NovelToon NovelToon
Menaklukkan Bos Killer

Menaklukkan Bos Killer

Status: tamat
Genre:Duda / CEO / Diam-Diam Cinta / Tamat
Popularitas:25M
Nilai: 4.9
Nama Author: Elis Kurniasih

Sequel Empty Love Syndrome

IG elis.kurniasih.5

Alexander Kenneth adalah CEO yang dikenal killer. Tidak ada yang bisa bertahan lama menjadi sekretarisnya, hingga dia meminta seorang wanita untuk menjadi sekretarisnya.

Bilqis Thalita wanita bar bar yang ceroboh dan kerap melakukan kesalahan, ternyata menarik perhatian Alex karena kemiripannya dengan mendiang istri.

"Dasar Bos Killer. Lihat saja, aku akan menaklukkanmu," janji Bilqis pada dirinya sendiri saat berdiri di depan cermin kamar mandi kantor.

Bagaimana Kisah Bilqis dan Alex selanjutnya? Akankah Bilqis mampu menaklukkan bos killer itu hingga ke dasar hatinya? Lalu bagaimana dengan phobia Bilqis yang tidak mau memiliki hubungan dengan pria?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepribadian ganda

Bilqis kesal dengan pernyataan Alex tentang pakaian d*l*mnya yang bergambar sofia kepada ketiga teman sejawatnya sesama sekretaris itu. Tina, Mira, dan Saskia tidak percaya dengan penjelasan jujur darinya saat Bilqis mengatakan perihal tentang pakaian d*l*m itu. ketiga sesama rekan sejawat Bilqis itu tetap mengira bahwa ia sama saja dengan mereka, terutama Tina dan Saskia.

Sedangkan Mira masih percaya dengan penjelasan Bilqis, tapi Mira dan Saskia tidak. Mira dan Saskia melebel Bilqis adalah sekretaris yang sama seperti mereka, sama-sama memiliki skandal dengan bosnya.

“Ish, terserah kalau ga percaya,” terang Bilqis lagi. “Aku sama Sir Alex ga pernah begituan ya.”

“Ih, lagian kalau begituan juga ga apa-apa kali, Qis. Itu artinya kamu menang taruhan,” sahut Tina.

“Dih, taruhan kita kemarin ga ada ya sampe harus begituan,” protes Bilqis. “Amit-amit.” Bilqis bergidik ngeri. Ia tidak pernah membayangkan dirinya berhubungan intim dengan lawan jenis.

Sontak Tina, Saskia, dan Mira pun tertawa.

“Iya, sih. Taruhan kita memang ga perlu sampai begituan.” Tina mengakui.

“Tapi harus ada bukti dong, kalau kamu udah menaklukkan CEO itu,” celetuk Saskia.

“Udah ada bukti kok. Sir Alex pernah mengajak aku ke pesta pernikahan temannya dan mengenalkan ke mereka kalau aku pacarnya. Iya kan, Tin?” sahut Bilqis dengan menoleh ke arah Tina mengingatkan tentang pesta beberapa waktu lalu.

Tina mengangguk. “Iya.”

“Serius, Qis?” tanya Saskia dan Mira bersamaan.

“Tapi Cuma pacar semalam,” lanjut Bilqis sembari nyengir.

“Jiah,” teriak Saskia dan Mira kecewa.

“Itu bukan bukti akurat,” ucap Mira lagi.

“Setuju.” Saskia menyahut.

“Terus?” tanya Bilqis bingung dengan menatap ketiga teman sejawatnya dan terlihat Tina yang santai menyeruput kopinya lagi.

“Bukti apa lagi?” tanya Bilqis lagi karena ketiga temannya itu hanya diam. “Aku pengen ke labuan gratis nih. Bulan depan kan?”

Mira, Saskia, dan Tina mengangguk. Bulan depan memang sudah memasuki penghujung tahun dan biasanya mereka akan mendapat jatah libur saat perusahaan memberikan libur hari Natal dan tahun baru. Hanya ada karyawan yang masuk di bagian tertentu dan itu pun dipilih karyawan junior untuk menjaga gawang, sedangkan tim sekretaris mengikuti para bosnya yang libur walau tidak semua bosnya merayakan hari raya itu karena memiliki keyakinan beragam.

“Hm, Buktinya apa Mbak?” tanya Tina pada Mira. Lalu arah mata Tina menuju pada Sakiya. “Apa, Ki?”

“Hm … Apa ya?” Saskia berpikir, begitu pun dengan Mira.

“Foto bareng,” ucap Mira. “Foto di latar studio instan seperti yang ada di t*me zon* dan sejenisnya.”

“Setuju,” sahut Saskia.

“Oke, aku setuju. Tapi satu lagi,” sambung Tina.

“Apa?”

“Aku pengen liat Sir Alex bucin sama kamu, Qis,” jawab Tina.

