Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 ~ CTDKI
Sabrina mengantar Marvin sampai kedepan pintu kamar setelah memastikan putrinya tertidur pulas. Saat kematian suaminya, Sabrina sempat terpuruk dan tidak memiliki tujuan hidup. Saat itu Marvin selalu hadir untuk putri kecilnya yang saat itu masih berusia satu tahun, membuat Kiara tidak pernah merasa kehilangan sosok seorang ayah karena gadis kecil itu selalu menganggap Marvin sebagai ayah pengganti.
"Terimakasih ya sudah mau menemani Kiara sampai dia tertidur," ucap Sabrina.
Marvin mengangguk, "Kalau begitu kamu istirahatlah, aku akan kembali ke kamarku."
"Marvin." panggil Sabrina, menahan lengan Marvin sebelum pria itu sempat melangkah.
"Dua bulan ini semenjak kamu pulang kemari, Kiara selalu mencari dan menanyakanmu. Sekarang kami akan tinggal di rumah orang tuaku disini, bisakah kamu lebih sering menemui dan menemani Kiara?" pintanya kemudian.
"Aku tidak berjanji," jawab Marvin.
"Ah," Sabrina tersenyum tipis, menutupi rasa kecewanya. "Aku mengerti, kamu pasti sangat sibuk dengan pekerjaanmu."
Kedatangan Liora yang berjalan dengan langkah terburu-buru dari arah halaman belakang mengalihkan perhatian Marvin. Liora melangkahkan kakinya cepat dengan wajah memerah antara menahan tangis sekaligus menahan marah setelah dia berbicara berdua dengan Nyonya Eliza barusan.
"Kamu istirahat, aku akan kembali ke kamarku sekarang."
Marvin menepuk lengan Sabrina, kemudian berlalu pergi untuk mengejar Liora tanpa sempat melihat kekecewaan diwajah Sabrina karena wanita itu masih ingin mengobrol dengannya. Sabrina memang tidak sempat melihat kehadiran Liora karena Liora datang dari arah belakangnya.
Marvin melangkahkan kakinya cepat, meraih tangan Liora sebelum wanita itu sempat membuka pintu kamar yang ditempatinya bersama Haikal.
"Ikut aku." ajak Marvin.
"Tidak." Liora menarik tangannya hingga terlepas dari genggaman Marvin, menurunkan pandangannya dengan napas yang terdengar berat.
"Kenapa?" Marvin mendekat, mengikis jarak diantara mereka. "Apa kamu mendengar sesuatu? Atau ibuku mengatakan sesuatu padamu?"
Liora mengangkat wajahnya cepat hingga tatapan keduanya kembali bertemu.
"Maaf karena sudah membuatmu menunggu dengan khawatir, ada alasan kenapa aku tidak pulang hari ini." ucap Marvin. "Aku..."
Pintu kamar terbuka bersamaan dengan Haikal yang keluar dengan memberikan tatapan tajam pada keduanya. Tangan Marvin bergerak cepat sebelum tangan Haikal sempat menyentuh tangan Liora. Ditariknya tangan adik iparnya itu kesampingnya.
"Dia masih istriku!" Haikal nampak geram.
"Aku tahu." jawab Marvin santai. "Tapi bukankah semalam aku sudah bilang jika istrimu sekarang adalah milikku. Jadi malam ini Liora akan tidur denganku."
Haikal mengepalkan tangannya, bersiap untuk melangkah maju, namun kedatangan Nyonya Eliza yang tiba-tiba mengurungkan niatnya.
"Marvin, Haikal, apa-apaan ini?! Jangan membuat keributan malam-malam begini!" tegur Nyonya Eliza menatap keduanya secara bergantian.
"Ibu lihat sendiri, Kak Marvin yang memulai duluan. Dia ingin membawa istriku pergi untuk tidur dengannya." terang Haikal dengan raut kesal.
Nyonya Eliza menatap tangan Marvin yang sedang menggenggam tangan Liora, kemudian mengarahkan pandangannya pada sang putra. "Marvin, jangan membuat masalah malam ini. Sedang ada Sabrina disini, tidak enak kalau dia sampai mendengar dan melihat keributan ini."
"Itu bukan urusanku, Bu. Sabrina tamu Ibu, Ibu sendiri yang mengundangnya kan? Aku hanya ingin membawa Liora ke kamarku, itu saja." jawab Marvin dengan santainya tanpa memperdulikan tatapan tajam sang ibu.
"Jaga batasanmu, Marvin! Dia masih adik iparmu." Nyonya Eliza mulai naik pitam.
"Dan aku harap Ibu juga menjaga batasan Ibu, tidak perlu ikut campur urusan pribadiku dan berusaha menjodoh-jodohkan aku dengan Sabrina. Aku menyayangi Kiara, tapi bukan berarti aku mencintai Ibunya. Aku hanya tidak ingin Kiara kehilangan sosok seorang ayah karena dia masih terlalu kecil, jadi jangan menyalah artikan sikapku ini." tegas Marvin, membalas tatapan sang Ibu.
