Sinopsis
Jovan, seorang pria muda pewaris perusahaan besar, harus menjalani hidup yang penuh intrik dan bahaya karena persaingan bisnis ayahnya membuat musuh-musuhnya ingin menjatuhkannya. Suatu malam, ketika Jovan dikejar oleh orang-orang suruhan pesaing, ia terluka parah dan berlari tanpa arah hingga terjebak di sebuah gang sempit di pinggiran kota.
Di saat genting itu, hadir Viola, seorang wanita sederhana yang baru pulang dari shift panjangnya bekerja di pabrik garmen. Kehidupannya keras, dibesarkan di panti asuhan sejak kecil tanpa pernah mengenal kasih sayang keluarga kandung. Namun meski hidupnya sulit, Viola tumbuh menjadi sosok kuat, penuh empati, dan berhati lembut.
Melihat Jovan yang berdarah dan terpojok, naluri Viola untuk menolong muncul. Ia membawanya bersembunyi di rumah kontrakan kecilnya yang sederhana. Malam itu menjadi titik balik dua dunia yang sangat berbeda.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35 Pion dalam Catur Kekuasaan
Suasana dalam mansion Marcovelli terasa mencekam malam itu. Cahaya lampu kristal berkilau di langit-langit tinggi, tapi tak mampu menghangatkan udara yang penuh dengan aroma ketegangan dan ancaman.
Di ruangan utama, duduk para petinggi keluarga mafia dari berbagai wilayah wajah-wajah kejam dengan tatapan tajam penuh perhitungan.
Di tengah ruangan, Viola berdiri dengan gaun hitam elegan yang dipilihkan untuknya.
Gaun itu indah, tapi baginya terasa seperti pakaian tahanan yang berkilau. Di lehernya tergantung liontin warisan — lambang keabsahan dirinya sebagai putri sah Marcovelli.
Lucien berdiri di sampingnya, suaranya berat dan tegas saat berbicara ke seluruh tamu,
"Malam ini, kami resmi memperkenalkan pewaris tunggal keluarga Marcovelli.
Mulai sekarang,Viola Marcovelli akan menjadi bagian penting dalam perjanjian politik besar ini."
Tamu-tamu bertepuk tangan pelan, tapi di balik tepuk tangan itu ada satu kebenaran yang tidak bisa Viola abaikan,ia bukan tamu kehormatan… melainkan pion, dari permainan mereka...
"Perjanjian ini, akan mengikat keluarga kita dengan keluarga De Rossi. "lanjut Lucien.
"Persatuan ini akan memperkuat wilayah, mengakhiri perang, dan memastikan tahta Marcovelli tetap kokoh."tambah Lucien lagi.
Viola menggenggam tangannya kuat-kuat.
De Rossi… nama itu bukan sekadar keluarga mafia biasa. Mereka dikenal brutal, tak segan mengorbankan siapa pun demi kekuasaan.
Setelah acara perkenalan, Viola digiring ke ruangan belakang oleh dua pengawal.
Di sana, menunggunya Lorenzo Antonio De Rossi pewaris keluarga lawan yang kini menjadi sekutunya.
Pria itu menatap Viola dengan senyum licik.
"Kau tahu? Kau cantik… tapi lebih cantik lagi saat menjadi kunci kekuasaan kami."
Viola menatapnya dingin,
"Aku bukan barang dagangan kalian.!"
Antonio mendekat, meraih dagu Viola kasar.
"Sayangnya, dalam dunia ini, cinta nggak ada nilainya. Kekuasaan adalah segalanya. Kau akan jadi milikku, suka atau tidak.!"
Viola meronta, tapi dua pengawal menahan bahunya kuat. Dalam hatinya, ia berteriak,"Jovan… tolong aku…"
Sudah hampir tiga bulan Viola berada di mansion Marcovelli. Tiga bulan sudah Viola dan Jovan dipisahkan oleh tembok kekuasaan, oleh darah dan rahasia yang begitu gelap hingga tak seorang pun berani menentangnya.
Hidup Jovan berubah drastis,tidur tak lagi tenang, makan sekadar untuk bertahan, dan harapan perlahan terkikis oleh waktu. Setiap sudut kota yang dulu menyimpan kenangan manis kini menjadi pengingat akan kehilangan yang menyakitkan.
"Lo nggak bisa terus begini, Jo," kata Andre suatu malam.
"Dunia nggak akan nunggu lo. Kalau Viola masih hidup, satu-satunya cara buat nemuin dia… bukan dengan jadi pengecut.!"
Jovan menatap sepi langit malam dari jendela apartemennya. Ia sudah mencari ke mana-mana tapi keluarga Marcovelli seperti hantu lenyap, tersembunyi di balik lapisan jaringan mafia internasional.
Dan tepat saat keputusasaan nyaris menelannya.
Satu pesan misterius masuk ke ponselnya.
"Jika kau benar-benar ingin mengubah akhir cerita ini… datanglah ke koordinat ini. *Black Shadow* menunggumu."
Pesan itu tanpa pengirim. Tanpa tanda tangan. Tapi isinya… membuat jantung Jovan berdetak tak biasa.
namun satu hal yang Jovan sadar itu adalah "Pintu Masuk Dunia Gelap"
Koordinat dalam pesan itu membawanya ke arah pelabuhan tua, jauh dari pusat kota. Tempat itu kosong, hanya ada kontainer berkarat, debu laut, dan suara ombak menghantam dermaga.
Tiba-tiba… suara berderak terdengar. Salah satu kontainer terbuka perlahan.
Dari dalamnya, asap putih keluar dan menampakkan tiga sosok berseragam hitam dengan lambang ular melingkar di dada kiri.
Salah satu dari mereka maju.
"Jovan Adiwangsa. Putra tunggal dari keluarga besar. Mantan pewaris yang menolak kekuasaan.
Orang yang menantang mafia Marcovelli demi satu wanita."
Jovan mengepalkan tangan.
"Kalian siapa?"
"Kami "Black Shadow" jaringan bayangan. Kami bukan polisi. Bukan mafia. Kami adalah alat tak terlihat yang digunakan oleh dunia untuk menyelesaikan masalah yang tak bisa diselesaikan oleh hukum."ucap salah seorang pria yang berpakaian hitam tersebut....
dalam hati Jovan bertanya apakah kepentingan ketiga orang itu untuk menemuinya Mungkinkah mereka akan membantunya atau malah sebaliknya...?