USAI

"Rooftop? Apa tidak ada tempat lain yang lebih bagus? Pantai atau restaurant misalnya. Mengapa harus dirooftop kantorku sendiri? Aku terlihat seperti pria yang sangat pelit melamar seorang wanita dikantorku sendiri" protes Raditya.

"Pemandangan saat senja di rooftop kantor ini kan sangat indah, lagi pula menurutku akan jauh lebih mudah mengajak Bu Aira ke kantor ketimbang ke pantai atau restaurant. Percayalah Pak, Bu Aira tidak akan mempermasalahkan tempatnya, yang terpenting dari ini semua adalah bagaimana Pak Angkasa menyakinkan Bu Aira untuk mau menikah dengan Pak Angkasa"

"Memangnya ada kemungkinan Aira akan menolakku?" tanya Raditya.

"Banyak" jawab Winda dengan penuh keyakinan.

"Jika kamu sudah tahu jika ada kemungkinan Aira akan menolakku mengapa kamu menyuruhku untuk melamarnya di rooftop? harusnya kamu cari tempat romatis yang Aira suka"

"Maaf Pak Angkasa, ini soal trust issue. Sejak putus dengan Reza, Bu Aira benar-benar menutup hatinya untuk siapapun. Jadi menurut saya Pak Angkasa tidak perlu terlalu over, sekalipun Bapak melamarnya diatas awan jika Pak Angkasa tidak bisa menyakinkan Bu Aira, menurut saya akan percuma" ucap Winda.

Raditya terdiam, ia merasa sangat bersalah dan menyesal karena pernah meninggalkan Aira tanpa penjelasan dan memberikan status hubungan yang pasti kepadanya.

"Dan kantor ini adalah tempat yang paling masuk akal agar Bu Aira mau datang kemari tanpa membohonginya, karena jika Bu Aira merasa dibohongi hal itu justru akan membuatnya semakin Ilfil. Sebentar lagi akan ada event company anniversary, kita akan pakai alasan meeting untuk konsep event tersebut agar Bu Aira datang kemari"

"Baiklah, kamu atur saja bagaimana baiknya" ucap Raditya pasrah.

"Kalau begitu saya izin pulang lebih awal, saya ingin memesan cincin untuk Bu Aira, sekalian aku ada janji makan malam bersama Bu Aira"

"Makan malam? Aku ikut"

"Jangan Pak!! jika Bapak ikut aku tidak punya alasan lain untuk meminta Bu Aira datang kemari"

"Ya sudah sana pergi, pastikan besok Aira datang kemari" ucap Raditya sambil memberikan credit cardnya kepada Winda untuk membeli cincin "Jangan lupa belikan buah tangan untuk Aira dan juga Chelsee"

"Baik Pak, saya permisi dulu" Winda membungkukkan badannya kemudian keluar dari ruang kerja Raditya.

Tujuan pertama yang ia tuju adalah tempat pemesanan lampu huruf tenda vintage klasik, kemudian ia pergi menuju toko perhiasan.

'Ukuran jari Bu Aira segimana ya?' Winda sendiri nampak bingung memilihkan cincin untuk Aira.

'Sudahlah, kalau tidak pas salah Pak Angkas sendiri' gumamnya, ia pun memilih cincin Rose D'Amour Britanica, cincin berlian Eternal Flame dengan berat 0,2ct yang dipadukan dengan emas putih 18K, seharga Rp.40.908.000,-

Drrtt... drrrt...

"Hallo Bu Aira" Winda menjawab panggilan masuk dari Aira.

"Kamu di mana Wind? sudah jam 19.25 anak-anak yang lain sudah nungguin" ucap Aira dari seberang telepon.

"Maaf Bu Aira aku masih dijalan, sekitar 15 menit lagi aku sampai" ucap Winda.

"Ya sudah kamu hati-hati ya" Aira mengakhiri panggilannya.

Karena terburu-buru Winda tak sempat membeli sesuatu untuk Aira dan Chelsee seperti yang di perintahkan oleh Raditya, ia hanya membeli buah-buahan segar dari tukang buah yang berada dipinggir jalan saat menuju kediaman Aira.

