Istri Simpanan Pemuas Tuan Eden

Nero menatap dua sejoli dihadapannya dengan tatapan sinis. Saat ini dirinya sedang melayani Gio dan Keisha yang akan membayar barang belanjaan mereka diminimarket tempatnya bekerja.

Nero jelas tidak mengenal Keisha yang notabene adalah sepupu Elara. Sebab Nero dan Keisha memang tidak pernah saling bertemu sebelumnya. Tetapi Gio...

Lelaki itu pernah terpergok beberapa kali oleh Nero saat mengantar dan menjemput Elara bekerja. Dan Nero tahu nama lelaki itu karena Elara sering menyebut namanya.

Tapi kenapa sekarang lelaki itu bersama wanita lain? Jangan-jangan Gio selingkuh dari Elara?

Keisha yang menyadari jika dirinya dan Gio sedang ditatap dengan tatapan sinis oleh lelaki yang tengah melayaninya tentu merasa kesal. Dia pun menggandeng tangan Gio dan menegur Nero.

"Maaf Tuan, kenapa sejak tadi kau melihat kami seperti itu? Apa kau mengenal kekasihku?"

Gio yang awalnya sedang fokus pada ponselnya sontak menoleh kearah Keisha, lalu kemudian melihat kedepan kearah Nero.

Nero yang ditegur tersadar, dia pun mulai menghitung belanjaan Keisha. Namun sesekali netranya masih melirik pada Keisha dan Gio.

"Tidak terlalu. Hanya saja aku sering melihat kekasihmu mengantar jemput temanku, Elara, untuk bekerja kemari. Dan setahuku, Elara adalah kekasih Tuan Gio. Benar kan Tuan Gio?"

Niat hati ingin menguak kebusukan Gio pada wanita didepannya, Nero justru malah ditertawakan oleh keduanya. Beruntung minimarket itu sedang sepi hanya ada beberapa customer yang masih memilah-milah barang belanjaan yang akan mereka beli.

Melihat Keisha dan Gio tertawa, Nero jelas bingung, dia pun langsung menghentikan aktivitasnya.

"Kenapa kalian tertawa?" tanya Nero sembari mengernyitkan dahi.

"Tentu saja kami tertawa. Memangnya Elara tidak cerita pada anda Tuan, kalau kekasihnya akan menikahi sepupunya yang cantik ini?" Keisha balik bertanya dengan ekspresi mengejek.

"Apa?! Kau sepupunya Elara?" Nero tampak terkejut.

"Ya, aku Keisha. Sepupu Elara, tapi aku tidak sudi mengakui jalang itu sebagai sepupuku!"

"Hei! Jaga bicaramu! Elara bukan jalang!" seru Nero tak terima.

"Itu fakta Tuan!" kini Gio yang angkat bicara. "Aku dan Elara sudah putus. Dia sudah berselingkuh dariku dengan pria hidung belang. Elara menjual dirinya demi uang dan mejadi wanita penghibur di klub malam. Jika kau tidak percaya tanyakan saja padanya."

Deg!

"T-Tidak mungkin! Tidak mungkin Elara begitu!"

Keisha memutar bola matanya dengan malas.

"Terserah kau mau percaya atau tidak, itu bukan urusan kami. Yang jelas Elara dan Gio sudah putus, dan sekarang akulah calon istri Gio. Jika kau mau, kau bisa datang keacara pernikahan kami minggu ini, kami mengundangmu. Iya kan sayang?"

Gio mengangguk.

"Ya, datang saja jika kau mau. Kami mengundangmu."

Nero menatap sebal.

"Maaf, sepertinya aku tidak akan datang."

"Yasudah terserah! Cepat hitung belanjaan kami. Kami mau pulang!"

Dengan ekspresi kesal Nero segera mentotal barang belanjaan Keisha dan Gio.

"Totalnya tiga juta empat ratus empat puluh sembilan ribu tujuh ratus rupiah." ucap Nero.

