NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Kakek

Suami Pilihan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

"Ka-kakak mau apa?"
"Sudah kubilang, jaga sikapmu! Sekarang, jangan salahkan aku kalau aku harus memberimu pelajaran!"



Tak pernah terlintas dalam pikiran Nayla Zahira (17 tahun) bahwa dia akan menikah di usia belia, apalagi saat masih duduk di bangku SMA. Tapi apa daya, ketika sang kakek yang sedang terbaring sakit tiba-tiba memintanya menikah dengan pria pilihannya? Lelaki itu bernama Rayyan Alvaro Mahendra (25 tahun), seseorang yang sama sekali asing bagi Nayla. Yang lebih mengejutkan, Rayyan adalah guru baru di sekolahnya.

Lalu bagaimana kisah mereka akan berjalan? Mungkinkah perasaan itu tumbuh di antara mereka seiring waktu berjalan? Tak seorang pun tahu jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 05 Kenapa Kamu Berhenti Mendadak

Nayla melangkah bersama Tania dan Alika menuju parkiran sekolah. Sepanjang perjalanan, Tania dan Alika hanya terdiam, bingung harus memulai dari mana. Meski mereka sangat ingin tahu alasan Nayla memutuskan Dafa, tapi mereka merasa ini bukan saatnya memaksa Nayla bercerita.

“Nay pulang bareng yuk! Biar gue anterin,” ajak Tania ramah.

Nayla cepat-cepat menoleh dan menggeleng. “M-makasih Nia. Tapi gue pulang sendiri aja deh.”

“Gak apa-apa kok Nay. Yuk, gue anterin aja,” bujuk Tania sambil meraih lengan Nayla.

“Gak usah Nia. Gue ada urusan mau ke laundry dulu. Iya laundry,” elak Nayla cepat-cepat.

“Ke laundry? Buat apaan?” tanya Alika penasaran.

“Mau ambil baju Mama,” jawab Nayla datar.

“Ya udah, gue anterin sekalian, yuk. Laundry yang deket mana?” tanya Tania menawarkan diri.

“Gak usah Nia. Gue bisa sendiri kok. Kalian pulang aja duluan,” tolak Nayla halus tapi tegas.

Tania dan Alika saling pandang, mencium keanehan di wajah Nayla.

“Nay kenapa sih? Kamu aneh banget hari ini,” celetuk Tania penuh selidik.

“Memangnya gue kenapa? Gue biasa aja kok,” elak Nayla sambil tersenyum paksa.

Tania masih menatap Nayla curiga. Tapi Nayla membalasnya dengan senyuman yang membuat mereka mengalah.

“Ya udah deh. Hati-hati ya Nay,” pesan Tania akhirnya.

Nayla mengangguk pelan. Tania dan Alika masuk ke dalam mobil, masih sesekali menoleh ke arah sahabat mereka.

“Sampai jumpa besok Nay! Dadah!” lambaian tangan Tania dan Alika dilepas dengan senyum oleh Nayla.

“Dadah,” jawab Nayla sambil melambaikan tangan hingga mobil sahabatnya menghilang dari pandangan. Barulah ia melangkah meninggalkan area parkiran sekolah.

Nayla berjalan menyusuri trotoar menuju halte bus terdekat. Ia ingin segera pulang untuk mengerjakan PR yang tadi pagi tak sempat ia kerjakan. Sebenarnya, alasan ke laundry tadi hanyalah alibi agar bisa pulang sendiri. Ia tidak mau sahabatnya tau rahasianya tentang Rayyan .

Sampai di halte, Nayla menunggu sendirian. Mungkin teman-teman sekolahnya sudah pulang naik bus sebelumnya. Di saat ia sedang melamun, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depannya. Nayla mendongak dan mengenali mobil itu.

“Kak Rayyan?” gumamnya pelan.

“Masuk!” perintah Rayyan setelah menurunkan kaca jendela mobilnya.

Nayla hanya terpaku, bingung harus bagaimana. “Cepat masuk! Atau mau nunggu sampai sore di sini?” ucap Rayyan dingin.

Akhirnya Nayla membuka pintu dan duduk di kursi sebelah Rayyan. Sebelum masuk, ia sempat melirik ke sekeliling, memastikan tak ada yang melihat.

Rayyan mendecak pelan melihat Nayla hanya duduk diam tanpa mengenakan sabuk pengaman. Ia melepas sabuknya dan mendekat ke arah Nayla .

“K-kakak mau ngapain?” tanya Nayla panik.

Tanpa menjawab, Rayyan memasangkan sabuk pengaman untuk Nayla.

“Jangan sampai lupa pakai sabuk pengaman lagi!” ucapnya tegas.

“I-iya,” jawab Nayla gugup.

Rayyan menatap Nayla dengan seksama. “Kenapa? Kamu sakit? Wajah kamu merah begitu,” tanyanya curiga.

Nayla memegang kedua pipinya. “Gak kok, aku gak apa-apa,” elaknya sambil memalingkan wajah ke jendela.

Rayyan mengamati Nayla sejenak sebelum akhirnya menyalakan mesin mobil dan melajukan kendaraan.

“Kamu sudah putus sama pacar kamu kan?” tanyanya kemudian.

Nayla mendengus kesal. “Gak usah nanya-nanya, Kak! Tadi Kakak kan udah lihat sendiri!” jawabnya sebal.

Rayyan tersenyum sinis. “Sepertinya kamu benar-benar cinta sama dia ya?”

Nayla memilih diam. Ia malas menanggapi pertanyaan yang akan memicu pertengkaran. Rayyan melirik sekilas, lalu berkata, “Ingat! Kamu sudah bersuami Nayla. Berdosa hukumnya kalau kamu masih menjalin hubungan dengan pria lain.”