Tiba dikediaman Aira, Winda bergegas masuk ke dalam, ia menjadi tak enak hati karena datang terlambat, namun Aira dan teman-temannya tetap menyambutnya dengan hangat.

"Ngapain sih kamu repot-repot bawa buah, di sini juga banyak" ucap Aira.

"Tidak apa-apa kok Bu Aira, hanya sambil lewat saja tadi"

"Ya sudah kita langsung makan saja yuk" Aira meminta Azzam untuk memimpin doa kemudian mereka makan bersama-sama.

"Jangan di copot celemek sayang, nanti bajunya kotor" Aira kembali memasangkan celemek di leher putrinya agar makanan yang ia makan tidak tumpah di baju, Aira sudah membiasakan putrinya untuk makan sendiri tanpa di suapi oleh siapa pun.

Sambil menikmati makanan makan malamnya, Aira ngobrol hangat dengan para pegawai dan asisten rumah tangganya.

"Bu Aira, kantor Pak Angkasa sebentar lagi akan mengadakan event company anniversary, beliau meminta saya untuk menyampaikan kepada Bu Aira agar C&A Florist bersedia mendecor event tersebut" ucap Winda.

"Okay, kapan dan mau konsep acaranya seperti apa?" tanya Aira.

"Mmm... Pak Angkasa meminta Bu Aira, meeting di kantornya besok sore setelah jam kantor"

"Apa meetingnya tidak bisa di wakilkan olehmu saja? Karena jarang sekali pimpinan perusahaan besar mau mengurusi hal seperti ini, biasanya hanya diurus oleh staffnya saja" ucap Aira, belum sempat Winda menjawabnya Aira kembali meneruskan kalimatnya "Paling ini hanya akal-akalannya saja. Sudahlah kamu katakan saja padanya besok aku akan datang"

"Beneran Bu Aira?" tanya Winda memastikannya.

"Ya, agar kamu tidak di marahi olehnya. Benarkan?"

Winda tersenyum seolah membenarkan jika dirinya takut dimarahi oleh Raditya.

Keesokan paginya, Winda sudah di sibukan dengan persiapan marriage proposal Raditya, ia mengkoordinasikan agar helikopter yang berada dirooftop untuk dipindahkan untuk memudahkan dekorasi.

"Jadi sekenarionya seperti ini Pak, jika marriage proposal Pak Angkasa diterima, hikopter akan mendarat disini, kemudian Pak Angkasa bisa mengajak Bu Aira berkeliling kota Tangerang"

"Kenapa harus pakai 'jika'? memangnya kamu seenggak yakin itu ya?" tanya Raditya.

"Yang jelas, untuk saat ini pernikahan bukanlah prioritas utama Bu Aira dan Bu Aira sudah cukup trauma dengan kegagalan yang pernah ia alami"

"Lalu apa yang harus aku katakan padanya, agar ia bisa yakin dan menerimaku?"

'Kenapa harus aku juga mikir'? gumam Winda dalam hati.

"Sudahlah, aku jauh lebih mengenal Aira dibanding kamu" Raditya pergi meninggalkan rooftop dan kembali ke ruang kerjanya.

Sore hari pukul 17.20 Aira tiba dikantor Raditya, Winda langsung mengarahkan Aira masuk kedalam lift.

"Pak Agkasa ingin mengobrol dengan Bu Aira lebih santai dirooftop, jadi aku akan menunggu diruang kerjaku, lift ini akan langsung mengarahkan Bu Aira ke rooftop " ucap Winda.

"Loh kok kamu tidak ikut Wind?" Aira menahan tangan Winda agar tidak keluar dari lift.

"Bu Aira duluan saja, nanti aku akan menyusul. Bu Aira tidak perlu khawatir disini banyak CCTV jadi aman" Winda melepaskan tangan Aira kemudian keluar dari lift.

Tiba dirooftop Aira dikejutkan dengan lampu vintage klasik bertuliskan 'MARRY ME'

"I believe that God created you for me to love. He picked you out from all the rest cause He knew I’d love you the best. Aira, can you be mine now and forever?" Raditya berjalan mendekat kearah Aira kemudian ia berlutut sambil memegang sebuah cincin dihadapan Aira.