NovelToon NovelToon
CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Office Romance / Mantan / Tamat
Popularitas:163.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Nadira tak pernah menyangka bekerja di perusahaan besar justru mempertemukannya kembali dengan lelaki yang pernah menjadi suaminya tujuh tahun lalu.

Ardan, kini seorang CEO dingin yang disegani. Pernikahan muda mereka dulu kandas karena kesalahpahaman, dan perpisahan itu menyisakan luka yang dalam. Kini, takdir mempertemukan keduanya sebagai Bos dan Sekretaris. Dengan dinginnya sikap Ardan, mampukah kembali menyatukan hati mereka.

Ataukah cinta lama itu benar-benar harus terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter — 30.

Dengan langkah mantap, Damar mengambil tempat di kursi kosong dekat dengan Nyonya Rarasati. Ia menurunkan kacamata hitam yang semula bertengger di atas kepala, lalu memakainya untuk menyembunyikan sorot matanya.

“Cih, ngapain dia ada di sini?” gumam Nyonya Rarasati cukup keras, jelas terdengar oleh Damar.

“Kolam ini tempat umum, siapa pun boleh datang. Kalau kamu nggak suka, silakan pergi,” balas Damar datar. Padahal, jauh di dalam hatinya ia justru berharap wanita itu tidak benar-benar pergi.

Dan benar saja, Nyonya Rarasati tetap di tempatnya.

Ia malah menatap Damar dengan sikap menantang. “Aku datang duluan, kenapa harus aku yang pergi? Nggak semudah itu…”

Lalu dengan tenang Nyonya Rarasati melepas jubah mandinya, pakaian renang panjang menempel di tubuhnya. Tidak terlalu terbuka, tapi tetap memperlihatkan lekuk tubuh yang terawat meski usianya sudah matang.

Dari balik kacamata, pandangan Damar sedikit bergetar. Ingatannya melayang pada masa lalu, saat hubungan mereka begitu sederhana. Meksi hanya berpegangan tangan, tapi sesekali mereka berpelukan.

“Kamu udah tua, nggak malu pakai begituan?” ucap Damar sengaja menyindir, meski alasan sebenarnya ia tidak suka melihat beberapa pria di sekitar kolam menoleh ke arah wanita itu.

Bukannya tersinggung, Nyonya Rarasati justru tersenyum menyeringai.

“Tubuhku masih terawat, setelah melahirkan... aku tahu cara merawat diri. Lagi pula, aku pakai begini bukan buat dipuji atau dikomentari orang lain. Aku nyaman jadi diriku sendiri. Buatku... umur bukan halangan untuk mengekspresikan diri. Yang penting, hatiku nggak busuk.”

Kata-kata Nyonya Rarasati itu membuat Damar tercekat. Ia menoleh sekilas, lalu kembali memalingkan wajah seolah tak peduli. Namun di balik kacamata hitamnya, sorot mata itu jelas bergetar.

“Kau benar-benar makin pintar bicara," gumam Damar pelan.

“Daripada kau, lucu sekali,” Nyonya Rarasati mencondongkan tubuh, menatap pria itu dengan alis terangkat. “Kau seolah-olah membenciku, tapi kenapa saat melihatku disini... kau nggak pergi? Kenapa kamu malah memilih duduk di dekatku?”

Pertanyaan itu membuat Damar terdiam. Sekilas ia menoleh kembali, menatap Nyonya Rarasati dari balik kacamatanya.

Nyonya Rarasati menyandarkan tubuhnya ke kursi, menutup mata sejenak. “Aku tahu… kita berpisah dengan luka. Tapi percayalah, aku tidak pernah menjalani hidup mudah setelah meninggalkan mu. Hidupku jauh lebih berat daripada yang kamu kira. Dan sampai sekarang, aku pun masih mempertanyakan... apa keputusan itu benar? Atau justru kebodohan terbesarku.”

Mengingat suaminya yang mati dengan mengakhiri hidupnya sendiri, Nyonya Rarasati masih menyimpan kesedihan sekaligus kekecewaan. Suaminya meninggalkan nya dengan hutang-hutang, tanpa memikirkan dampak untuknya.