Nero pun menyodorkan beberapa goodie bag coklat diatas meja kasirnya. Keisha memang belanja banyak untuk keperluan pribadinya, mumpung dia sedang jalan dengan Gio. Calon suami kaya rayanya, dia akan minta dibayarkan.

"Sayang, ayo bayar!" Keisha bergelendot manja dilengan kekar Gio membuat Nero menatap jijik.

Dengan ekspresi kaku dan gugup, Gio meraba kantong celananya.

"Kenapa sayang?" tanya Keisha saat melihat Gio yang panik.

"Sayang sepertinya dompetku ketinggalan!"

"APA?! Bagaimana bisa?! Lalu bagaimana dengan belanjaanku sayang?! Kau kan sudah janji akan gantian mentraktirku belanja! Kenapa bisa dompetnya ketinggalan?!" Keisha melepaskan tangannya dari Gio, raut wajahnya tampak kesal.

"Maaf sayang, aku pikir aku sudah memasukkan dompetku kedalam celana ternyata belum." Gio mencoba menenangkan calon istrinya itu.

Keisha melepaskan tangan Gio dari pundaknya. Dia marah-marah seperti anak kecil yang sedang tantrum.

Bagaimana tidak kesal, niat Keisha datang ke minimarket ini adalah untuk pamer dan memanas-manasi sepupunya, Elara, tetapi malah dia yang kena sial.

Kemarin waktu jalan ke mall dan makan-makan diresto mewah, Keisha yang mentraktir Gio.

Lalu saat Gio ingin parfum dan baju bermerk, Keisha juga yang membelikannya. Lelaki itu beralasan jika sang Ayah belum mentransfernya uang. Jelas Keisha percaya-percaya saja.

Tapi sekarang saat dirinya minta gantian untuk di traktir, Gio bilang dompetnya ketinggalan?!

What the fuck!

Nero yang melihat pemandangan didepannya tentu merasa lucu. Baru beberapa saat lalu sang wanita bergelendot manja pada sang lelaki, sekarang tau-tau sudah berdebat saja soal bayar-membayar.

"Hei, kenapa kalian jadi bertengkar. Ayo cepat bayar! Pelanggan lain sudah menunggu." tegur Nero.

Akhirnya mau tidak mau, daripada malu dengan wajah cemberut Keisha mengeluarkan dompetnya dan mengambil sebuah kartu. Namun ternyata sisa uangnya didalam kartu tersebut hanya tiga juta rupiah.

Keisha pun kembali merogoh tasnya. Beruntung dia membawa uang tunai. Dan uang tunai itu begitu pas-pasan. Empat ratus lima puluh ribu rupiah. Keisha segera menyerahkannya pada Nero.

Nero menghitungnya.

"Ada kembalian 300 rupiah, mau didonasikan atau_"

"Tidak! Kembali saja." Keisha menjawab ketus.

Nero menghela napasnya. Dia pun segera memberikan kembaliannya pada Keisha lalu menyodorkan barang belanjaan perempuan itu.

"Bawa barang belanjaanku!" titah Keisha pada Gio. Gio hanya pasrah saat Keisha membentaknya. Ya, mau bagaimana lagi? daripada nanti dia diputuskan oleh perempuan itu, lebih baik menurut.

Disisi lain Nero tertawa kecil, tampak mengejek.

"Hati-hati bro, lain kali jangan ketinggalan lagi dompetnya."

Gio hanya mendelik tajam kearah Nero.

*

*

"Ahhh...! Lebih cepat Elara!"

Eden memandang Elara dengan mata sendu, sayu penuh nafsu, sementara mulutnya terbuka mendesah saat Elara terus menggerakkan pinggulnya diatas tubuhnya.

Elara semakin bergerak liar. Rambutnya acak-acakan sedangkan wajahnya terlihat begitu lelah.

