NovelToon NovelToon
Janda Melati

Janda Melati

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

sebuah cerita sederhana seorang melati wanita sebatang kara yang memilih menjadi janda ketimbang mempertahankan rumah tangga.

jangan lupa like dan komentar
salam autor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

jm 32

Mawar mengepalkan tangannya, kesal karena Melati dibawa ke ruangan Panji.

“Tidak akan aku biarkan dia hidup senang di sini,” tekad keras Mawar.

Sementara itu, Melati melangkah bersama Panji ke ruangannya. Tampak ruangan luas, ada meja rapat berbentuk oval, tumpukan berkas tersusun rapi, dan lemari berisi arsip-arsip yang juga tertata rapi. Ada proyektor dan layarnya pula, serta sebuah televisi berukuran 120 inci. Melati baru kali ini melihat ruangan sebesar itu.

Melati terpaku berdiri di ruangan itu, sedangkan Panji sudah duduk di kursinya.

“Duduklah, jangan berdiri terus,” ucapnya.

Melati tersadar dan akhirnya duduk.

“Mana ponsel kamu?” ucap Panji.

Melati mengerutkan dahinya. “Untuk apa, Pak?”

“Kesiniin  aja, jangan banyak tanya,” ketus Panji.

“Ya, untuk apa dulu, Pak? Ini kan privasi saya.”

“Kamu punya utang seratus juta, tidak menyimpan nomorku, ini keterlaluan.”

“Terus?” tanya Melati.

“Ya, makanya sini ponselmu.”

“Untuk apa?”

“Bawel sekali! Atau mau kamu lunasi utangnya hari ini juga?”

Melati menggigit bibirnya, kesal, tapi akhirnya memberikan ponselnya yang sudah retak-retak karena sudah lama digunakan.

“Jelek banget ponselnya,” komentar Panji.

Panji mengutak-atik ponsel Melati. Kemudian terdengar suara dering ponsel Panji. Ia membuka ponselnya, jemarinya lincah mengutak-atik keduanya.

“Nih, ponsel kamu,” tangan Panji terulur memberikan ponsel Melati.

Melati mengambil ponselnya. Ada panggilan keluar atas nama Lelaki Tampan.

“Itu nomorku,” ucap Panji.

“Lelaki Tampan?” eja Melati.

“Pintar juga, sudah bisa baca,” ucap Panji sinis.

“Jangan ubah nama di kontak itu. Kalau diubah, nanti aku tagih uangku.”

“Ok,” jawab Melati singkat.

“Terus apa lagi, Pak?”

“Ya sudah, pergi sana ke ruang pantry. Bekerjalah, aku sibuk. Jangan ganggu aku.”

Melati menghela napas. “Siapa juga yang ganggu, dia yang ngajak masuk, dia yang ngedumel,” gerutunya dalam hati. Melati melangkah ke ruang pantry.

“Melati!” pekik suara seseorang yang sangat Melati kenal.

“Laras,” gumam Melati.

“Akhirnya kita bertemu. Hebat banget kamu, langsung disuruh ke ruangan bos,” ucap Laras.

“Ruangan Pak Panji?” tanya Melati.

“Iya. Aku tahunya ruangan itu ruangan bos, tapi aku enggak pernah tahu namanya. Aku hanya pegawai rendahan, mana bisa kenal dia,” ucap Laras.

“Oh, dia bos di sini, ya?”

“Iya sih, kayaknya kelektor gitu.”

Melati mengerutkan dahi. “Rektor kali,” ucapnya.

“Ya, itu dia, traktor.”

“Ya, bos aja lebih enak dieja,” ucap Melati.

“Hmm, benar, bos aja, ya.” Ucap laras tersenyum geli

“Bukannya kerja malah ngobrol!” tegur Lisa, senior OG di kampus.

“Melati,” ucap Lisa.

“Ya, Bu?”

