Vexana adalah seorang Queen Mafia, agar terbebas dari para musuh dan jeratan hukum Vexana selalu melakukan operasi wajah. Sampai akhirnya dia tiba di titik akhir, kali ini adalah kesempatan terakhirnya melakukan operasi wajah, jika Vexana melakukannya lagi maka struktur wajahnya akan rusak.
Keluar dari rumah sakit Vexana dikejutkan oleh beberapa orang.
"Ibu Anne mari pulang, Pak Arga sudah menunggu Anda."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Anne Yang Asli
"Ta-tapi Nyonya_"
"Ini perintah, Pak," balas Vexana dengan suara penuh penekanan, tak ingin dibantah. Bahkan sorot matanya yang tajam pun seperti ikut bicara juga.
Seketika itu juga sang sopir terdiam, ternyata benar apa kata para pelayan di rumah. Nyonya Anne banyak sekali mengalami perubahan setelah gegar otaknya.
Tak ada lagi nyonya Anne yang penakut, kini nyonya Anne seperti seseorang yang tidak mampu dilawan.
Pada akhirnya sang sopir pun mengangguk meski merasa cemas. Bagaimana bisa nyonya Anne mengemudikan mobil ini. Selama ini dia tak pernah melihat nyonya Anne membawa mobil.
Belum apa-apa jantung sang sopir sudah terasa berdegup cepat, seperti akan menghadap akhir hidupnya di jalanan.
Tak lama kemudian, mereka tiba di lampu merah selanjutnya. Dengan cepat keduanya berpindah posisi.
Kini Vexana yang duduk di kursi kemudi, sementara sang sopir berada di belakang. Vexana menarik napas panjang dan memasang kacamata hitam besar miliknya, membenarkan letak kaca spion tengah agar bisa melihat dengan jelas mobil Arga di belakang.
“Kejar aku jika bisa, Mas," ucap Vexana manja, padahal Arga tak mendengar suaranya. Tapi entah kenapa kini dia suka bersikap centil seperti ini. Semuanya gara-gara Arga, seseorang yang membangkitkan jiwa feminim di dalam dirinya.
Di saat lampu berubah hijau mobil sedan itu melaju stabil, kemudian secara perlahan mempercepat lajunya ingga Arga heran.
"Berani-beraninya sopir itu melaju dengan cepat," gumam Arga, tak terpikir sedikit pun bahwa saat ini Anne lah yang membawa mobil.
"Nyonya, ini terlalu cepat. Saya mohon pelan-pelan," pinta sang sopir was-was.
"Di ujung jalan Bapak turun ya, nanti pulangnya ku jemput."
"Ta-tapi nyonya, Anda mau kemana? Bagaimana jika tuan Arga marah."
"Bapak tenang saja, aku tidak akan kabur," balas Vexana yang mulai menyalip kendaraan lain, dalam hitungan detik dia telah meninggalkan Arga jauh.
"Sial!" gumam Arga.
Kabur seperti ini sangat mudah Vexana lakukan, dia sudah terbiasa bermain dengan pelacakan dan kejar-kejaran. Kali ini ia tak akan membuat Arga semudah itu bisa tahu tujuannya.
30 menit kemudian Arga telah benar-benar kehilangan jejak sang istri dan kemarahannya tertuju pada sopir istrinya.
Arga menghentikan mobilnya di tepi jalan, memutuskan untuk menelpon sopir tersebut.
Panggilan tersambung, membuat sang sopir semakin ketakutan. Terlebih saat ini dia telah turun dari mobil sang nyonya.
"Ha-halo, Tuan."
"Dimana kamu? Kenapa mengemudi seperti kesetanan, itu sangat berbahaya untuk Anne!" bentaknya penuh amarah.
"Ma-maaf Tuan."
"Kenapa suara gagap?"
"Se-sebenarnya _"
"Apa yang terjadi?!"
"Nyo-nyonya Anne yang mengemudi mobil, be-beliau menurunkan saya di jalanan."
"Apa?!" balas Arga dengan nada tak percaya. Tapi apa mau dikata, semuanya telah terjadi. Keterkejutan, rasa marah dan keinginan tahuannya buntu tak ada petunjuk. Kemana Anne pergi?
Dan Vexana akhirnya melintas ke sebuah kawasan semi kafe di pinggiran kota, cukup ramai pengunjung meski waktu masih cukup pagi.
Tapi tempat ini bukan hanya sekedar cafe biasa, di lantai dua gedung itu terdapat ruangan rahasia, sebuah tempat yang sudah dipesan oleh Monica untuk pertemuan mereka.
Vexana dengan cepat berpindah tempat lewat akses tangga samping dapur.
Di lantai dua, Monica sudah menunggu. Dan duduk di sampingnya adalah Anne yang asli.
Deg!
Tubuh Vexana sempat menegang sejenak. Ini pertama kalinya dia benar-benar melihat wanita yang hidupnya telah dia pinjam.
Wajah itu begitu identik, tapi terlihat sedikit berbeda, ada sorot ketundukan dan kepasrahan yang tak pernah dimiliki oleh Vexana.
"Anna, kamu sudah datang," sambut Monica, suaranya terdengar cemas.
hahaha
klo km blm pintar memainkany....ketimpuk sakitkan....
😀😀😀❤❤❤❤