Elara tidak habis pikir dengan nafsu pria dibawahnya ini, seolah tak ada habisnya untuk mengajaknya bercinta.

Pagi tadi saat dia menyetujui tawaran Eden untuk menjadi istri simpanan pria itu, pria itu langsung menghubungi seseorang dan meminta orang tersebut untuk mengurus seluruh biaya operasi ibunya.

Bahkan Eden meminta agar sang ibu ditempatkan dikamar VVIP pasca operasi.

Ya, Eden menepati janjinya. Dan Elara harus membayar semua itu dengan tubuhnya. Mereka sepakat akan menikah setelah operasi sang ibu selesai.

Tak banyak yang dapat Elara lakukan selain pasrah. Mungkin ini memang sudah jalan takdirnya.

Begitu Eden selesai menghubungi orangnya, mereka melewati mandi dan makan bersama dikamar ini.

Elara pikir setelah itu Eden akan melepaskannya. Membiarkannya pergi barang sebentar saja untuk menjenguk ibunya.

Tapi ternyata dugaan Elara salah! Pria bejat, mesum ini kembali memaksakan kehendaknya dari siang hari hingga sore ini, dan Elara harus melayaninya dengan sukarela tanpa bantahan atau Eden akan menarik kembali semuanya dan Elara tidak akan mendapatkan apa-apa.

Jelas Elara tidak mau itu terjadi. Dia sudah dirusak. Jangan sampai dia dibuang dengan tangan kosong.

"Eunggh!" Elara mendesah ketika ia akan sampai pada puncaknya. Elara tak bisa menahan desahannya atas respon alami tubuhnya.

Eden yang menyadari itu segera membalikkan posisi. Dia mengambil alih permainan. Dengan hasratnya yang menggebu-gebu, Eden menggerakkan tubuhnya maju mundur diatas tubuh Elara, menghentakkan miliknya berkali-kali dan membenamkannya hingga titik terdalam inti perempuan itu.

Dan saat pelepasan itu datang menerjang, Eden tak tahan untuk tidak mengerang.

"Ahhh....Elaraa!"

Lagi, Eden mengeluarkannya didalam. Ya, Elara bisa merasakannya saat rahimnya hangat oleh cairan pria itu.

Tak lama Eden pun ambruk diatas tubuh Elara. Napas keduanya sama terengah.

"Kau sangat nikmat Elara. Aku menyukai tubuhmu." puji Eden dengan berbisik parau tepat diceruk leher perempuan itu.

Elara diam tak menanggapi, matanya terpejam karena kelelahan.

Melihat Elara yang tak merespon, Eden tak marah. Dia sadar dia sudah keterlaluan. Dia sudah seperti maniak seks yang tak ada puasnya menyentuh tubuh perempuan ini.

Setelah beberapa saat Eden bangkit dari tubuh Elara. Eden biarkan Elara beristirahat dengan selimut yang membungkusnya. Sementara Eden akan mandi air dingin demi meredam gejolak hasratnya yang mulai kembali naik kepermukaan.

Saat akan beranjak dari ranjang, Eden tak sengaja melihat ponsel Elara yang berkedip diatas nakas. Dia pun mengambilnya.

Ternyata itu sebuah panggilan telepon, dari Nero?

Pupil mata Eden berkilat. Siapa Nero? Apa dia kekasih Elara? Entah kenapa tiba-tiba dadanya terasa panas saat ada lelaki lain yang menghubungi wanitanya.

Penasaran, Eden pun mengangkat panggilan tersebut.

"Halo."

"Halo. Siapa kau?! Dimana Elara?"

"Aku suaminya! Elara ada bersamaku. Kau siapa?!"

Deg!

"APA?! Suaminya?? T-tidak mungkin!"

*

*

To be continued

Halo kakak2, jangan lupa tinggalkan like, komen, kopi bunga, dan votenya yaaa, terimakasih 🥰❣️😘