NovelToon NovelToon
Cinta Monyet Belum Usai

Cinta Monyet Belum Usai

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Teman lama bertemu kembali / Office Romance / Ayah Darurat / Ibu susu
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Ly_Nand

Sequel "Dipaksa Menikahi Tuan Duda"
Cerita anak-anak Rini dan Dean.

"Papa..."
Seorang bocah kecil tiba-tiba datang memeluk kaki Damar. Ia tidak mengenal siapa bocah itu.
"Dimana orangtuamu, Boy?"
"Aku Ares, papa. Kenapa Papa Damar tidak mengenaliku?"
Damar semakin kaget, bagaimana bisa bocah ini tahu namanya?

"Ares..."
Dari jauh suara seorang wanita membuat bocah itu berbinar.
"Mama..." Teriak Ares.
Lain halnya dengan Damar, mata pria itu melebar. Wanita itu...

Wanita masa lalunya.
Sosok yang selalu berisik.
Tidak bisa diam.
Selalu penuh kekonyolan.
Namun dalam sekejab menghilang tanpa kabar. Meninggalkan tanya dan hati yang sulit melupakan.

Kini sosok itu ada di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Hutang Penjelasan

TING

Suara lift berbunyi, pintu terbuka.

“Mama, Papa…!” suara Ares yang berdiri tak jauh dari pintu lift membuat Damar dan Stasia sontak tersadar. Tatapan yang tadi saling terikat buru-buru terlepas. Wajah Stasia memerah, sementara Damar hanya tersenyum menahan tawa.

Mama Rini yang melihat jelas tak bisa menahan diri untuk menggoda dua orang yang baru keluar dari lift itu. “Ih, kalian ini… nggak tahu tempat, ya,” godanya sambil mengangkat alis.

Wajah Stasia makin panas, sementara Ares malah ikut-ikutan senyum lebar tanpa rasa bersalah.

“Kenapa menunggu di sini, Ma?” tanya Damar pura-pura tenang.

“Ares maunya duduk sebentar, sekalian habis dari toilet,” jawab Mama Rini ringan.

Stasia segera menunduk sopan. “Maaf ya, Tante. Jadi merepotkan karena harus menemani Ares.”

“Tidak ada yang direpotkan, Nak,” jawab Mama Rini lembut. “Ares anak pintar, kok. Tadi saja, di toilet, nggak mau diantar masuk. Tante sempat khawatir ada apa-apa.”

Ares langsung menegakkan badan, bangga. “Ares kan sudah besar, Oma. Jadi harus bisa mandiri. Benar, kan, Mama?”

Stasia tersenyum hangat, menepuk kepala keponakannya itu. “Iya, sayang. Mama bangga sama kamu.”

Damar tiba-tiba mengangkat tubuh Ares ke gendongan. “Ternyata benar, Ares sudah besar. Digendong gini rasanya berat sekali.”

Ares spontan memprotes. “Ares nggak gendut, Papa!”

Damar terkekeh. “Papa nggak bilang gendut, kok.”

Mama Rini menggeleng sambil tersenyum. “Sudahlah, jangan lama-lama di sini. Yuk, kita pulang.”

Mereka berempat berjalan menuju parkiran, ditemani celoteh Ares yang tak ada habisnya. Bibir mungil itu terus saja mengalirkan cerita, entah soal sekolah, mainan, atau apapun itu yang menarik baginya.

Sampai di mobil, Mama Rini membuka pintu kursi belakang.

“Tante, biar saya duduk di belakang sama Ares. Tante duduk depan saja dengan Damar,” ucap Stasia sopan.

Namun Mama Rini menggeleng pelan. “Biar Tante di sini. Kamu sama Damar saja di depan. Tante masih mau dengar cerita Ares.”

“Tapi…” Stasia ragu, matanya melirik sekilas ke arah Damar.

Sebelum ia sempat menolak lebih jauh, Damar sudah lebih dulu mengangkat Ares melewati tubuh Stasia dan mendudukkannya di kursi belakang. Setelah itu, ia menutup pintu, lalu mendekat ke telinga Stasia dan berbisik dengan nada penuh arti:

“Posisi terbaikmu memang harus selalu di sampingku… dekat denganku... calon istriku”

Tubuh Stasia langsung meremang. Nafasnya tercekat, sementara wajahnya memanas karena jarak mereka yang begitu dekat. Damar tersenyum puas melihatnya salah tingkah.