“Ish, kalau itu mah mana bisa? Kan kesepakatannya hanya menaklukkan, jadi cuma buat doi jinak dan ga marah-marah lagi kan?” tanya Bilqis menegaskan kesepakatan taruhan itu. “Kalau sampe doi bucin, itu artinya aku harus menaklukkan hatinya. Itu sih berat.”

Bilqis mengangkat tangannya.

“Iya, Tin. Itu berat. Saingan BilQis banyak. Apalagi Ibu Adel CEO perusahaan ABC, Bilqis mah kalah jauh.” Saskia menyebut nama wanita genit yang sering menggoda Alex saat perusahaan mereka bertemu dengan perusahaan itu.

Bilqis pun mengangguk. Ia memang tidak sepercaya diri itu, bisa menaklukkan hati Alex. Walau tanpa Bilqis sadari, ia sudah menaklukkan hati itu sekarang.

“Kalau begitu cium,” celetuk Mira.

“Ish, makin ngadi-ngadi aja sih, Mbak,” sahut Bilqis kesal.

“Setuju,” sahut Saskia.

“Aku juga setuju.” Tina ikut menyahut. “Gimana caranya, kita bisa melihat kamu ciuman sama doi.”

“Lah, kok syaratnya jadi makin berat sih?” tanya Bilqis yang hampir menyerah dengan taruhan itu.

“Lah, iya dong. Masa cuma katanya doang kamu udah naklukin doi. Harus ada bukti dong,” jawab Saskia.

“Kia, jangan jadi kompor meleduk deh!” kesal Bilqis pada sekretaris Pak Ringgo itu.

Saskia pun tertawa sembari menutup mulutnya. Entah mengapa ia senang sekali menjodoh-jodohkan Bilqis dengan Sir Alex, karena menurutnya mereka sangat cocok.

“Setuju.” Tina dan Mira langsung menanggapi dengan cepat.

“Oke, Deal. Kalau semua bukti terkumpul, kita langsung cus Labuan,” kata Tina lagi dengan mengulurkan tangan kanannya.

“Oke deal,” sahut Saskia dengan menunpuk tangan kanannya di atas tangan Tina. “Tenang, Tin. Kalau Bilqis menang taruhan, aku bantuin patungan buat akomodasinya Bilqis.”

“Siip.” Tina langsung mengangkat Ibu jari tangan kirinya ke atas.

“Oke, Deal. Aku bantuin bayar taksi sampe bandara aja,” sambung Mira dengan menunpukkan lagi tangannya di atas tangan Saskia.

Lalu, Mira langsung mendapat sorakan dari Saskia dan Tina.

Mira pun nyengir. Namun, Saskia dan Tina memaklumi karena Mira sudah berkeluarga dan cukup banyak tanggungan. Mira sudah dibolehkan ikut berlibur oleh suaminya saja, itu sudah cukup untuk mereka.

Bilqis menatap ketiga temannya bergantian dan ketiga tangan yang sudah saling bertumpuk itu. Ia pun mengulurkan tangannya dan menunpuk di atas tangan Mira. “Oke, Deal. Siapa takut?”

Sontak, mereka pun tertawa.

Setelah menikmati makan siang bersama rekan-rekan sejawatnya, Bilqis pun kembali ke mejanya. Baru saja ia duduk, Alex sudah memanggilnya lewat saluran telepon kantor.

Bilqis pun kembali berdiri dan melangkahkan kakinya ke ruangan itu. Bilqis menarik nafasnya panjang saat tangannya sudah berpegang pada handle pintu. Sebenarnya ia malas bertemu Alex karena masih kesal dengan mulut ember pria itu. Ia juga berniat ingin irit bicara di depan bosnya itu.

Lalu, Bilqis membuka pintu itu dan memasuki ruangan.

“Ya, Sir.” Bilqis berdiri di depan kursi kebesaran yang Alex duduki.

Namun, Alex masih asyik bertelepon. Pria itu membiarkan Bilqis berdiri tanpa mengatakan maksud mengapa ia memanggilnya tadi.

“Sir, anda …”

Perkataan Bilqis terpotong karena Alex langung mengangkat tangannya untuk memperingatkan agar Bilqis jangan dulu bicara.

Bilqis pun diam. Ia hanya mendengar percakapan bosnya dengan CEO wanita dari perusahaan ABC yang baru saja disebut Saskia saat di pantry tadi.

“Oke, saya akan menemuimu.”

“Oke, saya tunggu mister Alex. Tepat pukul tujuh direstoran XY. Oke!”

“Oke, tepat pukul tujuh, saya akan tiba di sana.”

“Baiklah. Terima kasih Mister Alex.” Suara wanita itu terdengar sensual dan mendayu, membuat Bilqis yang mendengarnya pun harus memutar bola matanya malas.

Alex menangkap ekspresi Bilqis tanpa wanita itu ketahui. Ia tersenyum melihat Bilqis dengan bibir komat kamit untuk mengungkapkan kekesalan. Entah kesal karena mendengar suara genit Ibu Adel, atau kesal karena wanita itu berdiri cukup lama di sana, hingga Alex menutup sambungan telepon itu.

