Harap bijak dalam membaca!
Felix yang merupakan anak yatim piatu dengan kepribadian yang cuek dan kasar tinggal di Panti Asuhan Helianthus tapi setelah berumur 10 tahun Panti Asuhan tersebut kebakaran dan yang selamat hanya dia seorang dan 2 petugas dapur.
Akhirnya Felix tinggal di Panti Asuhan Arbor bertemu dengan empat orang anak yang seumuran dengannya dan untuk pertama kalinya membuka diri untuk menjalin persahabatan.
Di sekolah barunya 'Gallagher' ada yang menganggap ia adalah pelaku dari kebakaran tersebut, ada juga yang menganggap ia adalah pembawa sial karena hanya dia anak yang berhasil selamat dan membuat orang di dekatnya menderita.
Saat Felix dipenuhi rasa bersalah untung saja ada sahabatnya Cain dan si Kembar 3 yang selalu menemani dan mereka melakukan banyak petualangan bersama.
Tapi tetap saja ia menganggap dirinya tidak beruntung hingga sebuah kekuatan aneh dalam dirinya muncul dan rambut hitamnya mulai berubah sedikit demi sedikit menjadi hijau.
Apakah benar Felix termasuk orang yang tidak beruntung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.33 - Kemunculan Alger
Dengan bangganya kini Felix berjalan tanpa harus memakai topi lagi untuk menutupi rambut hijaunya. Walau hanya pewarna rambut sementara yang kalau kena air pasti hilang tapi setidaknya kini sudah ada solusi. Ternyata rambut ajaib Felix seperti rambut pada umumnya yang dikira Cain dengan memakai pewarna tidak akan mempan.
Si Kembar Tiga sudah menunggu didepan gerbang sekolah bersama Pak Acton. Teo dan Tom tak hentinya melambaikan tangan sambil menyuruh cepat-cepat. Tan juga sudah disana walau masih memakai arm sling.
"Tan, kau sudah datang?" sapa Cain.
"Ya, bosan juga tinggal terus di panti."
"Dan kalian berdua, yakin sudah tidak sakit ...." Cain sambil mengejek tapi langsung dipukul oleh Teo dan Tom.
"Masih harus terapi fisik sih tapi lagian ke sekolah juga cuma belajar bukan jadi kuli bangunan ...." kata Tan yang melihat pandangan Felix yang seperti ingin bertanya jadi dia jelaskan.
Felix tertawa kecil mendengar lelucon Tan membuat Cain jadi ikut bahagia melihat Felix.
"Tenang ada kakak yang menjagamu ...." Teo sambil menepuk punggung Tan.
Mertie yang datang sambil berlari tapi saat melihat mereka berlima langsung berhenti mendadak dan suasana jadi canggung membuat Mertie berlari memasuki gerbang sekolah dengan muka merah karena malu. Mereka berlima hanya tertawa kecil melihat tingkah laku Mertie. Teo dan Tom yang masih flu membuat Felix menjauhinya tapi Teo dan Tom merasa tersinggung dan mulai memeluknya juga.
Mereka berlima kini menuju kelas masing-masing. Felix dan Cain menuju kelas 3-7, Teo dan Tom menuju kelas 3-4, Tan sendiri menuju 3-1. Jika kalian bertanya bagaimana sih sistem penempatan di sekolah Gallagher? Jawabannya tidak ada yang jelas. Karena kelas tidak di urutkan berdasarkan dari yang terpintar. Semua kelas masing-masing sama balancenya dengan kelas lain.
Kelas sudah mau mulai tapi tempat duduk Dea masih kosong, "Apa yang terjadi dengan Dea ya?" tanya Cain.
Felix enggan menjawab karena ekspresi Cain yang menyebalkan seperti dilebih-lebihkan itu.
Demelza yang sudah memakai kacamata baru masuk kelas membuat Cain jadi memasang muka panik tapi Felix hanya biasa-biasa saja.
"Bagaimana ini?" tanya Cain.
"Bagaimana apanya?" kata Felix santai.
"Demelza sudah punya kacamata baru ...." Cain heboh.
"Memangnya kenapa?" Felix heran.
"Ehh?" Cain lebih heran lagi
"Memangnya aku membelikan kacamata karena dia tidak bisa membeli kacamata baru ...." kata Felix.
"Terus?"
"Hahh!" Felix menghela napas kesal karena ketelmian Cain.
***
Mereka berlima bertemu di koridor menuju kantin, "Wah, begini yah yang namanya kebetulan?" kata Tom bertepuk tangan.
"Tidak ada yang namanya kebetulan ...." Felix ketus.
Cain memberi tatapan yang mau dibilang mengejek bukan juga tapi seperti tatapan yang malu sendiri dengan sahabatnya satu itu. Setelah apa yang dilaluinya masih saja belum bisa menerima hal yang tidak masuk diakal padahal keberadaannya sendiri adalah suatu hal yang tidak bisa diartikan sebagai manusia normal.
Kini dengan santai mereka memasuki ruangan kantin yang sudah sangat luas itu tapi Cain masih melirik ke fire sprinkler yang dulunya terlihat ada cairan berwarna merah muda kini sudah bersih mengkilat.
