjalanan... aku akan akan berada di sisinya.”
(diam)
“Dan kalau dia ingin tinggal… kita jaga dia.”
(Angin berhembus perlahan masuk ke sela tenda. Daun-daun kering meluncur masuk seperti menyampaikan pesan alam.)
(Hazuki bergerak pelan. Nafasnya masih berat, wajahnya yang sempat pucat kini mulai ada rona kemerahan)
(Wazeng menyentuh dahinya lembut, mengecek suhu tubuhnya.)
(Wazeng berbisik pelan): “…Beristirahatlah. Besok... kalau kau masih ingin bertarung, maka aku akan bertarung di sisimu. Tapi kalau tidak... setidaknya kau tidak sendiri.”
(Wazeng duduk di dekat Hazuki, berjaga. tapi tatapannya… lebih dari sekadar rasa kasihan.;Ada penghargaan. Ada kekaguman.): “Gadis ini... bukan lemah. Dia hanya kehilangan sesuatu yang terlalu besar dalam waktu yang terlalu cepat."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...(Api unggun kecil di luar tenda masih menyala. Bara merahnya menyala pelan seperti napas yang hampir habis. Di dalam tenda, Eimi dan Hazuki tidur lelap. Tapi di luar… dua orang sahabat masih terjaga.)...
(Vogaz duduk bersandar pada batang pohon besar, kaki lurus, dengan belati di pangkuannya, menyilangkan tangan di dada.)
(Wazeng duduk di seberangnya, menatap langit gelap, yg mulai memperlihatkan satu dua bintang.)
Vogaz: “Dulu aku pikir sistem game cuma alat. Tapi sekarang... rasanya sistem ini hidup."
(Vogaz melanjutkan) : “Zeng…”
(Wazeng menoleh sedikit, tak menjawab. Menunggu lanjutan.)
(Vogaz menatap langit): “Setelah semua yang kita lihat di dungeon tadi..Kalau sistem itu ternyata bukanlah sebuah bug, tapi benar-benar kebohongan yg menjebak—”
(Ia diam sejenak. Lalu menatap lurus ke arah Wazeng di depan dengan tatapan serius.)
“...Apa kau akan melawannya?”
(Wazeng terdiam. Ia menatap ke arah bintang yang bersinar sayu di balik dedaunan.)
Wazeng: :“Game seharusnya adil. Kalau kau kalah, itu karena kau lemah, Kalau kau mati, itu karena kau gagal. Tapi itu harus jujur.”
(Ia mengepalkan tangannya.)
“Tapi yang terjadi di sana bukan soal kalah…Itu jebakan. Sistemnya menutup mata. Dan... membiarkan kita masuk ke kandang pembantaian.”
Vogaz :“Jadi, kau akan melawannya?”
(Wazeng terdiam... Ia perlahan melepaskan kepalan tangannya) : “Mungkin...tidak.”
(Sunyi sejenak. Tapi ada percikan api yang meletik di udara malam.)
(Wazeng melanjutkan): “Kalau sistem ini hidup...maka kita bisa mengubahnya tanpa harus melawannya"
(Vogaz menyeringai, menatap langit malam)
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
Vogaz: “Apa kau pikir… semua ini bagian dari ujian? Kayak sistem menyaring siapa yang ‘pantas’ melangkah lebih jauh?”
Wazeng: “Mungkin. Ini arena, dan kita... tikus eksperimen. Juga,..ini mungkin terdengar kejam tapi... Diantara tim lama Hazuki sepertinya hanya Hazuki-lah yg terkuat"
(Vogaz tertawa pelan membuka Tab hologram dan melihat ikon "+" dalam tim mereka lalu menatap Wazeng.)
(Wazeng tertawa pelan mengerti dengan maksud Vogaz dan memandang ke dalam tenda. Pandangannya jatuh ke wajah Hazuki yang tidur tanpa ekspresi. Tapi damai.)
Wazeng : “Dia kehilangan seluruh timnya… jadi ini mungkin kesempatan kita. Dan besok… dia harus bangun dan memilih: percaya atau menyerah.”
(Hening beberapa menit, percikkan bara yg terdengar.)
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
(Wazeng berbaring) : "Tidurlah, besok akan menjadi penentu kemajuan tim kita,Kage no Hikari"
(Vogaz meluruskan kakinya, menguap pelan. Api unggun yang tadi menyala kini hanya meninggalkan abu dan bara nyaris mati.)
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...(Cahaya pagi menembus kain tenda. Embun masih menggantung di ujung dedaunan.)...
(Di dalam tenda, Eimi sudah bangun lebih dulu. Ia duduk diam di sudut, memandangi Hazuki yang masih terbaring.)
(Wazeng membuka tenda dari luar pelan, dan hanya memberi isyarat pada Eimi untuk keluar sebentar. Eimi mengangguk pelan dan keluar tanpa suara.)
(Hazuki membuka matanya perlahan. Pandangannya masih kabur, tapi ia tahu siapa yang duduk di sampingnya. Wazeng. Diam. Tapi hadir.)