“Buatkan susu untuk Bu Mawar,” ucap Lisa, tatapannya sinis.

“Ok,” ucap Melati.

“Melati,” ucap seorang lelaki bernama Joni.

“Apa, Pak?” tanya Melati.

“Dipanggil Pak Panji.”

“Tapi saya disuruh bikin susu oleh Bu Lisa.”

“Abaikan saja, Pak Panji lebih penting,” ucap Joni.

Melati akhirnya pergi lagi ke lantai empat. Naik tangga lumayan membuatnya berkeringat, sambil menikmati suasana kampus. Melati sampai di ruangan Panji.

“Ini,” ucap Panji memberikan kartu nama.

“Hanya ini saja, Pak?”

“Iya,” jawab Panji singkat.

“Kenapa enggak nitip saja sama orang, atau kirim lewat WA?” gerutu Melati kesal.

“Sudah, lanjutkan pekerjaanmu.” Ucap panji singkat jelas dan menyebalkan,

Melati menghela napas. Dari lantai satu naik ke lantai empat hanya untuk memberikan kartu nama. Ia kembali turun menuju ruang pantry. Tampak Mawar sudah menunggu dengan tatapan tajam.

“Baru hari pertama kerja sudah malas! Tahukan tugas kamu? Tugas kamu melayani seluruh staf kampus dan dosen! Kenapa bikin susu saja enggak mau?”

“Ah, rupanya Pak Panji menjebakku,” pikir Melati.

“Maaf, tadi disuruh ke ruangan Pak Panji, Bu.”

“Bohong! Dia enggak pernah manggil siapa pun kecuali orang kepercayaannya!”

“Melati!” terdengar suara pria.

Melati melihat ke arah sumber suara, ternyata Joni lagi.

“Dipanggil Pak Panji.”

Mawar terlihat kesal. Ternyata benar, Melati memang dipanggil Panji.

“Ada apa, Pak?” tanya Melati.

“Enggak tahu,” jawab Joni.

Melati menghela napas panjang. Sepertinya hari ini akan berat baginya. Ia menyeret kakinya naik lagi ke lantai empat.

“Ada apa, Pak?” tanya Melati.

“Ambilkan aku air,” ucap Panji.

“Baik, Pak.” Lalu Melati hendak melangkah keluar ruangan.

“Mau ke mana kamu?”

“Ambil air, Pak.”

“Di sana dispensernya, kenapa mau keluar?” ucap Panji, pandangannya mengarah ke dispenser di sudut ruangan.

Melati menarik napas berat. Dispenser ada di ruangannya, kenapa repot-repot memanggilnya? Ia melangkah ke dispenser, menekan tombol hijau, menuangkannya ke gelas, lalu berjalan menuju Panji.

“Ini, Pak,” ucap Melati.

“Kenapa dingin? Aku enggak suka minum dingin,” ucapnya.

“Kenapa enggak bilang, Pak?”

“Kenapa enggak tanya?” jawab Panji.

Melati kembali ke dispenser, menekan tombol merah. Ada kepulan asap sedikit. Ia membawa gelas itu kepada Panji.

“Kenapa panas? Kamu membakar lidahku!”

Melati mengepalkan tangannya. “Terus, Bapak maunya apa?”

“Panas tidak, dingin tidak.”

Melati mengangguk. Kalau yang ketiga ini salah, dia akan siramkan airnya ke Panji.

Melati kembali membawa air ke hadapan Panji, menyiapkan diri untuk meledak marah.

“Oke, pergilah sana,” ucap Panji.

Melati mengangguk lalu keluar dari ruangan Panji menuju pantry.

Laras sedang sibuk membuat kopi.

“Melati, kamu disuruh ke ruangan Bu Mawar,” ucap Laras.

“Mau apa dia?”

Laras hanya menggelengkan kepala sambil menyusun gelas di nampan.

“Aku pergi dulu, ya,” ucap Laras.

