NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba, dari balik kerumunan jemaah masjid yang baru saja menyimak tausiyah dzuhur, muncullah seorang gadis berwajah bening dengan sorot mata sekuat badai.

Di hadapan ratusan pasang mata, ia berdiri tepat di depan sang ustadz muda yang dikenal seantero negeri karena ceramahnya yang menyentuh hati.

"Aku ingin menikah denganmu, Ustadz Yassir," ucap Zamara Nurayn Altun, dokter magang berusia dua puluh satu tahun, anak dari keluarga terpandang berdarah Turki-Indonesia.

Seluruh dunia seakan berhenti sejenak. Para jemaah terdiam. Para santri tertegun. Dan sang ustadz hanya terpaku, tak sanggup berkata-kata. Bagaimana bisa, seorang gadis yang tak pernah ia kenal, datang tiba-tiba dengan keyakinan setegas itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 7

“Langkah Aisyah menghilang di balik pagar taman, tapi getaran niatnya masih terasa. Zamara menggigit bibir, matanya menerawang ke langit yang mulai berawan.

"Aku nggak akan biarkan semuanya hancur. Aku nggak akan duduk diam melihat rencana yang kususun dengan hati ini gagal begitu saja," desis hatinya lirih.

Bukan karena ambisi. Bukan pula karena ingin menang dari Aisyah. Tapi karena ia percaya hubungan yang ia perjuangkan dengan doa dan ketulusan,

tak boleh dikalahkan oleh senyum palsu dan langkah penuh niat tersembunyi.

Aisyah belum benar-benar pergi. Ia berdiri tak jauh dari bangku taman, tatapannya masih menusuk. Beberapa temannya yang ikut datang mungkin pengikut kajian, mungkin sekadar sahabat lama mulai berbisik-bisik di sudut.

Dan salah satu dari mereka, seorang perempuan berjilbab hitam dengan wajah mencibir, tiba-tiba bersuara lantang.

“Pak Ustadz kami masih nggak paham. Kenapa lebih milih perempuan nggak jelas kayak dia,” katanya, menunjuk Zamara dengan dagu, “dibanding ustadzah Aisyah yang sudah jelas-jelas baik, hafizhah, aktif dakwah, dan sudah lama mendampingi kajian Ustadz?”

Beberapa lainnya ikut berseru lirih, “Iya, masa calon istri ustadz malah dokter gombalan yang doyan tampil dan viral…”

Zamara terdiam sontak dadanya panas, tapi ia menunduk. Menjaga adab. Ia tahu, satu kalimat salah bisa merusak semua yang telah ia jaga bersama Ustadz Yassir.

Namun Yassir berdiri. Tegak. Wibawa itu muncul bukan karena suara keras, tapi karena ketegasan hatinya.

“Cukup,” ucapnya datar, tapi tegas. “Saya tidak pernah mengajarkan dakwah dengan menghakimi orang lain. Tidak di majelis, dan tidak pula di taman ini.”

Semua seketika mendadak diam dan terdengar jelas hanya suara daun yang jatuh terdengar.

Yassir melanjutkan, “Zamara memang bukan ustadzah. Ia dokter. Ia tidak hafal 30 juz, tapi ia menjaga lisannya. Ia tidak tampil di mimbar, tapi ia melayani orang sakit dengan senyum dan sabar.”

Tatapannya menembus satu per satu wajah yang tadinya bersuara nyaring.

“Kalian bilang ia nggak jelas. Tapi yang saya lihat, dia jelas menjaga adab. Tidak mencaci. Tidak menuduh. Tidak membandingkan dirinya dengan siapa pun.”

Yassir menunduk sejenak, lalu kembali menatap mereka dengan tenang.

“Dan jika kalian menganggap wanita shalihah hanya yang terlihat dari jumlah hafalan dan jilbab panjang, maka kalian lupa kemuliaan seorang wanita diukur dari takwanya, bukan dari seberapa sering ia muncul di majelis, atau seberapa banyak dia dipuji manusia.”

Zamara menahan air mata. Ucapannya tidak dibela dengan amarah, tapi dijaga dengan kemuliaan.