Damar menghela napas panjang, suaranya rendah dan bergetar. “Kamu bilang dulu aku yang mengkhianatimu… itu artinya aku yang salah. Tapi sampai sekarang aku masih belum mengerti, apa aku pernah benar-benar melakukan itu? Atau cuma kesalahpahaman? Karena jujur saja… aku nggak pernah merasa bersalah. Aku hanya merasa, ditinggalkan olehmu.”

Mata Nyonya Rarasati terbuka lebar, tatapannya menajam. “Jadi menurutmu aku sengaja meninggalkanmu tanpa alasan jelas? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu bersama perempuan itu masuk ke dalam hotel berdua. Kalau itu bukan pengkhianatan, lalu apa?”

Damar menoleh cepat, wajahnya terkejut. “Perempuan itu? Siapa maksudmu?”

“Jangan pura-pura bodoh!” Suara Nyonya Rarasati meninggi, membuat beberapa orang di sekitar kolam kembali melirik. “Wanita itu selalu tergila-gila padamu, dia selalu mendekatimu meskipun dia tau kita sepasang kekasih. Malam itu… aku hancur melihatmu bersamanya.“

Damar mematung. Ingatannya berputar cepat, mencari-cari peristiwa yang dimaksud. Dan tiba-tiba… sesuatu menyambar ingatannya.

"Maksudmu, Medina?"

Nyonya Rarasati terdiam, seakan membenarkan.

“Kalau kamu benar-benar percaya pada cintaku waktu itu, kenapa kamu nggak bertanya? Kenapa kamu memilih percaya pada apa yang matamu lihat, bukan pada hatimu?” suara Damar merendah, tapi justru semakin menusuk. “Rara... semua itu hanya salah paham!"

Nyonya Rarasati hanya menarik nafas dalam-dalam, "Aku tidak perduli itu salah paham atau tidak, tapi harusnya... kau menjauh darinya saat kau tau dia menyukaimu. Seharusnya, kau tak pernah memberikan kesempatan ataupun harapan pada wanita lain untuk berada dekat denganmu.“

Damar menunduk, rahangnya mengeras. Namun, kini ia tahu akar masalah dari perpisahan mereka.

Ternyata... kesalahpahaman itu sudah menghancurkan kita berdua, Ra.

Keheningan panjang membungkus mereka. Hanya suara air kolam dan tawa beberapa pengunjung kolam yang terdengar. Dua hati yang dulu saling mencintai, kini duduk berdampingan lagi setelah puluhan tahun dengan luka yang baru saja terkuak.

“Ngomong-ngomong, bukankah akhirnya kau menikahinya juga? Meski ada kesalahpahaman di antara kita, fakta bahwa kini kau jadi suaminya… sudah cukup menjelaskan banyak hal.” Nyonya Rarasati tersenyum kecut, ia sudah memberi perintah pada Wirya untuk menyelidiki kehidupan Damar lebih jauh.

Mata Damar menyipit tajam. Ia tidak bisa menyangkal, pada akhirnya memang dirinya menikah dengan Medina. Tapi itu bukan karena cinta, melainkan karena saat itu ia tidak punya pilihan lain.

Nyonya Rarasati berdiri dari kursinya lalu menatap tajam ke arah Damar. “Aku tidak ingin berdebat denganmu. Pergilah… dan jangan ganggu aku dengan masa lalu lagi.“

Tanpa menunggu jawaban ia langsung melompat ke dalam kolam, air beriak menutup tubuhnya.

Damar hanya terdiam dan melepas kacamata hitamnya, lalu menatap lekat ke arah air yang kini bergelombang karena kehadiran sang mantan kekasih.

Sementara Nadira dan Ardan duduk tak jauh dari keduanya, Ardan juga sudah menerima informasi tentang Damar. Menurut informasi, butuh waktu lama bagi Damar untuk melupakan ibunya. Lima tahun setelah ditinggalkan Nyonya Rarasati, barulah pria itu menikah. Dari pernikahan itu, Damar mempunyai seorang putri berusia 22 tahun yang sekarang masih berkuliah di Jerman.

