"Dear hati ...
Mengapa kau begitu buta? Padahal kau tahu dia sudah berkeluarga. Mengapa masih menaruh harapan besar kepadanya?"
Hati tak bisa memilih, pada siapa ia akan berlabuh.
Harapan untuk mencintai pria yang juga bisa membalas cintanya harus pupus begitu ia mengetahui pria itu telah berkeluarga.
Hatinya tak lagi bisa berpaling, tak bisa dialihkan. Cintanya telah bercokol terlalu dalam.
Haruskah ia merelakan cinta terlarang itu atau justru memperjuangkan, namun sebagai orang ketiga?
~Secretly Loving You~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 23 - Pindah
Kegiatan training hari pertama berakhir ketika waktu menunjukkan pukul lima sore. Semua peserta berhamburan keluar. Mereka membentuk kelompok-kelompok sendiri. Membicarakan berbagai rencana yang akan dilakukan untuk menghabiskan malam.
Sejak insiden "yang disengaja oleh seorang atasan kaku", teman satu meja kurang begitu wellcome. Tatapan aneh dan menjaga jarak banyak kutemukan, sehingga aku tidak memiliki teman. Tidak ada rencana apapun untuk beberapa jam ke depan. Sepertinya yang bisa kulakukan hanya berdiam diri di kamar.
Dan, bagaimana dengan masalahku yang belum terpecahkan? Teman sekamarku sepertinya tidak akan datang. Lalu, apakah aku akan tidur sendiri? Semalam aku telah berbuat hal memalukan, yang berimbas pada kejadian tidak mengenakkan.
Apa aku harus menahan diri? Mengabaikan rasa takut dan bersikap biasa-biasa saja? Kenapa aku jadi seperti ini? Padahal di kontrakan aku juga tidur sendiri, tapi mengapa rasa takutnya jauh lebih besar ketika berada di sini? Apa karena suasananya berada di alam terbuka?
"Arsha." Suara panggilan itu menghentikan langkahku. Tanpa melihat pun aku sudah tahu siapa yang memanggil. Pria yang selalu mampu membuat hatiku jungkir balik.
"Iya Pak?" sahutku sembari berbalik.
Pak Armand berjalan mendekat. Setiap langkahnya, mampu membuat jantungku berdebar lebih kencang. Inilah hal yang kutakutkan ketika wacana training ini muncul. Aku takut tak mampu memendam perasaan dan membuatnya menjadi semakin berkembang. Hal itu terbukti. Baru sehari kami bersama, namun sudah menimbulkan timbunan perasaan yang semakin meluap.
"Masalah teman sekamarmu."
"Ya?"
"Aku sudah menghubungi cabang Mojokerto. Dipastikan teman sekamarmu tidak akan datang."
"Sebenarnya, saya sudah menduga sih, Pak." Aku menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.
"Aku sudah berbicara pada panitia. Sayangnya, semua peserta wanita sudah memiliki teman tidur."
"Ah, iya Pak. Tidak apa-apa. Saya bisa tidur sendiri." Aku mencoba untuk tersenyum ceria. "Lagian di Jember, saya juga terbiasa tidur sendiri. Tidur di sini selama seminggu juga tidak akan masalah."
"Yakin?" Pak Armand memberi tatapan menyelidik.
"Yakin dong Pak. Saya 'kan pemberani, hehe." Senyum lebar yang kupaksakan, untuk menghapus keraguan Pak Armand.
***
Aku memang berkata sok berani seperti itu, berusaha terlihat baik-baik saja di depan Pak Armand, namun pada kenyataannya aku tetap ketakutan setengah mati. Bunyi longlongan anjing atau serigala yang membuat suasana menjadi lebih horor.
Lagi-lagi aku melakukan banyak hal untuk mengalihkan pikiran. Tak ada cara yang berhasil, sehinggabtubuhku kembali ke ranjang. Berada di bawah selimut tebal, mencoba untuk memejamkan mata, namun tak bisa mengalihkanku dari rasa takut.
Tanganku mulai lincah menggulir layar ponsel. Memeriksa setiap sosmed yang kumiliki. Tidak ada hal yang menarik. Lagi dan lagi, aku membuka aplikasi chat. Tentu saja yang kubuka adalah chat Pak Armand. Puluhan chat telah kuketik, namun aku selalu menghapusnya didetik-detik terakhir. Aku tidak ingin berakhir dengan mempermalukan diri.