Yassir menoleh ke arahnya dan berkata pelan, “Aku memilihmu bukan karena kamu sempurna. Tapi karena kamu jujur, apa adanya, dan tak pernah menjual citra untuk menutupi kekurangan. Dan aku ingin belajar mencintai dalam diam yang diridhai, bukan dalam sorotan yang menyesatkan.”

Beberapa orang tertunduk. Aisyah menggigit bibir, tak lagi menyahut.

Zamara mengangkat wajah, lalu berkata dengan lembut, “Terima kasih, Ustadz. Saya mungkin nggak dikenal sebagai wanita baik-baik menurut standar mereka Tapi saya bersyukur, Allah masih pertemukan saya dengan seseorang yang memilih untuk melihat hati, bukan hanya label.”

Zamara menarik napas dalam. Suaranya lirih, tapi cukup jelas untuk didengar semua yang hadir.

“Saya bukan siapa-siapa,” ujarnya. “Saya hanya seorang perempuan biasa yang berusaha menjalani hidup tanpa banyak menuntut. Saya tahu, saya tidak punya hafalan yang membanggakan, saya tidak pernah berdiri di panggung untuk menasihati banyak orang. Tapi setiap hari saya berusaha tidak menyakiti siapa pun, tidak menodai hati dengan iri, dan tidak menambahkan luka pada sesama yang sudah terluka.”

Ia menatap sekilas wajah-wajah di sekitarnya, lalu menunduk.

“Kalau itu dianggap kurang, saya terima. Karena saya sadar, yang menilai saya bukan kalian, bukan juga manusia, tapi Allah. Saya masih banyak salah, tapi bukankah setiap orang punya jalannya masing-masing untuk kembali kepada-Nya?”

Suaranya sedikit bergetar, namun ia terus melanjutkan.

“Dan jika saya bisa memilih… saya lebih ingin dikenal Allah sebagai hamba yang berusaha sabar, daripada dikenal manusia sebagai sosok sempurna padahal hati penuh riya. Saya tidak ingin hidup mengejar label, saya hanya ingin hati saya tetap tenang karena merasa cukup dengan ridha-Nya.”

Ia berhenti sejenak, menarik napas. Senyum tipis muncul di wajahnya, meski matanya basah.

“Kalau kalian melihat saya biasa, biarlah. Karena mungkin memang saya biasa. Tapi saya yakin, yang membuat hidup mulia bukan pandangan manusia, melainkan bagaimana Allah memandang kita di akhir.”

Ruangan itu kembali hening. Tidak ada lagi yang berani menyela. Bahkan angin yang berhembus terasa membawa ucapan Zamara jauh lebih dalam ke hati mereka.

Yassir hanya menunduk, senyumnya samar namun penuh syukur.

Hari itu, banyak mata terbuka. Bahwa tidak semua yang terlihat ‘biasa’ tak layak dicintai. Dan tidak semua yang tampak ‘sempurna’ adalah yang terbaik di mata Tuhan.

Dari kejauhan, di balik pohon besar di sudut taman, Aisyah berdiri membeku. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras, dan matanya tak bisa lepas menatap dua sosok yang kini tampak begitu serasi di tengah taman itu Zamara yang sederhana tapi bercahaya, terlihat auranya menawan dan Ustadz Yassir yang berdiri membela tanpa ragu.

Detik itu, wajah teduh Aisyah memudar, digantikan kemarahan yang membara dalam diam. Rencana yang selama ini ia susun dengan rapi gagal.

Ia ingat jelas bagaimana selama ini ia mendekat, menyisipkan perhatian lewat doa dan pesan-pesan ke Ustadz Yassir. Ia membangun citra sebagai ustadzah yang pantas mendampingi seorang da’i muda.

Ia pikir, cukup dengan nama baik, koneksi kajian, dan latar belakang agamanya Yassir akan luluh.

Tapi yang dipilih justru perempuan biasa Dokter magang yang tidak dikenal di kalangan majelis, yang kadang gombalnya kelewat batas dan viral hanya karena wajah cantik dan gaya bicaranya yang terkadang nyeleneh dan bercanda.

“Aku nggak percaya.” gumam Aisyah pelan tapi getir. “Perempuan kayak dia bisa ngambil Yassir dariku cuma karena topeng polos dan gaya pura-puranya.”

