Arini gadis 25 tahun menjadi pewaris tunggal . Ayahnya meninggal 1 tahun yang lalu. Arini sejak kecil sudah diasuh oleh ibu tirinya dan juga kedua saudara tirinya. Selam ini keluarganya baik kepadanya dan penuh kasih sayang.
Siapa sangka ternyata di balik semua itu ada rencana, satu persatu kebusukan ibu tirinya dan kedua saudaranya terungkap, Arini mendapatkan pengkhianatan dari kekasihnya dengan adanya perselingkuhan.
Tabiat laki-laki yang dia pikir selama ini mencintainya, juga sudah mulai terungkap ketika Arini memberikan posisi Direktur di Perusahaan.
Arini mulai dicampakkan ketika aset keluarganya memiliki saudara tirinya dan calon suaminya. Arini bahkan dibuang dan mendapat caci maki dari orang-orang akibat jebakan yang dari keluarganya.
Sampai akhirnya Arini kembali bangkit dari keterpurukan untuk membalas semua dendamnya. Dari mengambil seluruh apa yang telah menjadi miliknya dan menjadikan orang-orang yang telah menghancurkannya saling menusuk satu sama lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Kebersamaan.
Arini berada di kediaman Lena sedang menemani Lena memasak makan malam. Ternyata di sana juga ada Aditya yang sedang sibuk membaca buku duduk di sofa dan sejak tadi Arini memperhatikan pria tersebut yang benar-benar tidak terganggu dengan keberadaan mereka.
"Arini apa sudah selesai memotong sayurannya?" tanya Lena membuat Arini kaget karena sejak tadi dia melamun.
"Oh iya. Nek, sebentar," sahut Arini dengan buru-buru melanjutkan untuk memotong sayuran itu.
"Pelan-pelan saja Arini, nanti tangan kamu bisa terluka dan lagi pula tidak ada hal yang harus diburu-buru," ucap Nenek membuat Arini lagi-lagi menganggukkan kepala.
"Ini adalah makan malam dan bukan untuk makan sore," lanjut Lena.
"Iya. Nek!" sahut Arini.
Aditya melihat arloji di tangannya dan kemudian berdiri dari tempat duduknya menghampiri dapur.
"Nek, Aditya pamit untuk menemui klien," ucap Aditya.
"Nenek menyuruh kamu datang untuk ikut makan malam bersama Nenek, bukan tiba-tiba pergi di tengah jalan seperti ini," ucap Lena.
"Tetapi saya sudah berjanji sebelumnya dengan klien, saya akan berusaha datang tepat waktu," ucap Aditya.
Lena menghela nafas, mungkin dia ingin protes pada cucunya itu agar tidak kemana-mana, biasanya jika seseorang berurusan dengan pekerjaan dan maka akan lupa waktu dan bisa-bisa Aditya terlambat datang.
"Pergilah," sahut Lena terdengar begitu tidak ikhlas dan sementara Arini hanya melihat bagaimana komunikasi antara cucu dan nenek tersebut.
Arini juga sudah pasti mengharapkan Aditya ikut makan malam bersama mereka.
"Baiklah, Aditya akan mencoba untuk menghubungi klien untuk menunda hari pertemuan di sore ini," sahut Aditya ternyata tidak bisa membuat neneknya kecewa.
"Kenapa tidak melakukannya sejak tadi dan harus membuat mood nenek berantakan seperti ini. Bagaimana masakan ini tidak enak," sahut Lena.
Arini tersenyum mendengar pembicaraan cucu dan nenek yang sangat menggemaskan itu.
"Saya akan menghubungi klien terlebih dahulu," ucao Aditya berlalu dari dapur dan kembali ke sofa.
"Huhhh, sudah jelas-jelas dihubungi untuk ikut makan malam dan katanya bisa datang dan sekarang tiba-tiba saja mau pergi. Mana mungkin saya membiarkan hal itu terjadi," ucap Lena tidak berhenti mengoceh dan sementara Arini tidak menanggapi dan hanya tersenyum saja.
Dia juga ikut senang dengan Aditya yang akhirnya ikut makan malam dan tadi sewaktu Meisya mengajaknya untuk pergi Aditya tidak bisa karena ada pertemuan dengan klien dan ternyata permintaan neneknya tidak bisa ditolak Aditya dan lebih baik membatalkan pertemuannya dengan klien tersebut.
Dratt-drattt-drattt.
Ditengah Lena memasak bersama dengan Arini tiba-tiba saja ponsel Lena berdering.
"Hallo!"
"Baiklah kalau begitu, saya akan langsung mengecek bunga-bunga tersebut," ucap Lena dan akhirnya mematikan telepon tersebut.
"Ada apa. Nek?" tanya Arini.
"Arini saya tinggal sebentar ya, kebetulan bunga-bunga dari taman ini dijadikan dekor untuk acara pernikahan dan ternyata ada kesalahan sedikit, saya harus memeriksanya," ucap Lena.
"Baiklah. Arini akan melanjutkan untuk memasaknya dan lagi pula Nenek sudah memberi arahan sebelumnya," jawab Arini masalah sama sekali.
"Terima kasih Arini," sahut Lena.
"Aditya akan mengantar Nenek," sahut Aditya mendengar pembicaraan itu.