Mereka akhirnya masuk ke mobil. Sepanjang perjalanan, Ares terus berceloteh dan Mama Rini sesekali menyahutinya dengan penuh perhatian. Sementara Stasia duduk kaku di kursi depan. Betapapun ia berusaha menyembunyikan, rasa grogi itu jelas terpancar. Dalam hatinya, ia tahu—sedari dulu ia memang tak pernah berhenti menyukai Damar.

Sampai di rumah keluarga Ardhana, wajah cerah Ares langsung terpancar penuh kagum.

“Selamat datang di rumah keluarga Papa,” ucap Damar sambil membantu Ares turun dari mobil.

“Wah… rumah Papa besar sekali. Ada air mancur, banyak bunga juga… mirip rumah Daddy Andre,” celotehnya polos.

Sekilas dada Damar terasa tercubit. Daddy Andre? Nama itu kembali mengusik pikirannya. Siapa sebenarnya pria itu bagi Ares? Tapi ia menahan diri. Ia tidak ingin merusak suasana. Tidak sekarang—saat ia baru saja berusaha memperbaiki hubungannya dengan Stasia.

“Ayo, kita masuk,” katanya kemudian, menggandeng tangan Ares. Mama Rini berjalan beriringan dengan Stasia, menatap keduanya dengan senyum samar.

Begitu melangkah ke ruang tengah, suara seorang wanita membuat Stasia menoleh.

“Stacy?”

Stasia terkejut, begitu pula wanita di depannya.

“Lan…” bibir Stasia mengulas senyum sebelum ia meraih Wulan ke dalam pelukan. Pelukan yang sejak dulu selalu hangat dan penuh ketulusan.

“Ya Tuhan…” Wulan melepas pelukan itu, matanya berkaca-kaca. “Kemana saja kamu? Kenapa nggak pernah kasih kabar? Kamu menghilang seperti ditelan bumi!”

Stasia tersenyum tipis, ada sesal di matanya. “Maaf. Terlalu banyak yang terjadi di Paris. Aku baru bisa kembali ke Indonesia, itupun karena pekerjaan. Maaf juga… aku bahkan nggak tahu kabar pernikahanmu dan kelahiran putramu. Aku benar-benar nggak tahu apa-apa soal kamu… atau teman-teman kita dulu.”

“Termasuk tentang Damar?” goda Wulan sambil melirik ke arah saudara kembarnya.

Wajah Stasia langsung memerah. “Jangan digoda terus, Lan…” sela Damar cepat, mendekat sambil menggandeng Ares.

Tatapan Wulan tertuju pada bocah di samping Damar. Keningnya berkerut. “Eh? Siapa anak tampan ini?” tanyanya ramah.

Damar tersenyum tipis. “Sini, Papa kenalkan pada saudara Papa.” Ia membawa Ares sedikit ke mendekat pada Wulan.

“Papa?” Wulan refleks mengulang dengan nada bingung.

Dengan santai, Damar menjawab, “Ini Tante Wulan, saudara Papa. Ibunya baby Dilan.”

“Hallo, Tante. Saya Ares,” ucap bocah itu sambil menunduk dan mencium tangan Wulan. Gerak sopan santun yang jelas hasil didikan Stasia, meski mereka lama tinggal di Paris.

“Ah… manis sekali,” puji Wulan gemas.

“Dimana Dilan?” tanya Mama Rini yang sedari tadi menyimak sambil tersenyum.

“Masih tidur di kamar, Ma. Baru saja aku tinggal buat siapkan ASI untuk dikirim ke Baby Rey,” jawab Wulan.

“Kalau begitu Mama ke kamar dulu, bersih-bersih. Oh iya, Stacy, nanti pakai saja kamar tamu untuk istirahat ya. Biar Mama minta bibi rapikan dulu. Pasti kamu lelah seharian di luar. Jangan terburu-buru pulang. Tante masih mau ngobrol banyak dengan kamu.”