Alex meletakkan kembali ponselnya di atas meja dan menatap Bilqis. “Apa saya memanggilmu?”

“Ck.” Bilqis berdecak kesal. Kekesalannya kini semakin memuncak. Namun, ia tetap memasang senyum, senyum terpaksa walau tetap terlihat imut di mata Alex.

“Iya, Sir. tadi anda memanggil saya by phone.”

Alex manahan senyum. “Oh, sorry. Saya lupa tadi ingin meminta apa darimu. Tapi ya sudahlah. Tidak jadi.”

“What?” tanya Bilqis dalam hati sembari membulatkan matanya.

“Kenapa kamu melotot gitu?” tanya Alex tanpa merasa bersalah.

Bilqis langsung menggeleng dan tersenyum. “Tidak apa, Sir. Tidak apa. Oke, kalau begitu saya permisi.”

Bilqis membalikkan tubuhnya dan kembali berkomat kamit mengumpat bosnya yang masih saja killer. Entah kapan Bilqis bisa menaklukkan bosnya itu.

“Bilqis.” Alex kembali memanggil nama sekretarisnya.

Bilqis masih memasang wajah kesal sebelum tubuhnya berbalik ke arah Alex. Namun saat berbalik, ia pun memasang senyum. “Ya, Sir.”

Alex menatap cukup lama wajah Bilqis dan berkata, “Hm … tidak jadi.”

“Ish, dasar duda labil,” umpat Bilqis dalam hati dan ia tetap tersenyum. “Baiklah, saya permisi.”

Alex mengangguk dan membiarkan Bilqis keluar dari ruangannya. Bibirnya pun tersenyum. Alex hanya ingin memanggil gadis itu dan melihat wajahnya.

****

Malam ini, Alex memaksa Bilqis untuk menemani dirinya bertemu Adel. Padahl seharusnya, malam ini adalah jatah asisten Alex untuk menemani. Namun, Alex beralasan jika asistennya itu sedang mengurus pekerjaan yang lain yang juga penting. Mau tidak mau, Bilqis pun menurut karena menemani Alex bertemu klien adalah salah satu tugasnya.

Alex melirik ke arah Bilqis yang sedari tadi memalingkan wajahnya ke arah jendela. Sejak mereka berada di dalam mobil, arah mata Bilqis selalu saja ke sana dan mereka pun tidak berbincang.

“Hei, Qis. Kamu kenapa? Dari tadi diam saja.”

Bilqis pun menoleh. “Tidak apa. Saya sariawan dan malas bicara.”

“Oh, baiklah. Setelah dari restoran XY, kita akan ke apotik untuk membeli obat sariawan.”

Bilqis langsung melambaikan kedua tangannya. “Tidak usah, Sir. Nanti juga sembuh sendiri.”

“Tidak akan sembuh jika tidak diberi obat. Itu tandanya kamu kurang vitamin C. Atau kamu mau vitamin lain yang serupa?” tanya Alex sembari mengangkat rem tangan ke atas setelah mobilnya berhenti tepat di parkiran khusus dengan bertuliskan ‘valet’

“Apa? Herbal?” tanya Bilqis polos.

Alex menggeleng. “Lebih alami dari itu.”

Lalu, Alex memajukan wajahnya hingga berada tepat di depan wajah bilqis. Kemudian, berbisik. “Vitamin Cium. Aku akan memberikannya untukmu.”

Sontak, Bilqis pun menganga. Padahal semula ia hanya beralasan. Namun, alasan itu ternyata menjadi bumerang untuknya.

Bilqis menatap wajah Alex yang terlihat mesum. Ia tidak mengerti dengan sikap bosnya ini, karena sikapnya di kantor dan di luar kantor sangat bebeda. Apa Sir Alex memiliki kepribadian ganda? Pertanyaan itu berputar di kepala Bilqis.

1
Kiya Annchi
mati kau Lenka anjing
Kiya Annchi
harus kau yg mati aj Lenka anjg
Tira Aneri
suuukaaa
Nuryati Yati
😭😭😭
Singosari 00
makasih atas karyanya bagus
Dewa Rana
bilqis grogi ya
Dewa Rana
bilqis takabur
Ummu Jihad Elmoro
modus...🤣🤣🤣
Ummu Jihad Elmoro
astaga, Sofia..🤣
Aqella Lindi
busyet ganteng pisan alex
Mafie Rumiedhy
suka kok
Mafie Rumiedhy
Buruk
Sendhoog Ceplezz
gokilllll🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Sendhoog Ceplezz
buset dach in mah hot duda bget thorrr🤣🤣
bolh take away g thor🤣🤣
Vtree Bona
Luar biasa
Rahmi Mamimima
bakal kyk 1 komplek kumpul🤣
Rahmi Mamimima
dasar lakik

g prnh tau salahnya mrasa g prnh punya salah
Rahmi Mamimima
dpt ilmu dr suhunya lgsg 🤣
Rahmi Mamimima
🤣🤣 anak siapa itu bu ...
Rahmi Mamimima
wkwkwk😆😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!