"Pasti dia sudah tidur. Kasihan sekali. Di malam pertamanya di puncak, aku malah membuatnya tidur di lapangan. Dasar aku merepotkan," gumamku sembari menatap langit-langit kamar. Ketika sedang asyik melamun, ponsel yang berada digenggaman bergetar. Pertanda ada notifikasi masuk. Kupikir notif spam, aku memeriksanya dengan ogah-ogahan. Namun perkiraanku salah. Aku hampir melempar ponsel ketika tahu siapa si pengirim pesan. Pak Armand!!
"Astaga!"
Adrenalin di tubuhku menjadi terpacu. Mataku menjadi 1000 watt. Tubuhku menjadi segar. Jantungku berdentam kencang, bahkan tanganku sedikit bergetar ketika membuka pesan itu. Perasaan nervous datang melanda. Orang yang ingin kukirimi pesan, ternyata mengirim pesan terlebih dulu. Bagaimana jantungku akan baik-baik saja melihat hal itu?
"Sudah tidur?" Isi chat Pak Armand. Jantungku semakin tidak baik-baik saja. Membaca chatnya seperti chat seorang pacar. Membuatku senang dan melambung tinggi. Rasa ge-er mulai datang. Tanganku gemetar ketika membalasnya.
"Belum, Pak."
"Mau buat api unggun lagi?"
"Hah?"
"Coba keluar."
Chat Pak Armand sangat aneh. Apa dia bermaksud mengulangi kejadian tadi malam? Membuat api unggun dan tidur di ruang terbuka? Bukannya tadi beliau bersin?
Tidak mau terlalu banyak berpikir, aku keluar tenda seperti perintah Pak Armand. Sebelumnya aku melilit tubuhku dengan jaket untuk menghindari angin malam.
Di luar tenda, tidak kutemukan siapa pun. Yang ada hanya kegelapan malam, yang membuat bulu kuduk merinding.
"Saya sudah di luar," ketikku. Selesai mengirim chat, aku mendengar gerakan dari samping tendaku yang hanya berjarak satu meter dari tenda yang lain. Secara spontan, aku membalikkan tubuh. Kupikir ada binatang liar. Namun ternyata, yang kulihat justru pemandangan berbeda.
Sosok tinggi besar memakai baju hitam keluar dari sana. Tenda yang kupikir kosong ternyata ada penghuninya. Setelah menajamkan mata, aku bisa melihat sosok itu dengan jelas. Pak Armand!!
"Aku tadi masih beresin baju. Jadi buat api unggun?" Dengan santainya Pak Armand menghampiriku.
"Lho? Kenapa Bapak bisa keluar dari sana? Setau saya tenda itu kosong?" tanyaku bingung sembari menunjuk tenda.
"Aku pindah. Sekarang kamarku di sini," jawabnya sembari mengumpulkan ranting dan daun yang kering. Beliau tidak menyadari ekspresi bingung dan terkejutku.
Hah?! Pak Armand pindah di tenda yang letaknya di sebelah tendaku? Yang masing-masing tenda hanya berjarak satu meter?! Bukannya ini sudah masuk kategori tidur bersama? Atau akunya yang terlalu berlebihan?!
***
Happy Reading 🥰
NB : Yang bilang, "isinya dikit banget" nggak apa-apa, disyukuri aja ya bestie. Daripada nggak update sama sekali 😅 Kan aku jg bilang, kalo lagi memaksakan diri untuk menulis lagi. Vakum terlalu lama bikin jiwa halu memudar, jadinya ya isi tulisannya seperti ini, "sedikit & hambar". Semoga bisa konsisten dan rajin up, agar feelnya dapet 😅
Yang penasaran POV Pak Kaku dan statusnya, ditunggu aja ya. Entar pasti kebongkar. Nikmatin aja dulu masa-masa pdkt mereka sebelum masa-masa gak enak datang 😅🙏
Makasih buat semua yang udah setia dan bersedia baca lagi. Semoga kalian semua sehat selalu ya 🤗🤗