Felix mencari keberadaan Mertie tapi tidak ditemuinya dimanapun di dalam kantin itu.
Teo dan Tom tidak ingin mengambil sayur tapi diteriaki petugas kantin akhirnya dengan memaksakan diri mengambil sedikit dan diberi senyuman manis dari dalam dapur kantin, "Gitu dong ...."
Osvald dan Parish ikut bergabung dengan mereka. Seperti yang diketahui Osvald adalah teman sekelas Teo dan Tom sedangkan Parish adalah teman sebangku Tan. Dua anak tertinggi dari kelas 3 berada dimeja yang sama, yakni Cain dan Parish.
"Hai Felix ...." Parish menyapa.
Felix hanya membalas dengan sedikit senyuman.
Ini pertama kalinya Parish mengajak Felix berbicara jadi bisa dikatakan agak canggung.
"Dimeja ini hanya kita berdua yang rambutnya berwarna hitam..." kata Parish mencoba mengajak mengobrol.
"Jadi kayak kopi susu ...." Teo dan Tom membuat mereka tertawa.
Selain Felix dan Parish, yang lainnya berambut pirang. Bisa dibilang di Negara Yardley didominasi oleh rambut pirang. Bahkan di Gallagher bisa dihitung jari yang memiliki rambut berwarna hitam.
Alma, Cydney, Sunniva, Era dan Gina memasuki kantin membuat anak lain berbisik, "Geng Halle sudah datang ...." mereka menamai kelompokya itu dengan nama Halle yang artinya tinggal dirumah bangsawan.
Dibelakang lima anak perempuan itu ada Mertie yang ditarik kerah bajunya sambil berjalan. Setelah kelima anak perempuan itu duduk, mereka menyuruh Mertie untuk mengambilkan makanan untuk mereka.
Tidak ada yang menegur bahkan orang dewasa yang berada di kantin hanya diam menyaksikan itu.
Mertie bolak balik mengantarkan nampan berisi makanan untuk mereka berlima dan setelah selesai ia hanya disuruh berdiri sambil melihat mereka makan. Nanti setelah selesai lima anak itu makan barulah ia mempersilahkan Mertie untuk makan. Padahal saat itu jam makan siang sudah selesai dan akhirnya Mertie kembali ke kelas dengan keadaan lapar tidak sempat makan siang.
Saat membuka tas untuk mengambil buku, ia melihat roti ditasnya dengan susu, "Dari korban ketujuh ...." artinya itu dari Cain. Mertie menengok kebelakang melihat Cain tapi dia hanya sibuk memainkan handphonenya.
Mertie memakan diam-diam roti itu selama pelajaran berlangsung. Dia sendiri yang mengatakan kalau dia hanya berpura-pura ditindas oleh Geng Halle itu tapi nyatanya ia benar-benar ditindas tanpa dia sadari sendiri.
Pulang sekolah Felix yang mengatakan akan pergi ke toko optik Gavin akhirnya si kembar tiga jadi ingin ikut juga. Geng Halle yang hendak melempari Mertie dengan susu kotak dilindungi oleh Felix membuat jaket berwarna biru itu kini basah, "Ops sorry Felix ...." teriak mereka sambil berlari pergi.
"Bagaimana kita bisa berjalan jauh dengan kau yang tidak memakai jaket ...." kata Cain.
Parish membuka lokernya dan memberikan jaket berwarna kuning kepada Felix, "Ini pakai punyaku saja dulu."
Felix yang dari kemarin menghindari memakai jaket berwarna kuning dari Daisy berakhir memakai jaket kuning dari Parish yang terpaksa dipakainya.
"Ternyata bukan jaket dari Bu Daisy yang si Hyacifla itu lihat tapi jaket dari Parish ... atau memang mau bagaimanapun aku menghindar apa akan tetap berakhir memakai jaket berwarna kuning juga?" tanya Felix dalam hati tapi tidak menyesalkan harus melindungi Mertie.
Mereka berlima berjalan sambil Teo yang tidak berhenti berbicara tentang mimpinya, "Dimimpi aku melihat rambut Felix jadi berubah hijau dan matanya juga yang berwarna hijau bersinar ... wah ... kenapa aku bisa mimpi seperti itu yah ... hahaha ...."
Cain langsung berhenti tertawa, "Apa?"
Felix juga mendengarnya tapi tidak terlalu peduli karena kini ia melihat sesuatu yang lebih menarik lagi, "Alger?!" teriak Felix sambil berlari menuju arah kereta dan langsung ditarik oleh Cain dan Tom karena melewati batas aman peron kereta.
"Kau ini kenapa?" Teo panik bukan main.
"Alger ... aku melihat Alger didalam kereta yang lewat tadi ...."
"Alger? siapa dia?" tanya Tan.
"Dia ... dia ...." Felix tidak bisa melanjutkan.
...-BERSAMBUNG-...
endingnya nanggung banget, belum ada cerita setelah felix jadi caelvita loh >.<
selamat felix