Sebuah keputusan yang boombastic bagi seorang Chantika menjatuhkan pilihan nya kepada seorang petualang cinta yang super gila. Hanya gara-gara ingin memberikan hukuman terhadap cinta pertama nya. Namun, tak ada yang gratis di muka bumi ini. Semua harus ada take and gave.
"Jadi kan aku yang kedua dan akan ku pastikan semua sakit hatimu, akan terbalaskan!" ucap Rendy sembari menyeringai.
Haruskah ia menerima tantangan itu? Dari mana awal segalanya di mulai? Menjadi kan seorang Rendy pengantin nya pengganti cinta pertama yang telah menghianati kesucian cinta nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Camelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panjul
...Everything that I dream of A man that understands real love...
...(Segala sesuatu yang saya impikan seorang pria yang mengerti cinta sejati)...
...❤❤...
"Sayang, aku ini suamimu. Masa dilupakan begitu saja! Ini demi pernikahan kita yang baru seumur jagung!"
"Emang sudah tanya berapa umurnya jagung?" tanya Chantika mulai buat kesel Rendy.
"Sama Ibu Fatimah, ingat! Sama Iin juga enggak lupa! Apalagi sama si Lita, selalu jadi yang pertama!" dengus Rendy penuh kesebelannya.
"What? Apa kau bilang barusan!"
"Aku ini pak Tani yang mencangkul dan bajak sawah kamu setiap hari tanpa henti dan tak jemuh-jemuh, kunyit!"
"Pak Rendy kan?" usil Chantika.
"Enggak usah embel-embel pak juga kali! Aku belum tua-tua banget!"
"Belum tua! Tapi mau jalan 30! Apa bedanya!"
"Masa!"
"Bodoh! Panjul!"
"Perasaan emang sudah tua! Tapi enggak mau di bilang gitu!"
"Kurang asem!"
"Iya, kurang asem banget itu!" senyum Chantika.
"Enggak boleh sedih gitu! Ngapain juga mukanya di tekuk! Sok di imut-imutin lagi!"
"Aku lagi ngeratapin, nasibku yang sial! Lucu ya! Hidupku berubah dalam semalam!"
"Bentar-bentar jangan manyun terus! Aku ada win win solution!"
"Maksudnya?"
"Sekarang begini saja, aku kan enggak ingat siapa kamu! Gimana kalau kamu bantuin aku untuk mengingat kembali siapa aku? Mau!"
"Caranya?"
"Ya udah, kita mulai lagi dari awal nol! Kita kenalan dulu! Bagaimana?" tawar Chantika sambil tersenyum.
"Deal! Dari awal nol, ya! Kayak di pom bensin!" kekeh Rendy.
"Hooh, dari awal! Kita kenalan dulu kalau gitu!" sahut Chantika.
"Rendy"
"Chantika"
Akhirnya mereka berdua berkenalan lagi seperti di awal pertemuan.
-
-
-
Sementara di dalam ruangan VIP hospital internasional, Chantika terlihat menggeliat, keningnya berkerut. Namun kedua mata indahnya masih tertutup rapat, seperti dia enggan terbuka, hanya kedua telinga yang mampu mendengar aktivitas orang lain yang berada dalam ruangannya.
"Selamat siang nona, nyenyak sekali tidurnya?" sapa seorang dokter tampan yang sedang memeriksa kondisi Chantika saat ini.
"Emmm.. Iya dokter" jawab singkat Chantika.
Hari ini Dokter Amiruddin memeriksa kembali kondisi terbaru dari Chantika. Dokter tampan itu tersenyum manis ke arah Chantika yang duduk di atas bed pasien. Ia memulai menjalankan tugasnya sebagai dokter.
Setelah pertama kali memeriksa tensi darah Chantika dan menyuruh dari salah satu perawat wanita yang mengikutinya di belakang, mencatat seluruh hasil pemeriksaan dari kondisi kesehatan Chantika hari ini.
Kini, dokter Amiruddin menatap lekat ke wajah Chantika, sorot matanya tajam menembus ke pupil mata Chantika. Hingga yang dipandangnya bingung salah tingkah. Ditatap sedekat itu dengan dokter yang berwajah tampan, bahkan Chantika sampai menelan salivanya dengan kasar. Ia harus bersikap bagaimana? Gugup? Grogi? Yang Chantika rasakan saat itu.
Dokter Amiruddin memeriksa beberapa kali pada Chantika. Sesekali kening Dokter Amiruddin berkerut. Harusnya pasien wanita yang ada di hadapannya ini tidak terkena amnesia, karena tidak ada benturan sama sekali pada kepalanya.
Sedangkan kedua perawat yang mengikuti dokter tampan itu, ada yang sibuk memeriksa infus Chantika, ada yang bagian menulis sesuai perintah dokter tampan itu sebagai laporan kesehatan pasiennya.
"Mbak Chantika" Dokter Amiruddin mengibas-ngibaskan tangannya ke depan wajahnya.
"Eh, ehmm.. Iya, dokter." Chantika jadi gugup dan salah tingkah. Aneh? Apa karena sekarang yang memeriksanya dokter tampan, dengan tubuh yang atletis.
Dokter tampan itu malah menatap lamat-lamat. Seperti berpikir.
"Mbak Chantika, berbohong ya?"
Deg
"Kenapa dokter ini bertanya begitu? Apa dia tahu, kalau aku berpura-pura amnesia!"
"Emm.. Bohong apa, ya?" ucap Chantika terbata, mencoba mengelak pernyataan dokter tampan itu.