"Sekali lagi aku ingatkan ibu untuk tidak mengatakan apapun atau menyalahkan Liora dalam hal ini, karena aku yang mengejarnya lebih dulu dan membawanya masuk dalam masalah ini." lanjutnya, kemudian menarik tangan Liora dan membawanya ke kamarnya.
Haikal ingin mengejar, namun Nyonya Eliza lebih dulu menahan.
"Biarkan saja. Semakin ditentang, Marvin akan semakin membangkang. Nanti biar Ibu pikirkan caranya untuk memisahkan mereka berdua, sebaiknya sekarang kamu masuk ke kamarmu dan jangan membuat keributan disini." Nyonya Eliza tidak bisa berbuat apa-apa, jika dia terus menentang, Marvin bisa saja berbuat lebih nekad dengan membawa Liora pergi dari rumah.
Haikal masuk dan menutup pintu kamarnya dengan kasar, melayangkan tinjunya ke udara dengan amarah yang memuncak. Bisa-bisanya dia hanya diam dan tidak bisa melakukan apapun saat istrinya dibawa pergi oleh kakaknya masuk kedalam kamar kakaknya.
❄️
❄️
"Apa yang kamu katakan barusan? Berani sekali kamu bicara seperti itu pada ibumu, Kak." Liora menarik tangannya dari genggaman Marvin saat mereka sudah berada di dalam kamar.
"Kenapa harus tidak berani?" Marvin balik bertanya. "Lagipula sudah tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi, ibuku sudah mengetahui tentang hubungan kita ini."
"Tapi ibumu tidak menyukaiku, beliau tidak mungkin merestui hubungan kita." masih terekam dengan jelas obrolannya dengan Nyonya Eliza tadi, bagaimana wanita itu dengan tegas mengatakan tidak akan pernah merestui hubungannya dengan Marvin sekalipun dia sudah bercerai dari Haikal.
Satu tangannya melingkar di pinggang Liora dan membawa tubuh adik iparnya itu mendekat. "Aku bukan anak kecil Liora, yang akan langsung menurut saat ibuku menyuruh tidak boleh. Ini hidupku, aku yang akan menentukan pilihanku, dan aku tahu bagaimana caranya menghadapi ibuku."
Keduanya saling menatap dalam diam untuk beberapa saat. Bagaimana Marvin dengan berani menjawab ucapan ibunya membuat Liora terkesan. Namun tak secepat itu juga dia merasa lega, mengingat ada Sabrina yang akan dijodohkan dengan Marvin. Dan Kiara, gadis kecil itu sangat menyayangi dan mengharapkan Marvin menjadi ayahnya.
"Aku sudah mendapatkan pengacara yang akan membantu proses perceraianmu dengan Haikal. Dan aku juga sudah menyiapkan rumah yang akan kamu tinggali setelah kamu keluar dari rumah ayahku nanti." terang Marvin. Hari ini dia tidak pulang karena harus menyiapkan semua itu supaya Liora bisa secepatnya bercerai dari adiknya.
"Tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan oleh ibuku dan bagaimana penilaian orang-orang nantinya tentang hubungan kita. Lebih baik sekarang kamu pikirkan bagaimana caranya berterimakasih padaku, adik ipar." ucap Marvin dengan senyuman menggoda.
"Berterimakasih untuk apa?" tanya Liora, mengernyitkan kening.
Marvin mendekatkan wajahnya, tersenyum tipis. "Karena aku sudah membantumu untuk tidak satu kamar dengan adikku, jadi malam ini kamu harus melakukan sesuatu supaya aku bisa tidur dengan nyenyak." bisiknya dengan nada menggoda, menikmati ekspresi terkejut adik iparnya.
❄️
❄️
Pagi ini Liora sudah ikut berkumpul bersama dengan yang lainnya dimeja makan. Semalam Marvin tidak melakukan apapun padanya, pria itu hanya meminta tidur dengan memeluknya saja. Dan pagi ini Liora terpaksa harus keluar dari kamar Marvin lebih dulu karena merasa tidak enak hati pada Nyonya Eliza.
Hampir semalaman Haikal terjaga karena menahan amarahnya dan membayangkan istrinya tidur dalam dekapan kakaknya. Pagi inipun dia harus tetap diam karena Nyonya Eliza sudah menegurnya untuk tidak membuat keributan di rumahnya. Nyonya Eliza tidak mau Sabrina sampai mengetahui hubungan gelap Marvin dengan Liora.
Marvin datang dengan membawa dasi ditangannya, Sabrina bersiap untuk bangun guna membantu memakaikan dasi itu, namun suara berat Marvin membuat geraknya tertahan dan senyum diwajahnya memudar.
"Liora, ayo bangun. Pakaikan dasi ini untukku."
❄️
❄️
❄️
Bersambung....