Sebagai anak perempuan tertua di keluarganya, Ayesha di tuntut untuk segera mencari pasangan hidup. Namun, trauma di masa lalunya, membuat Ayesha tidak jua mencari jodoh di saat umurnya yang sudah mencapai 30 tahun.
Begitu pula dengan Azlan yang merupakan anak tunggal dari keluarga terkaya yang sampai saat ini masih melajang di karenakan sebuah penyakit yang di deritanya.
Bagaimana jadinya, jika kedua insan tersebut bertemu dan melakukan kesepakatan untuk menikah. Akan kah Ayesha menerimanya? atau malah tidak menyetujuinya, karena ia hanya ingin menikah satu kali seumur hidup dan tentunya ingin memiliki keturunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rafasya Alfindra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keadaan Ayesha
"Saya harus menemui Ayesha!" Rezel mengambil langkah, meskipun sedikit rumit. Ia harus menemui Ayesha terlebih dahulu dan meminta Ayesha untuk mau menikah dengan Azlan karena hanya itu jalan satu-satunya.
"Apakah Om yakin?" Marco menatap Rezel dengan penuh tanda tanya karena tentu akan ada masalah dengan perusahaan Rezel nantinya akibat skandal Ayesha tersebut.
"Lalu saya harus bagaimana? tidak mungkin saya berdiam diri seperti ini. Dari awal pertemuan Azlan dan Ayesha, saya tahu Azlan tertarik dengan Ayesha." Marco membenarkan ucapan Rezel, karena sahabatnya itu pernah mengutarakan isi hatinya dan selama pertemanan mereka, baru kali ini Azlan merasa tertarik dengan seorang perempuan.
"Kenapa tidak kita tanyakan dulu kepada Azlan? takutnya, Azlan tidak setuju dengan ide Om tersebut!" Marco mengutarakan pendapatnya, supaya tidak ada masalah nantinya.
"Kenapa mesti ditanyakan lagi? Bukannya sudah jelas, kalau Azlan menginginkan Ayesha. Tidak mungkin juga Azlan menginginkan Kinanti!" Marco mendelik, padahal ia sama sekali tidak membahas Kinanti.
~
Azlan terbangun, ia menatap kearah Papanya yang masih setia menunggunya.
"Pa ...!" Azlan memanggil dengan suara lemah.
"Kau sudah bangun Nak? syukurlah, Papa sangat khawatir." Azlan bisa melihat kesedihan dari sang Papa, bahkan terlihat beberapa kali ia mengusap matanya.
"Iya, Pa ...!" Azlan mencoba bangun meskipun sedikit pusing. Ia tidak ingin terlihat lemah dihadapan orang tuanya.
"Kita pulang sekarang Nak!" Azlan mengangguk mengiyakan, iya melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ternyata, sudah beberapa jam dia tertidur.
~
Ditempat lain, Marco mengikuti Atika hingga sampai ke rumah perempuan itu. Marco tersenyum smirk, tidak sia-sia ia mengikutinya meskipun Atika menolak untuk diantarkan pulang.
"Ternyata kau tinggal disini Atika." Marco menatap rumah yang menjadi tempat tinggal Atika. Rumah tersebut terlihat sederhana karena memang Atika merupakan orang yang tidak berada.
Marco melajukan kendaraannya menuju rumah sakit. Perjalanan yang cukup memakan waktu, karena terjadi kemacetan di beberapa tempat.
"Itu bukannya Ayesha?" Marco memperhatikan perempuan yang memakai pakaian lusuh yang berada di tepi jalan dekat lampu merah.
Marco hendak turun untuk menemui Ayesha, namun suara klakson cukup mengejutkannya. Ternyata lampu sudah berubah warna menjadi hijau, ia harus menepikan kendaraannya terlebih dahulu agar bisa menemui Ayesha.
Marco mengedarkan pandangannya ke tempat terakhir Ayesha berdiri tadi. Akan tetapi Ayesha sudah tidak berada disana lagi.
"Kemana dia?" Marco cukup penasaran dengan kehidupan yang dialami Ayesha sekarang, karena tidak mungkin sahabatnya menyukai gembel seperti perempuan yang dilihat barusan.
Marco yakin, perempuan yang di lihat tadi tentu tinggalnya tidak jauh dari tempat ini. Ia harus secepatnya menemui perempuan itu untuk memastikan kalau ia adalah Ayesha.
Tepat jam sembilan malam, Ayesha sudah sampai di rumah yang sekarang di tempatinya. Ia menatap kearah tempat tidur, disana terlihat adiknya yang terbaring lemah di sisi ranjang yang telah usang.
Ayesha mendekat. "Kakak mesti mencari uang kemana lagi Ayuna." Ia menangis tersedu, sudah cukup penderitaan yang di terima dari tantenya. Bahkan ia mengorbankan harga dirinya agar bisa menyelamatkan nyawa sang adik.
Ayesha menatap kamar yang di tempatinya. Tempat ini sebenarnya tidak layak untuk dihuni. Namun karena keterbatasan uang dengan terpaksa Ayesha menempatinya. Ia sama sekali tidak memiliki pekerjaan semenjak resign dari kantor Azlan. Padahal gaji yang Ayesha terima disana cukup besar meskipun ia hanya bekerja sebagai cleaning services.
Ayesha memutuskan untuk resign karena merasa malu bertemu dengan lelaki itu.
Ayesha cukup tahu diri, meskipun ia memiliki perasaan yang sama. Namun kehidupan mereka jauh berbeda. Karena perbedaan itulah yang membuat Ayesha dengan sengaja menyakiti Azlan sehingga membuat lelaki itu cukup terluka di pertemuan mereka yang terakhir.
Kinanti yang notabennya merupakan tante Ayesha mengetahui hal itu. Ia dengan sengaja menculik Ayesha dan meninggalkannya di kamar hotel bersama dengan pria yang sama sekali tidak Ayesha kenali.
Ayesha terbangun dan tiba-tiba wartawan masuk kedalam kamar yang ia tempati. Ayesha merasa ketakutan dan merasa terpojokkan dengan setiap hina-hinaan yang dilontarkan kepadanya.
"Kau menjebakku, dasar perempuan ******!" Itulah hinaan yang dilontarkan lelaki itu. Ia berprofesi sebagai aktor yang cukup terkenal, entah bagaimana caranya sampai ia terjebak disini.
Ayesha menangis, namun sepertinya tidak ada yang mempercayainya. Bahkan Ayesha sendiripun tidak tahu kenapa bisa ia berada di hotel ini.
siapa itu pengamen ?
semogga Marco menemukan Ayesha