"Benarkah? Yakin?" Dia kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Chantika. Menatap intens ke kedua mata Chantika. Dan..
"Benar lupa? Atau benar-benar melupakan?" ucapnya lembut hingga terasa hawa hangat hembusan nafasnya.
Chantika terkejut dan memalingkan wajahnya ke arah yang berbeda.
"Anda tidak terkena amnesia, kan? Saya tahu itu! Jujurlah! Kenapa harus berpura-pura amnesia? Apa mbak Chantika tidak merasa kasihan dengan suaminya, yang dengan setia menunggu mbak Chantika, hingga detik ini. Dia tidak mau meninggalkan mbak Chantika sendirian, dengan rasa khawatir yang tinggi!" ujar Dokter Amiruddin menatap tajam penuh penekanan.
"Haah? Jadi dia tahu? Aku harus bisa cari alasan agar dia tidak membocorkan kepada Rendy"
"Maaf Dokter.. Akan saya jelaskan, kenapa saya berpura-pura amnesia. Karena saya mau kasih kejutan untuk suami saya. Jadi, tolong.. Jangan kasih tahu terlebih dulu pada suami saya. Biarkan semua ini menjadi kejutan di hari spesial kita." ujar Chantika berbohong kepada Dokter Amiruddin, demi meluluskan rencana yang telah disusunnya.
Dia diam beberapa detik, setelah mendengarkan penjelasan Chantika, yang menyakinkan Dokter Amiruddin.
"Baiklah, mbak Chantika. Alhamdulillah, kalau begitu. Tapi, saya sarankan jangan terlalu lama akting amnesianya! Takut suami mbak Chantika, berpaling ke kanan atau ke kiri!" pesan Dokter tampan itu tersenyum.
Lega rasanya hati Chantika, rasa kekhawatirannya selama ini, hilang sudah. Ternyata Dokter Amiruddin bisa diajaknya kompromi.
Chantika hanya bisa mengangguk pasrah, mendengar ucapan Dokter Amiruddin. Memang tidak dapat dipungkiri kalau pendapatnya benar adanya.
"Tapi kenapa harus berpura-pura amnesia? Karena, dari sini aku bisa melihat seberapa besar cinta dan kasih sayang seorang Rendy Suryodinata, terhadap istrinya yang hanya berasal dari level rendah. Status sosial yang jauh berbeda!"
-
-
-
Tiba-tiba di depan pintu kamar rawat inap Chantika. Berdiri seorang laki-laki dengan wajah yang memerah.
"Hai itu ngapain pegang-pegang istri orang!" ketus Rendy seraya mendekati brankar Chantika.
"Saya cuma lagi periksa pasien" jawab dokter tampan itu.
"Tapi ngapain pakai pegang-pegang kek gitu!" sewot Rendy.
"Sudahlah pak, jangan marah-marah. Ini dokternya cuma lagi meriksa aku aja, enggak ngapa-ngapain. Aman, ini masih aman. Bapak!" goda Chantika.
"Beneran masih aman? Dia enggak macam-macam kan!"
"Aman, Panjul..! Kan wajar kalau dokter meriksa pasiennya. Di cek begini. Pegang-pegang sedikit juga, enggak banyak kok!" Chantika semakin menggoda Rendy agar bertambah cemburu melihat kedekatannya dengan dokter tampan itu.
"Sudah-sudah, cukup! Selesai periksanya! Enak saja, istriku di pegang-pegang gratis, emang lagi diskon!" celoteh Rendy kayak emak-emak komplek.
"Hahahaha, bapak ini! Gemesin banget lho!" Chantika mencubit pipi suaminya.
"Enak saja! Aku lihat kalau adegan begituan ujung-ujungnya ambil kesempatan dianya! Gayanya modal periksa, cek sana sini. Padahal ambil kesempatan juga dalam keenakan! Emang dia bisa ganti untung!" sewot Rendy.
"Panjul..!" panggil Chantika tersenyum kearah Rendy agak digenit-genitin.
"Sayang, ngapain senyum-senyum begitu?"
"Senyumkan ibadah, Panjul! Lagian mana ada ganti untung! Yang ada itu ganti rugi, dudung!"
"Eehh.. Sayang lahirnya enggak ketangkap dukun beranak, ya begini jadinya. Ceplos keluar pluk, jidatnya dar langsung nyungsep ke ubin, jadi oleng begini!"
"Waduh, si Panjul. Kalau sewot begini tambah ganteng lho!" Chantika menahan senyumnya di ujung bibir.
"Baru tahu kalau Rendy si playboy ini ganteng! Dari dalam kandungan sudah terlihat kalau aku ganteng! Walaupun aku lagi ngeden aja tetap terlihat ganteng!" Percaya diri Rendy yang sangat tinggi.
"Idiih, narsis banget. Bapak ini, sok ganteng!" Chantika terkekeh.
💞💞💞💞
Setelah baca jangan lupa like, komen, rate bintang lima juga, ya. Readers kesayangan Chandy.
Terimakasih🙏😍
niat ko pelakor😑
Kangen dengan keuwuwan mereka😚😘
Terus ini si Yuyud mau ngapain ya? Hadeuh terniat banget nih orang mau menggoda Randy. Pakai apa tuh dia mau memperdaya bang Rendy? semoga bang Randy tak tergoda sama ulet bulu itu😒
Kasihan orang tuamu Yud, mereka sudah Rendy anggap keluarga sendiri, tapi kamu bisa mencorengnya dengan kelakuan kamu macam itu.
sini tak tabok pake bakiak dl biar ga konslet tuh otaknya😆