“Terima kasih, Tante. Maaf merepotkan…” ucap Stasia sungkan.

“Tidak ada yang repot, Nak. Sejak dulu, kamu sudah seperti keluarga di sini. Jangan sungkan lagi,” jawab Mama Rini lembut.

Damar menoleh pada Stasia. “Kalau begitu, bagaimana kalau Ares dan aku ke kamar dulu? Dia pasti butuh istirahat. Sepertinya kamu juga masih ingin mengbrol dengan Wulan.”

“Biar Ares sama aku saja, Dam. Takutnya nanti malah merepotkan kamu,” tolak Stasia cepat.

Damar berjongkok, menatap Ares. “Ares mau mandi dan istirahat di kamar Papa dulu? Adik bayi masih tidur, jadi bisa santai sama Papa dulu. Nanti kalau adik bayi sudah bangun, kita bisa main bersama.”

Mata Ares langsung berbinar. Tapi seperti biasa, ia menoleh pada Stasia dulu.

Stasia menghela napas, akhirnya mengangguk. Sulit baginya untuk menolak karena dia tidak mungkin tega melihat kekecewaan di mata Ares.

“Yeay!” Ares langsung memeluk Damar, wajah mereka sama-sama sumringah.

Wulan hanya terdiam, menyipitkan mata menatap pemandangan itu.

Sementara Stasia juga tak kalah haru melihat pemandangan di depannya. Meski baru bertemu, tapi Ares dan Damar bisa langsung akrab begini.

Wulan mendekat pada Stasia, lalu berbisik padanya, “Kamu berutang banyak penjelasan ke aku, Stacy.”

1
Erna Fadhilah
sangat sangat sangat banyak kan malah
Alyanceyoumee: Assalamualaikum.
Kaka, Boleh coba baca karya ku berjudul "Parting Smile" siapa tau Kaka suka.
insyaallah seru ko... xixi
di tunggu ya ☺️🙏
total 1 replies
Erna Fadhilah
menang di Damar kalau posisinya kaya gitu 😁😁
Nittha Nethol
lanjut kak.jangan pakai lama
Sri Wahyudi
lanjud kak
Erna Fadhilah
asiiik 😂😂😂skrg gantian Damar yang ngejar Stacy ya😄😄
Erna Fadhilah
pada shock semua ini denger Ares manggil Damar dengan panggilan papa 😁😁
Erna Fadhilah
kamu ikuti aja Stacy nan pas akhir pekan biar kamu tau siapa orang yang di panggil sayang sama Stacy
Erna Fadhilah
Stacy bingung dia mau sama Ares tp di suruh sama Damar ketemu mama Rini
Erna Fadhilah
kirain tidur di kamar di dalam ruangan Damar 😂😂
Erna Fadhilah
tenang res sebentar lagi kamu bakal punya papa yang bakal sayang sama kamu
Erna Fadhilah
jangan jangan orang yang di maksud Stacy itu pak hadi sama hana 🤔🤔
Erna Fadhilah
yang di panggil sayang sama Stacy itu Ares ponakannya bukan orang special lainnya Dam 🤦‍♀️😁
Erna Fadhilah
makanya Dam ingat kata mama Rini ya kamu jangan gedein gengsi nanti bakal nyesel baru tau rasa
Erna Fadhilah
kirain wulan atau ayu eeeh ternyata mama Rini yang masuk ruangan Damar
Erna Fadhilah
siapa tu yg datang, wulan atau ayu kah🤔🤔
Sri Wahyudi
lanjud kak
Erna Fadhilah
begitu Damar masuk langsung liat pemandangan yang buat dia kebakaran
Erna Fadhilah
hana PD sekali mengaku calon istri Damar, masih untung Damar ga langsung ngomong sama para karyawan kalau hana bukan calon istrinya, kalau sampai itu terjadi bisa malu pakai banget pasti
Erna Fadhilah
aku seruju banget kalau wulan sama Andre
Erna Fadhilah
aku penasaran adam belum nikah ya thor, padahal kan dia lebih tua dari wulan dan Damar, wulan aja malah udah punya anak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!