Rayyan melanjutkan, “Kalau sampai saya lihat kamu masih dekat dengan cowok tengil itu atau cowok lain, jangan harap kamu bisa keluar rumah lagi.”

Nayla menatap Rayyan tajam. Ia bergidik melihat tatapan dingin suaminya. “Dasar guru mesum! Gak mencerminkan guru teladan!” gerutunya dalam hati.

“Jangan memaki suami di dalam hati!” ucap Rayyan tiba-tiba.

Nayla menatap Rayyan kaget. “Siapa juga yang maki Kakak! Kakak tuh suka nuduh!” elak Nayla sewot.

“Saya gak perlu bukti, cukup lihat raut wajah kamu, saya sudah tau,” balas Rayyan enteng sambil menatap Nayla dari ujung mata.

Nayla mendengus, lalu memalingkan wajah ke luar. Sepanjang perjalanan, keduanya terdiam hingga mobil memasuki kompleks perumahan dan berhenti di halaman sebuah rumah.

Begitu mobil berhenti, Nayla buru-buru melepas sabuk pengamannya dan keluar lebih dulu. Rayyan yang melihat tingkah istrinya itu hanya tersenyum tipis sebelum ikut masuk.

Namun langkah Rayyan terhenti karena ia menabrak Nayla yang mendadak berhenti di ambang pintu.

“Kenapa kamu berhenti mendadak?” tanya Rayyan kesal.

Nayla tak menjawab. Ia hanya terus menatap ke depan. Rayyan mengikuti arah pandangan Nayla dan terkejut saat melihat siapa yang ada di ruang tamu.

“Mama?” gumam Rayyan pelan.

“Rayyan! Nayla! Kalian sudah pulang?” sapa Mila sambil tersenyum lebar.

“M-Mama lagi apa di sini?” tanya Rayyan saat Mila memeluk Nayla dengan erat.

Mila menatap Rayyan sebal. “Pertanyaan macam apa itu? Masa mama main ke rumah anaknya ditanya kayak gitu?”

“B-bukan maksud aku gitu Ma. Kalau Mama bilang dulu, aku sama Nayla kan bisa nyiapin sesuatu,” alasan Rayyan.

“Mama yang maksa ke sini, Rayyan. Katanya kangen sama Nayla,” ucap Mahendra sambil mengusap kepala Nayla.

“Ya jelaslah Papa kangen. Wajar kan kalau Mama kangen menantu Mama,” ucap Mila sambil tersenyum pada Nayla.

“Iya Ma,” jawab Nayla canggung.

Mila tersenyum lagi. “Lagian Mama udah nyiapin semuanya. Mama tau kalian pasti di sekolah, makanya Mama gak ngabarin dulu. Gak mau ganggu kalian.”

Rayyan hanya diam. Ia tau percuma berdebat dengan Mila. Kalau sudah begini, apapun yang dia katakan pasti akan salah di mata Mamanya.

“Jadi, gimana hari pertama ngajar di SMA Brawijaya?” tanya Mahendra.

“Lancar Pa. Cuma ada satu kejadian yang bikin aku kaget,” jawab Rayyan sambil melirik Nayla.

“Apa?” tanya Mila penasaran.

“Ada murid yang sama sekali gak paham penjelasan aku, jadi terpaksa aku hukum,” ucap Rayyan, membuat wajah Nayla merah padam.

Mila tertawa. “Mungkin muridnya gagal fokus liat guru yang cakep, jadi gak konsen,” godanya.

“Mungkin Ma. Tapi aku gak bisa biarin dia terus begitu. Harus aku kasih pelajaran,” jawab Rayyan sambil melirik Nayla dengan senyum miring.

Nayla menggertakkan giginya. “Iya juga sih,” timpal Mila sambil menoleh ke arah Nayla.

“Nay jaga baik-baik suami kamu di sekolah. Jangan sampai dia ngelirik cewek lain.”

“Iya Ma,” jawab Nayla sambil senyum kikuk.

“Tapi kalo sampai dia macem-macem, bilang Mama. Biar Mama kasih dia pelajaran!” ucap Mila tajam.

“Harusnya bukan aku yang diomongin begitu Ma. Tapi Nayla. Takutnya dia yang udah punya pacar di sekolah,” ucap Rayyan sambil menatap Nayla.

Nayla melotot. Dalam hati ia mengumpat, “Boleh gak sih gue cekik suami nyebelin ini?”

“Emang kamu punya pacar Nay?” tanya Mila, sementara Rayyan menjulurkan lidahnya mengejek.

Nayla menghela napas dan menjawab, “Gak Ma. Nayla gak punya pacar. Lagian aku udah punya suami, masa masih pacaran?”

Mila tersenyum puas. “Nah dengerin tuh, Rayyan! Jangan pernah sia-siain istri kamu yang satu ini. Kalau sampai kamu nyakitin dia, Mama pecat kamu dari status anak Mama!”

Rayyan memutar matanya malas.

“Ya udah, sekarang kalian bersih-bersih dulu sana. Nanti kita ngobrol lagi sambil makan puding. Mama bawa puding melon, kesukaan kamu kan Nay?”

Nayla terharu. “Iya Ma. Itu makanan kesukaan aku.”

Melihat ekspresi Nayla, Rayyan diam-diam memperhatikannya.

“Ya udah Ma, Pa, kita ke atas dulu, ya,” ucap Rayyan sambil menggandeng Nayla.

“Iya jangan lama-lama Ray. Nayla pasti capek,” ucap Mila dengan nada ambigu.

Rayyan hanya mengangguk dan menarik Nayla menuju lantai atas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!