Ia memalingkan wajah, namun langkahnya tetap terpaku. Salah satu temannya, Zahra, datang menghampiri dengan raut bingung.

“Aisyah sudahlah mungkin memang belum takdir kamu.”

Aisyah menoleh cepat, matanya memerah. “Belum takdir? Ini bukan soal takdir, Zahra. Ini soal dia yang muncul entah dari mana, bikin Yassir berubah pikiran.”

Ia menggertakkan giginya. “Tapi dia belum menikah. Masih ada waktu. Aku nggak akan diam saja.”

Zahra menatapnya khawatir. “Aisyah, jangan paksa cinta. Kalau Yassir sudah memilih jangan lawan takdir Allah.”

Namun Aisyah menggeleng keras.

“Tidak. Ini bukan takdir. Ini pencurian. Dan pencuri akan selalu menuai akibat dari yang ia rebut.”

Ia pun melangkah pergi, menyembunyikan amarahnya di balik kerudung yang berkibar tertiup angin. Dalam hatinya, dendam mulai tumbuh.

Ia bersumpah, akan ada harga yang harus dibayar atas "kemenangan" Zamara Nurayn Altun.

Karena bagi Aisyah cinta bukan lagi tentang keikhlasan, tapi tentang siapa yang berhasil dan siapa yang ditinggalkan.

“Aku sudah menunggu bertahun-tahun. Menjaga diri, menjaga nama, bahkan menolak banyak lelaki hanya karena aku yakin Yassir lah takdirku. Semua orang tahu aku cocok dengannya, aku pantas berdiri di sisinya, mendampinginya dalam dakwah. Lalu tiba-tiba datang perempuan asing itu, tanpa hafalan, tanpa nama, tanpa kemuliaan yang terlihat. Apa yang membuatnya lebih layak dariku? Senyumnya? Kesederhanaannya? Tidak mungkin. Itu hanya topeng.”

Aisyah mengepalkan tangan di balik kerudungnya.

“Aku tidak rela. Cinta Yassir bukan milik perempuan itu. Kalau benar cinta adalah takdir, kenapa hatiku tidak pernah diarahkan ke orang lain? Kenapa justru Allah biarkan hatiku jatuh kepada Yassir sejak dulu? Tidak. Ini bukan takdir. Ini perebutan. Dan kalau dia berani merebut, dia juga harus siap kehilangan.”

Kakinya melangkah semakin cepat.

“Aku akan buktikan bahwa aku lebih layak. Aku akan singkap semua kelemahannya, semua yang disembunyikan di balik wajah manisnya. Biarkan Yassir sadar, perempuan itu tidak sebaik yang ia lihat. Kalau perlu, aku sendiri yang akan membuatnya jatuh. Zamara Nurayn Altun, kau sudah salah memilih jalan. Kau pikir kau menang? Tidak. Pertarungan ini baru saja dimulai.”

1
Abel Incess
nangis bombay pagi" Thor 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak tanggung tissu yah kakak 🤣🤭🙏🏻
total 1 replies
Abel Incess
Asli ini sangat menyakitkan 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ini ujian 🤣☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Enz99
jangan lama-lama sedihnya Thor.... balikin zamara nya y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Mami Pihri An Nur
Wooowww,, perempuan egois, menantang bpknya sndri masalh keturunan, tp dia sndri yg utamakn keturunan laki2 buat penerus trs ditingglkn ank ceweknya,, aku kecewa thour di tengh crtanya ko gini, dikira Setelah punya ank akn bhgia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: masih panjang kak ceritanya 🤭😂
total 1 replies
Isma Isma
apa zamara punya penyakit bikin penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: tungguin selanjutnya
total 1 replies
Abel Incess
apa sih tujuannya Zamara, makin penasaran
Enz99
bagus bangettt.... lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak
total 1 replies
darsih
zamara penuh teka teki JD penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak sudah mampir baca
total 1 replies
darsih
JD penasaran SM zamara penuh teka- teki
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: baca lanjutannya kakak biar kejwab
total 1 replies
Eva Karmita
ada misi apa kamu Zamara...dalam satu Minggu harus bisa menaklukkan ustadz Yassir...??
Semoga saja kamu tidak membuat ustadz Yassir kecewa , kamu harus hati" dgn Aisyah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: rahasia 😂🤣
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!