"Tidak perlu Aditya, kamu di sini saja menemani Arini. Nenek hanya pergi sebentar saja dan nanti juga akan kembali sebelum makan malam," sahut Lena.
"Apa Nenek yakin tidak perlu diantar?" tanya Aditya.
"Saya sudah mengatakan tidak perlu dan maka tidak perlu. Arini saya tinggal sebentar ya," ucap Lena membuat Arini mengganggukan kepala dan Lena langsung pergi.
Arini melanjutkan untuk memotong sayuran tersebut yang sejak tadi tidak selesai.
"Auhhhh!" Arini tiba-tiba saja kesakitan dengan memencet jarinya yang membuat Aditya menoleh ke belakang.
"Arini!" Aditya langsung menghampiri Arini dan mengambil jari tersebut dengan mengisap darahnya.
Arini kesulitan menelan ludah dengan perlakuan Aditya yang refleks membantunya.
"Maaf!" ucap Aditya menyadari apa yang dia lakukan mungkin sedikit berlebihan.
"Tidak apa-apa. Kak," sahut Arini dengan tersenyum dengan ekspresi wajahnya terlihat begitu gugup.
Aditya kemudian berjalan menuju nakas dan mengambil hansaplast lalu kemudian menutup luka Arini.
"Lain kali kamu hati-hati menggunakan pisau, untung saja jari kamu tidak terpotong," ucap Aditya membuat Arini menganggukkan kepala.
Arini ingin kembali melanjutkan pekerjaannya, tetapi tiba-tiba saja Aditya mengambil pisau tersebut.
"Biar saya saja yang melanjutkannya dan kamu bisa melanjutkan pekerjaan lain," ucap Aditya.
"Tetapi, Kak Aditya tugas ini diberikan Nenek kepada saya dan saya merasa tidak enak jika Kakak harus ikut-ikutan," sahut Arini.
"Tangan kamu sedang terluka dan jika nenek tahu tangan kamu terluka juga tidak mungkin memaksakan kamu untuk melanjutkan memotong sayuran," jawab Aditya.
"Maaf. Kak Aditya lagi-lagi harus membuat Kakak repot seperti ini," ucap Arini benar-benar merasa tidak enak dan membuat Aditya hanya santai saja yang melanjutkan pekerjaan itu.
Sementara Meisya berada di dalam kamarnya yang sedang bersiap-siap untuk menghadiri acara ulang tahun salah satu rekan sutradara. Meisya seperti biasa tampil begitu sangat cantik dengan gaun merah tanpa lengan yang memperlihatkan sedikit belahan buah dadanya dan panjang gaun tersebut juga memperlihatkan belahan sampai pahanya.
"Aku sebaiknya menghubungi Aditya dan mengabari bahwa aku akan pergi ke acara ulang tahun tersebut!" ucap Meisya mengambil ponselnya ingin melapor kepada kekasihnya.
Tetapi Meisya dan menghubungi berkali-kali dan tidak ada respon dari Aditya.
"Apa jangan-jangan dia sedang ada pertemuan dengan klien!" Meisya menduga-duga saja yang terus menghubungi kekasihnya dan bagaimana mungkin telepon tersebut bisa diangkat karena Aditya sekarang berada di dapur dan ponselnya tertinggal di sofa.
Aditya bersama dengan Arini terlihat kompak memasak, jarak keduanya bahkan dekat berdiri saling bersebelahan memasak seperti pasangan yang romantis.
Aditya juga tidak mendengar suara bunyi telepon tersebut.
"Arini saya bisa minta tolong untuk kamu mengambilkan paperbag yang ada di meja, Nenek mengatakan ada tambahan bahan makanan di sana," ucap Aditya.
"Boleh!" Arini tidak keberatan sama sekali dan langsung pergi menuju sofa.
Saat ingin mengambil barang yang dimaksud Aditya tiba-tiba Arini melihat ponsel tersebut berdering dan melihat jelas panggilan dari Meisya.
Arini dengan sangat lancang mematikan telepon tersebut dan pasti sengaja agar Meisya kesal karena kekasihnya mematikan panggilan telepon darinya.
"Aku tidak membayangkan saat ini pikiran negatif apa yang sedang menyelimutimu, Meisya, Meisya, hidupmu mulai sekarang akan dipenuhi dengan rasa kepanikan dan takut kehilangan," batin Arini merasa sangat puas melakukan semua itu.
"Arini apa kamu sudah menemukannya?" Arini tersentak kaget saat mendengar teguran dari Aditya.
"Iya. Kak aku sudah mendapatkannya," sahut Arini yang kemudian meninggalkan ruang tamu dan kembali ke dapur memberikan apa yang diminta Aditya.
Sementara Meisya terlihat begitu panik berada di dalam kamarnya dan juga gelisah saat ponsel tersebut dimatikan.
"Aditya tidak pernah mematikan teleponku selama kami pacaran dan kenapa dia tiba-tiba melakukan semua ini?"
"Apa jangan-jangan dia benar-benar sibuk bersama dengan klien, tetapi biasanya dia cukup silent ponselnya dan tidak perlu mematikan dengan cara seperti ini," Meisya mulai panik dan merasa curiga dengan kekasihnya.
"Sudahlah nanti juga pasti dia akan menghubungi kemarin sebaiknya aku langsung saja pergi sebelum aku terlambat," Meisya berusaha kembali untuk berpikir positif.
Bersambung....