(Hazuki dengan lemah dan suara serak): “…Aku… masih hidup?”
Wazeng : “Ya. Kau masih di sini.”
(Hazuki terdiam beberapa detik, lalu memalingkan wajahnya ke arah kain tenda.)
Hazuki : “…Kenapa kau tidak biarkan aku mati saja waktu itu?”
Wazeng: “Karena kalau kau mati... siapa yang akan mengingat nama teman-temanmu?”
(Hazuki menggigit bibir. Air matanya kembali menggenang, tapi tak jatuh.)
(Wazeng melanjutkan): “Dunia ini... mungkin menghapus akun mereka. Tapi bukan ingatan kita. Dan itulah sebabnya kau harus bertahan.”
(Hazuki mengepalkan kain panjang yang menyelimuti tubuhnya. Bahunya bergetar pelan)
(Wazeng menarik napas sejenak. Suaranya sedikit lebih tegas.): “Langsung ke intinya, aku sedang membentuk tim. Kami... sedang dalam pencarian 12 Fragment Beast. Sebuah misi yang diumumkan secara publik melalui inbox mail game... Kami butuh empat orang utk berpartisipasi.”
(Hazuki perlahan menoleh ke arahnya. Matanya masih merah, tapi ada sedikit cahaya yang mulai kembali.)
Wazeng: “Bukan cuma untuk kekuatan. Tapi untuk keseimbangan jiwa...Kami bisa jadi keluarga baru untukmu,...kalau kau bersedia membuka sedikit ruang di hatimu.”
...----------------...
...(Sunyi. Hanya ada suara angin yang masuk melalui celah tenda.)...
...----------------...
...----------------...
(Wazeng menatap langsung ke mata Hazuki. Bukan memaksa, tapi tulus.)
(Hazuki dengan suaranya yg bergetar): “Aku... tidak tahu apakah aku pantas... Aku gagal menjaga mereka...Bagaimana bisa aku menjaga kalian?”
(Wazeng senyum tipis): “Kau tidak harus menjaga kami... Kau hanya perlu berjalan bersama kami.”
(Air mata Hazuki akhirnya jatuh lagi. Tapi kali ini... bukan histeris...Ini adalah tangis dari seseorang yang mungkin mulai percaya, bahwa luka tak selamanya membusuk.)
(Hazuki perlahan mengangkat tubuhnya utk duduk): “…Kalau kalian tidak keberatan dengan orang seburuk aku..aku... akan ikut.”
(Wazeng hanya mengangguk pelan,lalu membuka Tab hologram dan melakukan invite tim pada Hazuki)
(Hazuki tersenyum lemah, dan membuka Tab Hologramnya)
...INVITE TEAM FROM WAZENG...
...[ACCEPT/REJECT]...
(Jari Hazuki nyaris bergerak menyentuh tombol 'ACCEPT'... namun tiba-tiba—)
...[SYSTEM NOTICE]...
...“You are currently a member of: ENRYU TEAM...
...To join a new party, you must leave your current team."...
...LEAVE FROM “ENRYU TEAM”?...
...(This action is permanent)...
...[Y] / [N]...
(Hazuki melotot kecil. Tangannya gemetar. Layar itu memantulkan wajahnya sendiri—mata yang sudah berkaca-kaca, bibir yang menggigit pelan.)
(Hazuki berbisik nyaris tak terdengar): “…Maafkan aku…Kakak...”
(Air mata jatuh diam-diam. Tapi kali ini, bukan karena kelemahan...Melainkan karena keputusan. Karena perpisahan yang perlu dilakukan.)
...----------------...
(Tangannya bergerak. Jelas. Tegas. Menekan tombol...)
[Y] – Leave from Enryu Team
...[SYSTEM]...
...“You have left: Enryu Team”...
...“All previous logs and battle have been removed.”...
...----------------...
...[SYSTEM]...
...“You are now a member of: KAGE NO HIKARI...
(Hazuki menatap layar itu. Nafasnya berat. Tangan masih gemetar. Tapi bibirnya untuk pertama kalinya sejak hari itu, melengkung membentuk senyum kecil.)
(Hazuki berbisik pelan pada dirinya sendiri): “…Terima kasih, Enryu...Sekarang… aku akan melangkah.”
Wazeng: “Kalau begitu..Selamat datang di Kage no Hikari, Hazuki.”
(Di luar tenda, Eimi dan Vogaz yang diam-diam mendengar dari luar… saling pandang, lalu tersenyum kecil.)
...----------------...
...(Di langit… seekor burung putih melintas perlahan. Seolah langit pun ikut menyaksikan bergabungnya satu jiwa baru dalam tim yang tak akan pernah sama lagi.)...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...TIM KAGE NO HIKARI (4/4)...
...Wazeng...
...Vogaz...
...Eimi...
...Hazuki...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...Requirement to participate in Fragment Beast Quest : Team [4/4] ☑...
...----------------...
...----------------...
...----------------...