Istri Damar bernama Medina, wanita yang dulu terang-terangan mengejar Damar meski saat itu Damar sudah menjalin hubungan dengan Nyonya Rarasati.

“Mas, kisah Tuan Damar ini mirip sama kisahmu. Nyonya Medina ini sama saja kayak Claudia, menghalalkan segala cara demi laki-laki yang dia mau,” kata Nadira.

Ardan setuju, dia pun merasa demikian. Mungkin saja dulu ibunya tidak sebijak sekarang. Seharusnya seperti saat menghadapi Claudia, ibunya menyelidiki lebih jauh sebelum memutuskan pergi dari Damar.

“Tapi, kalau Mama nggak pisah sama Tuan Damar… bukankah Mas nggak bakal lahir di dunia ini? Jadi, perpisahan mereka ada baiknya juga,” ucap Nadira pelan seraya terkekeh geli.

Ardan melirik istrinya dengan kesal, tapi tahu ucapan itu ada benarnya juga.

Malam pun tiba...

Nyonya Rarasati sedang duduk santai di kamarnya, menikmati segelas sampanye. Gaun satin malam membungkus tubuhnya dengan anggun.

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu, ia berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar resort.

Begitu pintu terbuka...

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Nyonya Rarasati terkejut, matanya membelalak. Ia menoleh ke arah si penampar, dan ternyata wanita itu adalah…

Medina!

1
Rusmini Mini
males sm Nadhira yg ceroboh
trus Ardan yg gak pernah senyum hidupnya penuh tegang dan kaku
untung ada mama Rarasati yg brilian oke,keren
ketemu om Damar yg hangat penuh cinta dan tanggung jwb .Sempurnaaa
Rusmini Mini
awalnya nya aja agak boring sm Ardan gak pernah santai dan senyum persis manusia kulkas
kesininya mlh fokus ke mama Rara dan Om Damar, btw semua bagus mengalir ajah,pinter authornya ....lope lope sekebon thor ♥️♥️♥️♥️♥️
Rusmini Mini
mah udh tua jgn punya anak lagi ...
kalo punya anak trus lg jln jln trus di tanya org cucu nya no berapa nih oma
/Grin//Grin//Grin//Grin/
Rusmini Mini
tp kalo bikinya sam om Damar mau aq /Grin//Grin//Grin/
heh bangun noh jemuran di angkat mo hujan 🤣🤣🤣🤣
Rusmini Mini
semoga Calvin tdk bertepuk sebelah tangan /Heart//Heart/
Rusmini Mini
biarin tumbang gak usah di tolongin anak bodoh itu...gak selidiki dulu kelakuan maknya main tebas aja sekarang udah tau mlh tumbang gak kuat terima kenyataan kebenarannya
Rusmini Mini
bapak bapak...gak berani menghadapi sendiri nih apa hrs kongsi... kalah sama mamah Rara /Grin//Grin/
Rusmini Mini
aduh komennya mengerikan tp lucu 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rusmini Mini
tumbang oleh alkohol mo di bw ke hotel
apa rencanamu Veronika....
Rusmini Mini
eh sekaran Ardan udh banyak ketawa... /Proud//Proud/
Rusmini Mini
hati hati dgn wanita itu mama Rara tp mama Rara ttp tenang stay cooll
Rusmini Mini
om Damar suka tpi mantan dan anak om gak suka mlh mo bls dendam
Rusmini Mini
Veronica licik kayak maknya /Panic//Panic/
Rusmini Mini
Ra lebih keren...
Rusmini Mini
cieee om Damar cemburu bener nih ....
Damar ♥️ Raeasati /Grin//Grin//Grin/
Rusmini Mini
tadi jgn hanya tampar aja Dhira tp jg jambak jotos tendang Medina 😂😂😂
Rusmini Mini
kayak merek kurma ya 🤭🤭🤭
ouchhh 😠😠😠😠
Rusmini Mini
mereka masih saling menyimpan rasa
Rusmini Mini
kayaknya kisah percintaan mama dan om Damar seru nih /Grin//Grin/
Rusmini Mini
hai Damar ...../Kiss//Kiss//Kiss/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!