Melati dengan langkah berat menuju ruangan Mawar.

“Melati!”

Melati melirik ke arah yang memanggil—Joni lagi.

“Dipanggil Pak Panji.”

“Tapi aku dipanggil Bu Mawar.”

“Ah, cuma Bu Mawar. Abaikan. Pak Panji lebih penting,” jawab Joni.

Dan begitulah, hari itu Melati benar-benar olahraga—dari ruang pantry ke ruangan Panji.

Perintahnya hanya hal-hal sepele, seperti ambilkan tisu, temani makan, dan semuanya tidak sekaligus. Dicicil. Hari itu Melati sampai dua puluh kali bolak-balik ke ruangan Panji.

,,

Sementara itu, Arga di kantornya semakin gelisah.

“Sepertinya aku harus segera menikah dan pisah rumah,” gumam Arga, mengingat kejadian semalam. Sudah dua kali Kartika, kakak iparnya, mencoba menggodanya. Mungkin, andaikan Tika bukan kakak iparnya, Arga juga akan melayaninya. Tapi Kartika adalah kakak iparnya; Arga masih mempertimbangkan keutuhan keluarganya.

Tiba-tiba ponsel Arga berdering. Tertulis nama Mawar.

“Tidak ada jalan lain, aku harus segera menikah dengan Mawar. Kalau tidak, akan terjadi prahara keluarga,” batinnya.

Arga mengangkat telepon dari Mawar.

“Arga, kenapa kamu menolak penawaran dari Deni?” Kalimat itu yang pertama kali terdengar oleh Arga—bukan salam, bukan pula sapaan menanyakan kabar.

“Kenapa dengan Deni? Apa kamu mengenalnya?” tanya Arga.

“Vendor yang akan dimasukkan Deni itu saudaraku. Kamu harus acc, Arga.”

“Aku tidak menolaknya. Aku hanya bilang, ikuti saja prosedurnya.”

“Sudah, tidak usah ikuti prosedur. Langsung acc saja,” ucap Mawar, terdengar mengatur.

Arga menghela napas berat.

“Aku enggak mau main-main dengan pekerjaanku. Aku mau jujur,” ucap Arga tegas.

“Ini perintah, Arga. Tenang saja, semuanya aman kok. Kamu harus cepat jadi orang kaya biar bisa menikahi aku.”

“Mending nikah dulu aja,” ucap Arga datar.

“Oke, tapi kamu bantu dulu Deni,” jawab Mawar ringan.

Arga menarik napas dalam.

“Belum juga resmi jadi suami istri, tapi sudah banyak mengatur,” gumamnya kesal.

1
partini
mawar berdiri beneran kaka adik sama panji ,,lucu jg iseng Banggt panji ma melati mewangi sepanjang hari
partini
hemmm kakak ipar kamu ganas sekaleeeee 😂😂😂😂
partini
ini bisa ujungnya main 🐴🐴 ma kakak iparnya
partini
sehhh langsung aja 100jt ,,jodoh ini
partini
busehhhh kaka ipar nasfu bungtt,,hemmmm bisa kena ini kena jebakan KK ipar obat perangsang biasanya di pakai
Isranjono Jono
mati aja bu jangan lama2 hidup nanti dosanya segunung 😄😄
Isranjono Jono
wanita bodoh kau lapar tapi makanan mu kau kasih mertua sungguh bodoh maaf thor aku jadi setan hari ini🤭
Isranjono Jono
lawan2 kalau aku iparku gak ada yang berani sama aku coba kalau berani aku hancurkan dapur menyala kan aku thor🤭🤭
Desi Belitong
balas jangan bodoh hanya diam ujung2nya nangis
partini
good story
partini
👍👍👍👍👍
santi damayanti
ini harusnya rumah Risma
santi damayanti
ini harusnya rumah risma
SOPYAN KAMALGrab
ini. saya ga ngertii
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!